ratu yang dipekerjakan

bab 46: mencari anda

Gugusan peony merah yang tidak bersalah telah ditatap dari pandangan pertama fajar hingga tengah hari.

Selama berjam-jam, bunga yang menyedihkan menerima tatapan mati tak berujung dari Jiang Chen. Jika peony bisa memindahkan daunnya, ia dengan malu-malu menyembunyikan mekarnya. Pada saat ini, mungkin mengembangkan beberapa rasa tidak aman.

Pandangan kosong melemparkan anak itu. Matanya mungkin menatap ke luar jendelanya dan mengarah ke halaman, tetapi perhatiannya ada di tempat lain.

Semua indranya fokus pada suara-suara di luar ruangan dan di dalam aula. Setiap gerakan di luar, bahkan bisikan terkecil akan mendapat kedutan darinya.

Saat dia merasakan langkah kaki yang akrab, kepalanya datang membentak sumbernya.

Xiao Wang Xi kaget konyol dan berakar di pintu masuk, tangannya berhenti di tengah membuka pintu. Sang pangeran muda tampaknya siap menerkamnya.

"....."

"...."

Jiang Chen mengendurkan otot-ototnya dan tanpa sepatah kata pun, menatap poen di luar seperti tidak ada yang terjadi.

Begitu Xiao Wang Xi melangkah masuk, langkah kaki segera menyusul. Kasim Yuan mengikuti di belakangnya.

"Bibi! ..." Jiang Chen melompat dari tempatnya dan cepat berlari ke Xiao Yuan Xi hanya untuk melihat bahwa itu hanya dua kasim bersama.

Pangeran kecil itu menahan lidahnya dan tidak mengungkapkan apa pun. Tetapi seorang anak adalah seorang anak. Emosi mereka jelas tertulis di wajah mereka. Melihat kekecewaan yang tersembunyi di mata anak itu, Xiao Yuan Xi berkata, "Permintaan maaf pangeran muda tetapi permaisuri tidak bersama pelayan ini."

Sejak dia membawa kasim muda di bawah asuhannya, mereka berdua telah bersama.

Tang Mei ingin membuktikan bahwa semua ini hanya memproklamirkan diri oleh Xiao Yuan Xi. Mereka tidak 'bersama', itu lebih seperti Kasim Yuan 'bertahan' dengan Kasim Wang dan tanpa malu-malu mengikuti kasim muda.

"... A - bukankah kita sudah makan siang?" Jiang Chen bertanya dengan nada ragu-ragu.

"Yang Mulia, masih belum lama sebelum tengah hari. Dapur mungkin baru saja memulai persiapan mereka." Xiao Wang Xi menjawabnya.

"Kaisar sedang di ruang belajar kecilnya. Haruskah pelayan ini mengawal Yang Mulia?" Penawaran oleh Xiao Yuan Xi. Untuk alasan yang tidak diketahui, pangeran muda terus mengirim pelayannya keluar untuk melakukan tugas. Ada satu hal yang diperhatikan kepala kasim yang tajam, Xiao Wang Xi akan berakhir melewati kamar permaisuri setiap saat.

Memahami situasinya, Xiao Yuan Xi mengikuti 'disiplin' punggungnya.

Jiang Chen mengerutkan bibirnya. Sudah menjadi sifat seorang anak untuk melukis benda-benda hitam dan putih; baik dan buruk. Konsep kompromi, di antara dan abu-abu belum ada. Meskipun pendapat mereka mudah diubah dengan menipu mereka dengan beberapa permen, kepicikan adalah sifat kedua mereka.

Pangeran kecil itu melotot ke kepala kasim sehingga kepala kasim hanya bisa menangis dengan air mata pahit dan belajar lebih banyak tentang pelajarannya yang berkepanjangan.

------

"Para wanita yang lahir di rumah bangsawan adalah ayat dalam empat seni."

Pantatnya!

Wei Yi Yi membiarkan sikatnya terbang di sekitar kanvas. Menempatkan di sana-sini, setiap hal konyol yang langsung muncul di kepalanya, ditarik tanpa pikir panjang. Dia tidak ragu meletakkan detail dalam format yang berantakan.

"Sedihnya, kawan ini di sini hanya menanamkan dao mengeluh."

Dan dia mungkin berdiri di puncak! Bahkan dalam situasi yang serius, dia dapat mengeluh terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan. Atau bahkan saat memecahkannya! Jika itu bukan bakat, maka dia tidak lagi tahu apa itu bakat.

"Jika ada seni yang sesuai dengan selera kakak ini, itu hanya akan menjadi seni melarikan diri!"

Seseorang yang bisa melakukan seluruh percakapan sendirian tidak perlu takut menjadi tertutup!

Kalau saja dia punya telepon. Wei Yi Yi menggaruk kepalanya. Dia ingin mencari referensi yang bagus untuk disalin. Dengan ini, keterampilan mencoret-coretnya bisa ditingkatkan setidaknya sepuluh persen.

Sepuluh persen yang menyedihkan masih lebih baik daripada berakhir dengan figur tongkat.

Wei Yi Yi berhenti di jalurnya setelah meraih yang berikutnya.

Seseorang yang akrab tetapi tidak, menatapnya langsung dari potret. Itu adalah ayah 'dia', perdana menteri yang perkasa.

'Cukup dekat? Tidak Nggak. Dia terlihat sangat berbeda dari 'kita', pikir Wei Yi Yi. '' Wei Yi Yi 'mungkin diambil setelah ibunya.'

Rasa sakit menusuk di hati Wei Yi Yi.

Mengabaikan gagasan seorang ibu, dia menggelengkan kepalanya konyol. Dan kemudian dia menatap. Menatap gambar tanpa mengalihkan pandangannya. Bakar muka dalam ingatan. Cobalah untuk menemukan koneksi. Dan mungkin, mungkin saja, dia akan menemukannya di 'rumah'.

Tapi tidak ada yang muncul. Entah dari saat ini atau 'Wei Yi Yi' yang bertahan lama.

Mengapa? Bukankah 'Wei Yi Yi' putrinya yang paling berharga? Setidaknya harus ada reaksi kan?

Suara garing dari pintu geser terbuka membawa Wei Yi Yi keluar jika kesurupannya. Jiang Chen menjulurkan kepalanya sementara dua kasim secara terbuka berdiri di pintu masuk.

"Bibi, kamu makan siang bersama kami? .... Atau mungkin kamu sibuk?" Jiang Chen dengan hati-hati menyusun kata-katanya.

Meja kecil dimakamkan di bawah sejumlah gulungan dan lukisan yang tidak diketahui. Sikat dan tinta bahkan tidak punya tempat lagi. Wei Yi Yi duduk sepanjang pagi dan hal-hal yang harus dilakukan masih setumpuk gunung.

Mengambil pekerjaan orang lain --- dia mungkin telah menembak kakinya sendiri.

Tapi sekali lagi, dia hanya karyawan kecil. Bekerja keras; ada orang lain yang cocok untuk itu.

Seperti bosnya.

"Tidak, aku tidak sibuk. Hal-hal semacam ini .... tidak ada salahnya meletakkannya." Wei Yi Yi berjalan dan membawa Jiang Chen saat mereka menuju ruang tamu. "Ah Chen, apakah kamu lapar?"