💖25. ingin memecat Siska 💖

1.4K 173 13
                                    

Setelah mendengar anaknya terjatuh dan kepalanya mengeluarkan darah Reres jelas terkejut. Dia lantas membawa anaknya ke rumah sakit. Tentu saja Saga segera meminta pihak rumah sakit untuk melakukan penanganan yang terbaik kepada putrinya itu.

"Sayang tahan ya sakitnya ya. Kamu tahan ya Kak," ucap Saga yang sama panik. Pikirannya pun sama berkecamuk takut terjadi sesuatu dengan anaknya. Apalagi daerah yang keluar dari kening Nay cukup banyak.

"Sakit yah," lirih Nay.

Saga sebenarnya sangat tidak tega melihat anaknya. Apalagi setelah tadi ia mendengar kalau putri sulung itu harus mendapatkan penanganan berupa jahitan di kening karena luka yang cukup lebar.

Sementara itu setelah dihubungi oleh sang suami Reres segera menuju rumah sakit. Reres langsung masuk ke ruang gawat darurat Kay rewel sehingga ia terpaksa ikut bersama Ani. Reres menyuruh Ani Dan Kay untuk menunggu di luar saja. Sedangkan, Reres sudah masuk lebih dulu.

"Mbak Ani kamu jaga Kay dulu ya, enggak usah ikut masuk." Sementara itu mendengar apa yang dikatakan oleh sang Noni membuat kayu menangis merengek Minta digendong.

"Adek sama Mbak Ani dulu ya. Beli roti sama Mbak ya. Mami mau urus Kakak dulu," ucap Reres memberikan sejumlah uang kepada Ani. Ani menerimanya lalu dia membujuk Kay untuk diam. Sedangkan, Reres segera berjalan cepat masuk ke dalam.

Dokter sudah menangani, Nay. Dengan Nay yang berada di pangkuan Saga. Dia berada di sisi Saga sudah terlihat tenang meski jelas sekali tadi habis menangis.

"Tenang, Pak, Bu. Saya sudah menangani Nay."

"Syukurlah," ucap Reres yang kini berada di samping suaminya itu.

"Pasti, Bu." Dokter Dan sister sudah sering bertemu dengan pasien jadi wajar kalau memang Reres terlihat panik.

Setelah semua penanganan selesai dilakukan kepada Nay. Dokter mengatakan Nay tidak perlu dirawat karna kondisinya baik-baik saja. Reres bernapas Lega saat semuanya baik-baik saja. Tadi perasaannya sudah sangat kacau meskipun coba bersikap tenang.

Saat ini mereka sedang menunggu resep obatnya. Nay minta dipangku oleh Reres. Sedangkan, pakaian Saga sudah sangat berantakan oleh darah.

"Nay masih ada yang sakit Nak?" tanya Reres. Matanya sudah sangat sembab karna menangis.

"Pusing, Mami."

Reres menatap dengan sedih, lalu memeluk Nay. Seandainya dia bisa bertukar lebih baik dia yang merasakan Dari pada anaknya.

Beberapa saat kemudian, nama Nay dipanggil. Saga pun mengambil obat untuk anaknya. Setelah selesai mereka langsung pulang.

"Nay kenapa, Nay tadi bisa sampai jatuh?" tanya Saga yang sedang menyetir. Nay berada dipangkuan Reres Dan anak bungsunya sudah tertidur dipangkuan Ani.

Reres mengelus kepala putrinya dengan penuh kasih sayang. Dia merasa tidak tega melihat kepala anaknya yang kini terbalut kain kasa. Pikirannya benar-benar kalut saat melihat Nay tadi. Apalagi, pakaian suaminya pun masih berlumuran darah anaknya.

"Tadi, aku jatuh, yahh."

"Kok bisa jatuh kenapa? Nay lari-lari?" tanya Saga lagi.

"Enggak, yayah. Tadi, Nay enggak lihat tangganya. Nay mau samper Yayah. Gara-gara Tante Siska bilang Mami Nay Gemuk. Nay enggak suka," ucap Nay. Saga yang mendengarnya pun ikut kesal. Reres masih mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Memangnya awalnya gimana kok bisa Mami dibilang gemuk sama, Tante Siska?" tanya Reres yang masih dengan nada pelan. Dia tidak mau langsung marah. Walaupun, mungkin karna ucapan Siska itu membuat anaknya terjatuh.

"Tante bilang jangan makan banyak-banyak ke Nay nanti gendut kayak Mami. Nay enggak suka Mami dikatain gendut sama Tante Siska. Terus pas mau ke ruangan Yayah Nay enggak lihat tangga jadi jatuh," cerita anaknya. Saga yang mendengarnya langsung mengumpat membuat anaknya terkejut.

"Sialan," spontan Saga jadi geram. D

"Yayh marah ya sama, Nay? Karena Nay enggak hati-hati," ucap Nay yang kaget. Dia takut melihat sang ayah.

Saga yang sadar pun langsung melunakkan dirinya dan tersenyum kepada anaknya. Tangan satunya mengelus kepala sang anak.

"Enggak kok sayang. Yayah enggak marah sama Nay. Maaf ya, Yayah bikin Nay kaget," ucap Saga lagi. Nay hanya menganggukan kepalanya saja.

Dia bersembunyi di pelukan Ibunya. Reres mengelus kepala anaknya. Selama perjalanan pulang Saga membiarkan dirinya untuk tenang lebih dulu. Terlihat napas Nay yang teratur saat Reres melihat ternyata putrinya sudah tertidur.

"Nay tidur, Ga," ucap Reres lagi.

"Kayaknya tadi dia kaget pas aku ngomong. Aku jadi merasa bersalah."

"Lain kali emosi kamu ditahan, Ga jangan kayak tadi. Anak kamu jadu takut."

"Iya maaf, Res tadi aku emosi denger cerita dia kalau sebabnya karna Siska. Lihat aja besok dia bakal langsung aku pecat," ucap Saga lagi.

"Enggak perlu, Ga. Lagian Nay jatuh juga kan karna kesalahannya sendiri." Reres berkata tak ingin membesarkan masalah.

Di sisi lain Saga jelas marah dan kesal sekali. "Tapi, ini gara-gara ucapannya dia juga yang bikin Nay jatuh. Aku juga enggak terima kamu dikatain kayak gitu."

"Iya aku paham pasti kamu kesel. Tapi, salahnya juga kan di aku. Gara-gara aku enggak bisa jaga tubuh jadi Nay kenapa-kenapa." Reres berusaha agar Saga tak semakin naik emosi.

"Enggak Love. Nay itu cuma bela kamu, dia sayang sama kamu. Enggak mau Maminya dikatain sama orang lain. Emang dasarnya mulutnya Siska aja yang kurang ajar. Mungkin aku pecat dia besok," ucap Saga lagi yang masih tetap emosi.

"Udah, Bee. Jangan emosi dong. Enggak usah pecat dia. Nay jatuh karna kesalahannya sendiri. Jadi, yaudah kamu tenangin diri kamu aja ya. Nyari sekretaris yang kamu mau kan susah. Takutnya nanti kalau kamu pecat Siska kamu susah cari yang pas lagi." Walaupun, Siska lebih cantik Dari Reres saat ini. Reres tidak pernah takut Saga menghianatinya dia percaya Saga sepenuhnya. Dan masalah seperti ini sampai harus memecat Siska menurut Reres terlalu berlebihan. Takutnya, malah membebani Saga untuk mencari sekretaris baru.

"Tapi, aku enggak terima."

"Iya aku ngerti. Enggak semua salahnya Siska. Lagian kamu sekarang banyak kerjaan, kalau cari sekretaris baru momentnya enggak tepat. Nanti malah kewalahan ngerjain semua sendiri. Waktu kamu buat keluarga jadi berkurang kita enggak mau kayak gitu. Kerja boleh tapi jangan lupa sama keluarga ya," ucap Reres lagi. Saga pun mau tidak mau mengangguk.

"Maaf ya aku belum bisa jadi suami yang baik buat kamu."

"Enggak kok. Kamu udah jadi suami yang baik buat aku," ucap Reres lagi.

Beberapa saat kemudian mereka sudah sampai di rumah. Saga segera berjalan menghampiri sang istri yang sudah berjalan memasuki teras rumah.

Saga berjalan menghampiri sang istri. "Biar aku aja yang gendong Nay ke kamar. Terus nanti langsung gantiin baju."

Reres mengangguk lalu Saga berjalan masuk lebih dulu setelah menggendong Nay dan membawa Nay ke kamar.

"Mbak Ani, kamu bawa Kay ke kamarnya ya, biar tidur di kasur yang nyaman," ucap Reres.

"Baik, Bu. Yaudah saya mau urus Nay dulu." Ani mengangguk. Dia membawa Kay ke kamarnya sedangkan Reres menyusul suaminya.

Sampai di kamar ternyata Nay sudah bangun. Saga pun dengan telaten mengganti baju untuk anaknya. Reres ikut membantunya. Kemudian setelah selesai semua Reres meminta Nay untuk kembali tidur. Setelahnya Saga berganti pakaian yang tadi terkena darah putrinya.

Cinta 100 Kg Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang