22

29 4 0
                                    

Tina kembali ke rumah sakit saat mendengar kabar dari Revan sudah ada yg bersedia mendonorkan jantungnya untuk anaknya. Dia akan berterima kasih banyak kepada orang tersebut dan membayar atau bahkan menghidupi keluarga yg ditinggal

"Tante boleh liat siapa orangnya?" tanya Tina kepada Revan yg sedang duduk di depan ruang ICU.

"Ruang no 38 Tan. Perlu saya antar Tan?"Tawar Revan

"Tidak papa. Tante bisa sendiri" kata Tina dan berjalan menyusuri ruang rawat.

Setelah lama mencari akhirnya Tina mendapatkan ruang no 38. Tina membuka handle pintu dan mendapati orang yg akan mendonorkan jantungnya. Melihat ciri² nya,keningnya berkerut saat melihat orang itu. Semakin mendekat dan melihat orang yg sedang terbaring itu. Tina terkejut dan terdiam melihat orang itu.

"Argh"erengan kecil dari orang itu membuat Tina tersadar dan otomatis mengusap keningnya,mencium kening orang itu seakan mereka begitu dekat.

-----

Tina sedang bolak-balik di depan pintu ruang ICU,khawatir dengan operasi Rana yg berjalan dengan baik atau tidak. Sementara Ghani dan Revan duduk di bangku tunggu. Bukan karna mereka tidak khawatir, tapi bolak-balik seperti Tina tidak akan membuat keadaan membaik malah hanya membuat diri akan lelah saja.

Lelah bolak-balik,Tina duduk di samping suaminya. Ghani menggenggam tangan Istrinya, Tina tersenyum dan menyenderkan kepalanya ke bahu Ghani,mencoba untuk tenang dan berpikir positif.
Sementara Revan sedang bingung memikirkan  masalah yg akan datang ke depannya.

Pintu ICU terbuka dan menampakkan dokter dengan senyum yg mengembang.

Tina,Ghani,Dan Revan berdiri bersama-sama. Senyumnya mereka mengembang melihat wajah Dokter yg tersenyum.

"Selamat,pasien sudah membaik dan akan segera dipindahkan. Kita hanya perlu menunggu agar pasien siuman"
Kata dokter sembari menjabat tangan ketiga orang tersebut. Mereka menghela nafas dengan lega saat mendengar kabar baik itu. Tina sampai memeluk Ghani dengan erat sampai Ghani kesulitan bernafas.

"Maaf. Aku kelewat seneng" Tina meminta maaf kepada suaminya.

Ghani tersenyum dan mengelus kepala Tina kemudian membawanya ke dalam pelukannya lagi. Membuat Revan iri dengan ke romantisan sepasang suami istri yg ada di depannya.

-----

"Hey Rana"panggil seseorang di belakangnya

Rana berbalik dan tersenyum melihat orang yg memanggilnya berdiri tidak jauh darinya.

"Dinda"katanya sambil memeluk Dinda dengan manja

Dinda membalas pelukannya dan mengusap kepala Rana.

"Lo dari mana aja sih?"tanya Rana masih dalam keadaan memeluk Dinda

"Ayo"ajak Dinda mengabaikan pertanyaan Rana

Dinda menarik Rana berjalan menuju sebuah bangku panjang.

"Lo tunggu disini. Oke"pesan Dinda kemudian pergi. Rana hanya menunggu Dinda

"Nih"Dinda menyerahkan es krim kesukaan Rana padanya. Rana menerimanya dengan senyum mengembang. Dinda kembali duduk di samping Rana.

"Bagi es krim lo"Rana meraih Es krim Dinda.

"Lo kan punya es krim sendiri" Dinda kembali meraih es krimnya.

"Dikit aja"Rana menjauhkan es krim Dinda. Dinda mencoba meraihnya lagi.

"Rana balikin"

"Dinda,tangan gue jangan di goyang. Nanti es krim nya jat--"

Telat. Es krim itu sudah jatuh mencium pasir dengan bebasnya.

"Rana"rengek Dinda memukul lengan Rana membuat Rana merintih kesakitan.

"Nih"Rana menyerahkan Es krimnya. Dinda tersenyum dan mengambil es krim Rana. Belum sampai tangannya menyentuh Es krim itu es krimnya sudah bernasib sama seperti es krim Dinda

"Ya,jatuh"keluh Rana

"Lo sih,megangnya gak kuat jatuhkan"

"Ya maaf"

Dinda menatap lurus ke depan. Rana menyandarkan kepalanya ke bahu Dinda. Lama mereka dalam posisi itu sampai akhirnya Dinda bersuara

"Sudah waktunya lo balik. Gue juga mau balik"kata Dinda sembari berdiri dari duduknya.

"Lo? Gue? Maksudnya apa sih?"tanya Rana dengan heran "kita kan tinggalnya sama. Ayo pulang sama" ajak Rana sembari berdiri juga

Dinda memeluk Rana erat. Membuat Rana semakin bingung dengan sikap Dinda

"Jaga diri lo baik² yah"pesan nya melonggarkan pelukannya. Beralih mengelus kepala Rana dan mencium kening sahabatnya itu.

"Gue pergi"Dinda berjalan menjauh dari Rana. Rana menangis histeris melihat Dinda semakin lama semakin menghilang.

Rana mengerjapkan mata. Kesulitan karna cahaya yang memasuki bola matanya.

"Ma"panggilnya.

"Sayang. Kamu udah bangun. Ada yg sakit?" tanya mamanya.

Rana menggeleng menatap Tina, Ghani dan Revan. Semuanya ada kecuali

"Ma,Din-da mana?"tanya Rana melihat sekelilingnya lagi.

Semua nya diam. Tidak tahu akan menjawab apa.

"Ma"Rana menyentuh tangan mamanya

"Eh,itu. Dinda...ehm...Dinda. Oh iya tadi nenek Dinda datang dan bawa Dinda pergi ke Inggris"jawab Tina gugup.

"Din-da gak mau kete-mu Rana dulu" katanya sedih.

Tina mengusap kepala Rana "Dinda buru² sayang. Oh iya"Tina meraih boneka yg ada di meja"Ini titipan Dinda. katanya kamu harus jaga boneka ini dengan baik. Kalau rusak dia gak mau ketemu kamu lagi" lanjut mamanya menyerahkan boneka itu.

Rana meraih nya.

"Dinda dtng ke ulang tahun Rana kan?"tanya Rana lagi

Tina semakin bingung menjawab pertanyaan Rana.

"Iya,Dia dtng kok" jawab Revan dengan cepat melihat kebingungan Mamanya Rana.

Rana tersenyum,mendengarnya. Ntah Mengapa Rana begitu merindukan sahabatnya itu.

"Kamu istirahat saja. Biar cepet pulang" perintah mamanya. Ghani sedari tadi hanya diam menyimak kebohongan yg sedang terjadi.

Rana memejamkan matanya dan tertidur kembali 

Tina menghela nafasnya dengan berat. Ghani berjalan mendekat dan menyentuh bahu istrinya,mencoba memberikan kekuatan kepada Tina.

Friend? Don't Leave Me(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang