Who's Die?

34 3 0
                                    

Johnson hanya bisa terdiam dan pasrah. Pasrah akan kematiannya yang semakin dekat.

Cklekk

Pintu ruangan itu terbuka. Menampilkan dua orang yang berada di hadapan Johnson. Ia menutup matanya. Mencoba menetralisir rasa sakit yang semakin terasa.

"Lepasin gue. Loe mau apa?"
"Mau gue cuma satu, lihat cowok di depan loe!"

Jenzie terkejut dengan pemandangan yang berada di hadapannya. Sungguh menyakitkan.

"Jho--nson?"

Mata itu perlahan terbuka.

"Jenzie?" Ujarnya dengan nada serak.

Jenziepun langsung memeluk Johnson.

"I miss you."
"I miss you too, babe."

"Silahkan kalian bertemu untuk yang terakhir kali."

Sontak Jenziepun melepas pelukannya.

"Apa maksud loe?"

"Ya, salah satu kalian akan mati. Di hadapan kalian. Secara langsung."

"Sudah berapa kali gue bilang, bunuh gue saja! Jangan Jenzie! Masalah loe sama gue. Bukan sama Jenzie!"

"Nggak, Jhon. Aku nggak mau kehilangan kamu. Nggak! Kalau kamu mati, akupun sama."

"Hidupmu masih panjang. Sesudah kematianku, Berbahagialah bersama laki-laki yang lebih kamu cintai."

"Bullshit!"

***

"Chip, kamu sudah menemukan posisi captain?"

"Ada dua ruangan yang mungkin saja, menunjukkan posisi captain disekap. Karena salah satunya ada teriakan seseorang."

"Apakah kamu yakin?"
"Semua ruangan sudah aku masuki. Tinggal dua ruangan itu. Aku sangat yakin, salah satu ruangan itu terdapat Kenzo, Jenzie, dan juga captain."

"Okay. I'll be there."

***

Kenzopun langsung menarik tangan Jenzie dan menodongkan sebuah pistol tepat ke arah kepalanya.

"Jenzie!" Ujarnya sambil meronta.

"Akan lebih seru apabila perempuan ini mati duluan. Setelah itu baru loe!"
"Nyawa gue 'kan yang loe mau? Kalau begitu, ambilah. Tapi, jangan dia!"

"Tidak akan semudah itu, Johnson!"

***

"Apa kamu yakin, ini ruangan yang tepat? Karena kita hanya punya masing-masing satu peluru."
"Ya, aku sangat yakin. Bisa atau tidak, kita harus membunuh Kenzo dengan sangat terpaksa."

Heropun mengangguk dan merekapun memasuki ruangan itu.

***

Kenzopun langsung bergegas untuk menarik pelatuknya. Namun, Johnson mendorongnya. Kenzo sedikit terhuyung dan pistol yang ia pegang, terlepas dari genggamannya begitu saja.

"Loe? Kok bisa lepas?"

"Nggak, Jhon. I don't wanna lost you." Ujarnya sambil melepaskan tali yang mengikat Johnson.

Jenziepun memberi kode pada Johnson.

"Nggak, Zie. You don't. "

"Nggak peduli gue dapet kekuatan dari mana. Yang terpenting adalah kita harus menyelesaikan masalah yang ada di antara kita. Nggak peduli, kalau salah satu ataupun kita berdua sekalipun harus mati!"

"Okay."

"Jenzie kamu mundur! Biar aku selesaikan urusanku dengannya!"

Jenziepun mundur beberapa langkah.

Merekapun salung menyerang. Kenzo mengeluarkan sebilah pisau dan mengarahkannya pada Johnson.

Beberapa serangan bisa ia halau, tapi tidak dengan satu serangan ini. Pisau itu berhasil menusuk perutnya. Ia terlutut.

Kenzopun tertawa lepas.

"Cuma segitu kemampuan loe? Dasar lemah! Pantas saja melindungi perempuan yang loe cintai dulu, nggak bisa! Makanya mati 'kan. Pasti kali ini juga sama." Ujarnya sambil tertawa sinis.

Johnsonpun bangkit. Tak peduli rasa sakit yang terus menerjang. Ia mengambil pistol yang terjatuh dari tangan Kenzo tadi, dan mengarahkannya pada Kenzo.

"You now about me. But not all of me, brotha!"
"Wh-what? Y-you can't kill me. I know that!"
"Of course. That's all. Not now!"
"What?"

Dorrr...Dorr...

***

Bersambung

More Important Than Anything  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang