3. Perduli?

27 4 0
                                    

•Vote nya kakak kakak

Next

====================================

"Bang hujan deres gak mau berhenti dulu?" Leeya menepuk pundak fathur dari belakang.

"Bang..."

"Bang..."

"Bang..." Leeya sedikit berteriak karna tidak mendapatkan respon dari fathur. Ia pun pasrah untuk mengikuti apa kehendak dari sang kakak.

Ketika hujan semakin deras, fathur menepikan motornya di depan warung yang tutup untuk berteduh.

"Turun." Leeya langsung turun ketika mendapat perintah dari abangnya, ia pun berjalan menuju warung tersebut untuk berteduh dan duduk di kursi panjang tepat di samping warung tersebut.

Fathur mengikuti leeya dan duduk disamping adiknya. Ia terus memperhatikan leeya yang sedang mencoba meredam rasa dingin dengen menggosokan kedua telapak tangannya dan menempelkannya pada pipi, dalam hati ia merasa bersalah karna telah membuat baju leeya basah kuyup sehingga membuat adiknya merasakan kedinginan.

"Ck lo duduk disitu percuma, liat aja atas tempat yang lo dudukin bocor." Leeya melihat keatasnya dan benar seperti apa yang dikatakan oleh fathur bahwa atap itu bocor tepat diatas kepala leeya.

Leeya bimbang apakah ia harus bergeser mendekat ke fathur atau tidak. Jika ia bergeser, ia takut abangnya itu akan marah padanya. Tetapi jika tidak, percuma saja yang ada bajunya bertambah basah. Ketika ia sedang bimbang, tiba tiba tangan fathur yang dingin akibat hujan memegang tangan nya dan menarik dirinya untuk duduk bergeser mendekat kepada fathur.

Leeya sempat mematung atas apa yang dilakukan abangnya, tetapi kemudian ia tersenyum ketika merasa bahwa abangnya mulai peduli kepadanya.

"Gak usah berpikir gue maafin lo, gue cuma gak mau ntar lo sakit dan bikin orang rumah repot termasuk gue." Senyum leeya lenyap sudah ketika mendengar apa yang dikatakan oleh abangnya. Tetapi, ia mencoba untuk tidak perduli.

"Kayanya berat banget ya abang buat maafin leeya." Fathur melirik sekilas kepada leeya.

Suasana hening, tidak ada yang berbicara sedikitpun, hanya ada suara gemercak air hujan yang deras. Hari semakin sore, tetapi hujan belum mau berhenti.

"Bang, leeya boleh senderan dibahu abang?"

"Hmm.." Fathur hanya berdeham sebagai jawaban atas pertanyaan leeya.

Tidak ambil pusing, akhirnya leeya menyandarkan kepalanya yang terasa pusing dibahu fathur. Leeya merasakan matanya yang sangat berat untuk dibuka, dan akhirnya ia pun memejamkan matanya karna mengantuk.

Fathur menoleh ketika merasakan berat di sebelah bahunya. Ia melihat napas leeya yang teratur. Ya, adiknya itu tertidur disaat menunggu hujan reda. Fathur merogoh jaketnya dan mengambil hp nya untuk memanggil seseorang.

"Halo bro wasap boy."

"Najis bahasa lo rhei, nama gue bukan boy."

"Ck iye elah, ada apa lo nelpon nelpon gue?"

"Gue boleh minta tolong?"

"Sudah kuduga, ok karna gue sahabat yang baik hati dan tidak sombong."

"Bacot mulu lo, cepet sini bawa mobil lo."

"Sini kemana goblok."

"Bacot ntar gue share loc."

Sebelum mendapat jawaban dari rhei, fathur segera memutuskan hubungan telpon tersebut dan langsung mengirimkan lokasi keberadaan nya.

Beberapa menit kemudian, sebuah mobil hitam berhenti disamping motor ninja hitam milik fathur.

Fathur melambaikan tangan nya bermaksud untuk menyuruh pengemudi itu keluar. Tak lama, sang empu yang membawa mobil itu pun keluar dengan memakai payung dan menghampiri fathur.

"Apaan?" Tanya rhei.

"Bawa adek gue balik, kasian kedinginan." Rhei langsung melihat kepada gadis yang sedang bersandar dibahu sahabatnya itu, ketika ia sadar bahwa gadis tersebut adalah leeya, ia langsung membulatkan matanya kaget.

"Leeya pingsan?"

cletakk..

"Sembarang, dia ketiduran."

"Pukulan mu membuat kepalaku sakit kakak."

"Najis."

"Gue tau lo pasti perduli, yaudah ayo bawa leeya ke mobil." Sebelum fathur  menggendong leeya menuju mobil rhei. Rhei melepaskan jaketnya dan memakaikan nya ditubuh leeya. Lalu, fathur dengan sigap langsung menggendong leeya ke dalam mobil dengan dipayungi oleh rhei dari belakang.

"Terus lo gimana?" Rhei melirik motor fathur.

"Lo bawa adek gue ke rumah, gue ikutin di belakang."

"Oke, hati hati bro." Rhei langsung memasuki mobil dan menjalankan mobilnya menuju rumah keluarga vernas dengan diikuti oleh fathur dari belakang.

÷÷÷

"Assalamualaikum bun,, bundaa.. bun." Fathur memasuki rumah dengan diikuti rhei yang menggendong leeya.

Bunda terkejut melihat leeya yang berada digendongan rhei. Dengan rasa penuh kekhawatiran, bunda segera menghampiri rhei dan fathur.

"Waalaikumsalam, lho ini leeya kenapa?"

"Leeya sama fathur tadi kehujanan bun, pas lagi neduh ternyata leeya ketiduran." Jelas fathur pada bundanya.

"Yaudah langsung bawa leeya ke kamar bang." Mendengar perintah dari sang bunda, fathur langsung ingin mengambil alih leeya yang berada digendongan rhei. Sebelum fathur mengambil leeya, rhei sudah mencegah fathur terlebih dahulu.

"Udah gak usah biar gue aja, lo kasih tau aja dimana kamarnya." Fathur mengangguk dan berjalan mendahului rhei menuju kamar leeya.

Setelah berada dikamar leeya, rhei langsung menidurkan leeya di kasur gadis tersebut dengan sangat lembut.

"Biasa aja lo liatin adek gue nya." Fathur mendelik sebal ketika melihat rhei yang sedang menatap leeya dengan intens.

"Ow sepertinya bang fathur sudah mulai perduli kepada dede leeya." Fathur menatap rhei dengan datar ketika mendengar jawaban rhei. Karna tidak ingin semakin pusing terus bersama rhei, akhirnya fathur pergi menuju kamarnya untuk membersihkan badan nya.

"Gue tau lo sebenernya gak marah sama leeya."  Batin rhei ketika fathur pergi menuju kamarnya.

To be continue...

====================================

•Next? ayo kakak vote2 uhuyy

•Ok lanjut mang...

RheyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang