Author POV
Seorang anak kecil mengintip lewat sela-sela jendela rumahnya. Entah apa yang ia lihat di dalam sana. Yang jelas fokusnya mengarah pada satu titik. Membayangkan ia yang ada di posisi itu membuatnya sedih. Ia tak pernah di perlakukan seperti itu. Barang sekalipun.
Pemandangan yang membuat ia menelan ludah. Tanpa sadar, ia mengelus perut mungilnya, merasakan lapar yang melilit lambungnya.
"Aku laper," lirihnya dengan mata berkaca-kaca. Tatapannya kembali melihat sosok didalam rumah, dimana sosok perempuan paruh baya tengah menyuapi manja anak kecil seusianya.
"Aku juga mau disuapin Mama," lirihnya lagi. Sekali lagi ia menelan salivanya.
"Hei, kamu siapa?" Sosok itu berjengkit kaget saat bahu mungilnya disentuh pelan. Ia berbalik, menatap sosok di hadapannya takut-takut.
"Nama kamu siapa?" Tanya pria paruh baya itu sambil mensejajarkan postur tubuhnya yang tinggi dengan tubuh mungil asing namun menggemaskan ini. Bulu matanya yang lentik, pipinya yang tembam, serta alis yang diyakininya akan bertambah tebal saat remaja nanti.
"Aku nggak punya nama, Om."
Pria itu mengerutkan keningnya bingung. Tidak punya nama? Ia terlihat tak percaya.
"Lho? Jadi, kamu nggak mau kasih tau nama kamu?" Tanya pria itu, ia tersenyum geli lantas mengacak pelan rambut hitam legam yang amat lebat milik anak kecil itu. Lucu sekali.
"Aku emang nggak punya nama, Om." Kembali anak kecil itu menegaskan. Mata hitam yang dihiasi bulu mata lentik itu terlihat meyakinkan, tak ada kebohongan disana. Tapi... yang benar saja. Siapa yang tega-teganya tak mau memberi nama untuk anak setampan ini?
"Oke gini aja, nama Om, Om Dimas. Nah, ini rumah Om. Kita masuk yuk, kamu kelihatan pucat, kaki kamu juga kotor. Kita cuci kaki kamu di dalam yuk!" Ajak pria itu dengan ramahnya.
Sosok mungil itu hendak menolak. Ia tak mau membuat ibunya marah. Terlebih lagi, ia takut ibunya akan kembali mengurungnya di gudang yang pengap nan gelap.
"Jangan, Om." Anak kecil itu menggeleng takut. Kaki mungilnya melangkah mundur.
"Lho? Kenapa? Nanti kaki kamu gatal-gatal kalo nggak segera dibersihkan. Kamu tenang aja ya, nanti ada istri dan anak Om, kamu bisa main sama anak Om di dalam," ajak pria itu, kali ini sambil menggiringnya memasuki rumah.
Dan, ia harus siap, karena sebentar lagi akan kembali berakhir di gudang bertemankan tikus dan binatang penghuni gudang lainnya. Inilah hidupnya, bocah kecil yang malang yang tak pernah mendapat pengakuan dari ibu kandungnya.
"Arya, Papa bawa teman nih!" Seru pria itu sembari menggiring anak kecil itu masuk kedalam rumahnya.
"Apa sih Mas teriak-teriak? Arya jadi lari-lari kan!" Omel seorang wanita cantik yang tiba-tiba datang. Hal itu membuat anak kecil itu menunduk takut, seraya bersembunyi di belakang kaki Dimas.
"Ini, tolong kamu bantu cuci kakinya ya? Aku liat dia di samping rumah tadi, kasihan."
Mata wanita itu meredup gelisah saat melihat siapa yang dibawa suaminya. Hatinya bergejolak kebencian. Diam-diam ia menatap tajam oxy hitam mungil nan polos itu.
'Awas kamu anak sialan!'
"Resa? Kamu kok ngelamun? Kamu kenal anak ini?" Tanya Dimas kemudian, membuat wanita yang dipanggil Resa ini panik dalam diam, kemudian menggeleng cepat.
"Nggak Mas, a--aku nggak kenal siapa anak ini. Lagian kamu ngapain sih bawa anak asing ini kesini? Kalo dia dicariin ibunya gimana?" Padahal ia sendiri ibunya. Hanya saja ia tak mau mengakuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamanya Milikku (END)
Fanfiction[Random Part] Sinopsis: Selalu ada kesedihan di matanya. Seakan tak pernah ada lentera singgah di sana. Tak pernah ada. Baginya, tak pernah ada pelangi setelah hujan. Tak pernah ada kebahagiaan setelah kesedihan, yang ada hanyalah mendung setel...