budaya yang sudah dilakukan secara turun temurun adalah tindakan seenaknya sekolah dalam membuat aturan, mereka para otoritas dengan seenaknya merancang aturan tanpa adanya diskusi dengan para siswanya, mereka menganggap segala aturan yang sudah dibentuk itu sudah absolut dan tidak dapat diganggu gugat, padahal tidak semua aturan itu cocok dan bahkan dianggap kalau otoritas sekolah itu reaksioner yang menolak sebuah kemajuan. Fasisme dapat dikatakan apabila penguasa menolak segala bentuk pendapat, kritik, pers, kebebasan, ataupun kerjasama. bukankah hal itu sudah terlihat di dunia pendidikan sekolah sekarang ini ? ketika ada siswa yang ingin memberi kritik kepada sekolah namun mereka ditolak bahkan mereka dituduh melakukan tindakan subversif dan mengganggu keamanan serta kenyamanan.
budaya seperti ini hanya membuat siswa tunduk dan menciptakan mental perbudakan, para siswa tidak bisa maju karena segala yang dilakukannya dilarang, memang semua harus ada filter nya, tetapi kalau hal yang baik untuk sebuah kemajuan dan sebuah inovasi tetap dilarang seberapa mundur pendidikan kita ini ?
segala bentuk kebijakan dan aturan harus di diskusikan bersama, bukankah para pengajar sekolah mengajarkan kita apa itu demokrasi ? tetapi mengapa mereka tidak menerapkan demokrasi di lingkungan sekolahnya ? justru tidakan yang menyerupai fasisme yang mereka lakukan terhadap siswanya. Siswa selama ini hanya bisa mengeluh dengan keadaan yang mereka alami dan mengaggap kelulusan adalah sebuah kemerdekaan yang mutlak, namun kelulusan menjadi pintu kapitalisme yang lebih berbahaya daripada dilingkungan sekolah, kenapa itu bisa terjadi ? disekolah saja mereka sudah diajarkan kapitalisme bagaimana mereka sudah lulus dan sudah mempunyai ilmu kapitalisme itu ?
menyangkut permasalahan kapitalisme yang terjadi disekolah, kapitalisme yang terjadi tidak hanya berbentuk mencari keuntungan seperti harta ( uang ) namun berbentuk sebuah nilai. Nilai secara umumnya didapatkan dengan kualitas belajar siswanya, semakin giat dan semakin rajin maka ia akan mendapatkan nilai yang baik dan begitu juga sebaliknya, tapi apakah semuanya seperti itu ? seperti yang sudah dijelaskan di bab sebelumnya terkait golongan kaum prestasi, kaum penjilat melakukan apapun bahkan mereka tidak segan untuk merendahkan serta menjatuhkan kawan seperjuangannya agar bisa mendapat nilai serta tempat yang tinggi.
tidak hanya dilingkungan siswa, dilingkungan pengajar dan otoritas pun juga terjadi.
para otoritas memaksa dan menekan para siswanya untuk mengikuti kemauan mereka yang sebenarnya hanya untuk mengisi perut mereka sendiri, kenapa para siswa tidak melawan ? karena siswa itu takut dan memilih bungkam, kaum pojok takut untuk maju dan melawan karena sudah tertanam dalam pikiran mereka kalau mereka adalah orang yang tidak terpandang dan tidak diperlukan, kaum prestasi hanyalah orang - orang yang mencari aman, mereka seperti itu karena mereka takut posisi mereka dijatuhkan.
contoh kasus yang ingin penulis tuangkan adalah sebuah larangan membawa alat komunikasi, ini adalah zaman milenial dimana alat komunikasi diperlukan tidak hanya komunikasi namun bisa dipergunakan untuk mencari sumber pengetahuan. hal itu terjadi karena segelintir orang yang tidak bertanggung jawab, apakah perlu semua siswa merasakannya ? TIDAK !, hukum dan beri sanksi kepada pihak yang bersalah bukannya menyamaratakan kesalahannya.
ada pro dan kontra tentang kebijakan ini di lingkungan siswa, ada yang setuju dan ada yang menolak, mudahnya bagi kaum yang setuju atas kebijakan ini mereka tidak perlu membawa alat komunikasi ke sekolah tapi apa yang terjadi di lapangan ? mereka tetap membawa alat komunikasi.
hal yang membuat penulis serta kawan - kawan marah adalah tindakan kapitalisme sekolah, yaitu mereka menjanjikan akses jaringan WIFI di sekolah, apakah akses itu gratis ? TIDAK.
para siswa harus membayar setiap bulannya kesekolah atau pun ke penyedia layanan internet, selain itu para siswanya diharuskan untuk memiliki laptop, melihat kemajuan alat komunikasi sekarang, fungsi laptop di terlalu penting kalau hanya digunakan untuk presentasi.
terlihat sudah kapitalisme di lingkungan pendidikan sekolah kita ini, gelap sudah kebenaran karena fasisme yang dilakukan otoritas sekolah.
kaum pelajar prestasi maupun pojok semuanya harus bersatu, hapus segala bentuk fasisme dan kapitalisme yang sudah dilakukan oleh para otoritas sekolah, teranglah dalam sebuah kegelapan, bebaslah dari jeratan kapitalisme dan fasisme.
memang kalau dipikir-pikir kita belum lah siap untuk melawan itu, namun kesiapan itu bukanlah di pikirkan namun di persiapkan. ORGANISIR
KAMU SEDANG MEMBACA
Darah Dalam Pena
No FicciónPelajar butuh sebuah perubahan, sifat egois remaja membuat mereka tidak sadar sebenarnya kita ditindas oleh rezim sekolah maupun kurikulum, sistem belajar yang tidak efektif membuat para siswa memiliki mental budak bukanlah mental pemimpin. Revolusi...