Happy End

12 3 0
                                    

Aku ingin memelukmu seperti dulu
Memastikan hubungan kita baik-baik saja
Ketika hanya ada kalimat 'Aku mencintaimu,' di antara kita,
Sebelum kalimat 'Maafkan aku,' dan 'Selamat tinggal,' hadir di antara kita.
Saat itu, bahagia adalah suatu hal yang sudah menjadi kebiasaan.

Seandainya waktu dapat diputar,
Aku ingin kembali pada saat aku masih berada disisimu.

---

Semuanya baik-baik saja.

Aku mengatakan hal itu berulang kali, aku berharap aku bisa seperti itu.

Mulai dari matahari terbit, hingga matahari tenggelam, aku terus memikirkannya.

'Sedang apa dia?'

'Apakah dia baik-baik saja?'

'Apa dia bersedih sepanjang hari?'

'Atau dia bersenang-senang?'

'Apa dia merindukanku?'

Berpisah itu sulit, ini tak semudah yang dikatakan orang-orang.

Hingga hari itu aku bertemu lagi dengannya.

Aku terpaku tanpa bisa mengucapkan sepatah apapun.

Setelah sekian lama, jantungku kembali berdegup dengan kencang. Dan semakin kencang saat dia menatapku dengan tatapan yang sama.

Mungkin aku akan menangis, mengingat alasan kita berpisah.

Yaa, kita berpisah karena dia harus melanjutkan pendidikan di luar negeri. Masalah sepele mungkin, tapi karena kita terlalu bodoh untuk saling menguatkan, 4 tahun lalu kita memutuskan untuk berpisah.

Dan ya, kini dia di hadapanku. Aku melihatnya berlari ke arahku dan memelukku lagi.

Aku tidak peduli lagi, mungkin banyak orang yang melihat kita, atau bahkan membicarakan hal yang buruk, aku tidak peduli.

Aku mendengar dia sedikit terisak, sama sepertiku.

'Apakah ini artinya dia merindukanku?'

'Apakah ini artinya dia juga sangat mencintaiku?'

'Apakah ini artinya dia juga memikirkanku sepanjang hari?'

---

Aku terbangun, ternyata hanya mimpi.

Sepertinya aku benar-benar merundukannya.

Hahahaha, lucunya. Kenapa aku menangis? Bukankah ini hanya mimpi?

Aku berharap kita dapat kembali ke hari itu
Aku berharap dia mengatakan kalau semuanya hanya pura-pura
Aku berharap dia mengatakan kalau kita masih akan terus bersama
Dan kita masih bisa untuk tetap menikmati hari bersama-sama
Tanpa ada kata 'Selamat tinggal'
Katakan padaku, itu semua hanya sebuah kebohongan
Aku mohon.

Aku memutuskan untuk pergi ke toko buku, ada beberapa buku yang ingin ku beli hari ini.

Aku menarik napas dalam-dalam. Ini saatnya aku melupakannya, batinku. Mungkin saja dia sudah bahagia disana.

Semuanya berjalan dengan normal sejauh ini. Aku menyempatkan untuk melihat beberapa buku yang sering dia ceritakan dulu.

Sejauh apapun aku berlari,
Sedalam apapun aku nggali,
Dan sekuat apapun aku berdusta,
Yang kutemukan hanyalah kenyataan bahwa aku masih mencintaimu.

Aku bergegas pergi meninggalkan tempat itu, secepat itu juga aku berusaha menghapus pikiranku tentangnya.

"Meilyn!"

Aku mendengar seseorang memanggil namaku dari kejauhan. Aku memicingkan mataku, mencoba menangkap lebih jelas sosok yang melambai dari kejauhan.

"Mei!" Ulangnya.

Kini aku tahu, pemilik suara itu adalah Gina.

"Hai Gina, apa kabar?" Tanyaku.

Gina yang kini berlari ke arahku tanpa aba-aba memelukku dengan erat.

---

Kita duduk di salah satu tempat makan, membicarakan beberapa hal tentang masalalu.

"Hei, bagaimana kabar Adrian? Kalian masih bersama bukan?"

Gina mememang sahabatku, tapi aku tak pernah bilang jika aku dan Adrian memutuskan hubungan empat tahun lalu.

Aku membuang mukaku, "Ah.. uh.. soal itu.."

"Aaaa Mei, kenapa kau tidak bilang hmm? Maaf aku tak tahu soal ini," kini wajah Gina tampak begitu menyesal.

"Lalu, apa kau sudah memiliki pengganti Adrian?" Gina berusaha mengalihkan kesedihanku.

"Entahlah, aku bahkan tidak yakin akan menemukannya,"

"Percayalah Mei, jodoh tidak akan tertukar. Jika Adrian memang jalanmu, kalian akan bersama,"

Entah mengapa aku merasakan ada arti tersirat dalam kalimat yang diucapkan Gina.

---

Aku duduk di sebuah halte bus, tepat pukul 19.00. Gerimis mengguyur sejak pagi tadi, sesekali membawa hujan deras dan angin kencang, mungkin suhu turun hingga 20°C.

"Huuuffff, dingin sekali, melebihi perkiraanku," kataku pada diri sendiri.

Sepi sekali, tak ada seorang pun yang ada di halte ini. Bahkan jalanan yang tak pernah sepi ini mendadak sunyi. Hanya sesekali bus berhenti di hadapanku, tapi bukan ke arah yang aku tuju.

'Tring!'

Bunyi notifikasi ponsel sedikit mengejutkanku.

Siapa?

Ternyata Gina yang menanyakan keberadaanku.

Lima menit berlalu, sepertinya bus yang ingin ku tumpangi tersesat, batinku.

Aku berdiri, mencoba melihat lebih jauh ke arah datangnya bus.

"Mei," panggil seseorang dari belakangku, aku menoleh.

Rasanya aku ingin menangis saja.

"Ad," ujarku lirih, mencoba meyakinkan bahwa yang dihadapnku ini benar dia, Adrian.

"Lama tidak bertemu," sapanya.

Aku ingin berlari kearahnya,
Aku ingin memeluknya,
Namun kenyataan seakan menamparku.
Kini ia bukan milikku.

"Iya," sahutku kaku.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Adrian yang kini sudah berada dihadapanku.

"Baik, kamu? Dan bagaimana kamu tau aku disini?" Tanyaku.

"Aku juga baik, au tau dari Gina. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu," Adrian menatapku, membuat jantungku berdebar karnanya setelah sekian lama.

"Apa itu?" Tanyaku.

"Aku merindukanmu," sahutnya lirih.

Aku terkejut tentu saja, "Hah?"

"Aku merindukanmu, selama apapun aku jauh darimu, perasaanku tidak berubah. Jadi," nada keraguan terdengar jelas ditelingaku.

"Jadi?" Tanyaku pelan, tak sabar menanti jawaban.

"Apakah hubungan kita masih bisa di perbaiki? Atau kita ulang dari awal?" Tanya Adrian.

Perasaanku bercampur. Aku lega karena ia masih memikiran diriku. Aku juga terharu dengan kalimatnya.

Aku hanya memeluk Adrian dan itu menjelaskan segalanya.

Asalkan aku denganmu
Asalkan aku disampingmu
Asalkan kita bersama
Maka itu akan menjadi akhir yang bahagia untuk kita.

Happy End
Adrian&Meilyn

Fin.

1001 Reasons Why I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang