Nina tiba-tiba terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Dia melihat wajah yang selama ini ia rindukan masih terlelap dalam tidurnya. Gadis itu memutar otaknya mencoba mengingat-ingat kejadian semalam.
Flashback On
"Hati-hati ya Har ! makasih sudah nemanin aku seharian" kata Nina sambil tersenyum manis ke arahnya
"Aku yang berterima kasih karena kamu mau menghabiskan harimu bersamaku" tangan Harry membasuh lembut wajah Nina, yang membuat wajah gadis itu memerah dan menunduk karena malu.
"Masuklah, sahabatmu sudah menunggumu" kata Harry lalu mengecup kening Nina. Mata Nina terbelalak kaget, baru kali ini ada laki-laki yang menciumnya selain Zayn dan ayahnya.
Harry tersenyum senang melihat Nina yang salah tingkah
"Aku pergi ya.."
"Iya" sahut Nina lembut, dia masih terpaku di tempatnya menatap punggung Harry semakin menjauh lalu menghilang.
Nina melangkah masuk ke ruang tengah tempat terakhir dia melihat Zayn, tetapi sosok yang ia cari tak ada di sana. Nina menelusuri setiap ruang di lantai satu tetapi belum juga menemukan Zayn, dia mulai was-was. Dia lalu berlari ke kamarnya menaiki anak tangga satu persatu berharap Zayn ada di sana.
Nina membuka pintu kamarnya dengan kasar membuat suara gaduh di lantai dua rumahnya. Zayn yang sedang terbaring di ranjangnya terkejut karena bantingan pintu yang dibuat Nina.
"Ahhh kau membuatku kaget saja, ada apa?" tanya Zayn yang sekarang duduk di ranjang Nina.
Nina berjalan pelan ke arah Zayn sambil mengatur napasnya
"Sini duduk" kata Zayn
"Tanpa disuruh juga aku akan duduk, inikan kamarku" balas Nina, dia duduk dan bersandar di tubuh Zayn. Nina masih mencoba menormalkan detak jantungnya akibat berlari mengelilingi rumahnya untuk mencari Zayn.
"Kenapa kamu jadi ngos-ngosan seperti ini?" tanya Zayn sambil mengelus-elus bahu gadis kesayangannya itu.
Nina menegakkan badannya lalu menatap Zayn tajam dan membuat Zayn salah tingkah
"Apa ?" kata Zayn
"Apa ? Apa? Apa?" kata Nina mengulang ucapan Zayn dengan nada mengejek, sedetik kemudian tawa Zayn dan Nina pecah dan saling memeluk memecahkan celengan rindu yang sudah mereka tabung sejak kepergian Nina ke London.
Mereka terbaring di kasur empuk milik Nina, Zayn menopang tubuh mungil Nina di lengan sebelah kirinya, mereka begitu bahagia saat ini. Lelaki itu menjadi pendengar yang baik saat ini, sambil sesekali membelai lembut wajah gadis kesayangannya itu.
"Nina"
"Hmm" sahut gadis itu lalu menaikkan pandangannya ke arah Zayn yang berada di sampingnya
"Kamu ganti warna rambut ?"
Nina langsung menegakkan tubuhnya dan membalas tatapan Zayn yang terlihat heran
"Oh my God ! kau menyadarinya ?" mata Nina berbinar
"Warna rambutmu kan hitam" kata Zayn masih heran dengan reaksi Nina sambil tersenyum kecut
Nina mengelus rambutnya dan tersenyum senang
"Aku mengganti warna coklat tua, aku kira tak akan ada yang menyadarinya dan ternyata kau menyadarinya, bagaimana ?"
"Apanya yang bagaimana ?" tanya Zayn masih dengan ekspresi herannya
"Cocok tidak ?"
Zayn bangkit dan menggapai tubuh Nina yang sedang duduk di depannya, memeluknya erat dan mencium aroma tubuh Nina. Dia sangat menyukai aroma tubuh Nina dengan atau tanpa parfum vanila kesukaan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Would
FanfictionZayn dan Nina adalah dua sahabat aneh asal Irlandia. Sebagai sahabat Nina selalu berbagi cerita kepada Zayn, begitupun dengan Zayn. Namun, ada rahasia kecil Zayn yang tak diketauhi Nina. Sampai pada saat Nina pindah ke London Zayn tak pernah memberi...