Suara helaan nafas itu kembali terdengar di dalam bilik toilet. Cindy memainkan jari-jemarinya dan terduduk di atas toilet dengan gelisah. Telinganya dengan waspada mendengarkan keadaan di luar sana. Takut jika ada orang yang masuk ke dalam toilet, orang- orang yang sangat dia hindari saat ini.
Demi Tuhan! Lima belas menit lagi kelas Cindy akan dimulai dan dia masih tidak berani untuk keluar sekarang. Telur busuk sudah cukup untuk mengotori rambutnya tadi dan dia tidak ingin tanah yang akan mendarat di tubuhnya.
Iya, Cindy mendapatkan kesialan itu lagi. Dia pikir teman-temannya akan jera, namun ternyata tidak. Setelah dia mulai berangkat sendiri tanpa Chris, teman-temannya mulai berbuat nekat lagi dan kali ini adalah puncaknya. Dia harus rela meninggalkan kelas pertama untuk mengunci diri di toilet guna mencuci rambutnya yang berbau busuk.
Chris di mana kau? Aku membutuhkanmu.
Cindy kembali menghela nafas kasar dan berusaha untuk tidak menangis. Dia tidak menyangka jika akan kembali menjadikan toilet sebagai tempat ternyamannya. Suara pintu yang dibuka membuat Cindy menegakkan tubuhnya tegang. Dia takut, sungguh takut. Dia diam dan menahan nafas agar siapapun itu tidak mengetahui keberadaanya, namun itu sia-sia karena Cindy langsung tersentak begitu mendengar suara ketukan keras pada bilik toiletnya.
Cindy mengkerut dan lebih bersandar pada tembok. Dia tidak berniat untuk membuka kunci itu. Masa bodoh jika dia harus tertinggal kelas lagi. Nasibnya jauh lebih penting sekarang. Dia tidak ingin mati konyol karena menjadi korban bully.
Pintu kembali diketuk dengan keras membuat Cindy gemas sendiri. Dia tidak ingin keluar, apa orang itu mengerti posisinya?!
"Cindy?!" panggil seseorang.
Cindy kembali duduk dengan tegak begitu mendengar suara yang tidak asing lagi untuknya. Alice? Wanita itu datang.
"Sialan, Cindy! Apa yang kau lakukan di dalam? Katakan sesuatu bodoh!" teriak Alice yang membuat Cindy langsung bangkit dan membuka kunci toilet.
"Aku pikir kau mati di dalam," ucap Alice khawatir begitu pintu benar-benar telah terbuka.
"Maaf."
Alice menghela nafas kasar dan menatap penampilan Cindy dengan prihatin. Dia telah lalai menjaga Cindy sampai membuat gadis itu mendapatkan kesialan seperti ini. Chris akan murka nanti, dengan pasti pria itu akan mengambil ferarri yang sudah diberikannya pada kakaknya.
"Kenapa kau berdiam di sini?"
Cindy tersenyum dan menggeleng lemah, "Kau tahu kenapa Alice, banyak orang yang tidak menyukaiku."
"Kenapa kau harus memikirkan mereka?"
Cindy berdecak, "Jika mereka hanya mengejekku aku tidak masalah, tapi sekarang mereka bermain dengan fisik Alice. Jika kau berada di posisiku apa kau tidak takut?"
"Kenapa mereka melakukannya lagi? Dan kenapa juga geng plastik bodoh itu kembali ke kampus? Bukannya mereka semua sudah dikeluarkan?" tanya Alice bingung.
"Dikeluarkan? Kau serius?" Alice tergagap dan menunduk. Dia keceplosan tadi. Cindy tidak tahu apa-apa tentang orang yang mem-bully-nya. Gadis itu pikir jika geng plastik hanya sedang melalukan liburan biasa.
"Tidak ada, sekarang ayo kita keluar. Kelas akan dimulai sebentar lagi."
Cindy menangan lengan Alice, "Tapi ak-"
"Keluar sekarang atau aku akan meninggalkanmu sendirian di sini. Aku tidak peduli jika kau pulang malam sekalipun."
Bohong! Tentus aja dia bohong. Alice tidak mungkin meninggalkan Cindy karena itu adalah pekerjaannya. Chris akan marah jika dia lalai, sama seperti sekarang ini. Alice hanya bisa pasrah jika Chris akan memarahinya atau yang paling parah dia akan mulai bermain dengan fisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guardian Devil (SELESAI)
Romance🔞 WARNING 🔞 Bijaklah dalam memilih bacaan! *** Sekarang Cindy paham kenapa hidupnya selalu berjalan dengan baik meskipun selalu kekurangan. Itu semua tidak lepas dari Mr. Auredo yang selalu menjaganya dari jauh, tapi semua kenyamanan itu hilang k...