Sebenarnya tulisan ini ingin aku kirimkan kepadamu wahai engkau yang mampu meluluhkan hatiku, tulisan ini ingin aku selipkan dilembaran kehidupanmu, namun aku hanya seorang laki-laki yang tak memiliki keberanian dalam mengungkapkan satu demi satu percikan-percikan tentang perasaan hatiku. Diam selalu menyelimuti perasaanku, yang terkadang diam itu bisa membuat diriku bahagia dan terkadang membuat hati dan perasaanku ini gundah. Aku hanya dia yang mungkin kau anggap tidak lebih dan tidak ada apa-apanya, itu anggapan serta perasaanku saat ini.
Wahai engkau calon bidadari dunia dan akhiratku
Wahai engkau sang imajinasi dalam gelapku
Wahai engkau yang menggetarkan jiwaku
Kau, selalu menjadi bayangan dalam sebuah kesesatan sang hati, selalu menjadi harapan dalam sebuah mimpi, tidurku tak lena, hanya ingin melihat sang imajinasi kembali
Jilbabmu indah bagaikan bidadari kayangan
Senyummu manis menusuk ke aliran hati nan suci
Wajahmu bersinar laksana bintang diangkasa, yang kemungkinan itu kau baluti dengan air wudhu
Buat aku gak bisa nahan diri buat ngungkapin "Ana Uhibbuki Ya Ukhti" hehe.
Tapi aku selalu menunduk malu, serta menundukkan pandanganku, aku gak sanggup menatap mata indah yang kau miliki, karena aku takut itu akan memudarkan iman yang ada di qolbuku. Mugkin engkau tau, aku akan selalu berusaha menjauh darimu walau sejatinya hati ini ingin begitu dekat denganmu, aku selalu acuh tak acuh denganmu. Saat berada didepanmu, aku ingin tetap berlaku dengan normal walau perlu usaha lebih untuk mencapainya.
Tahukah engkau wahai sang imajinasiku
Entah mengapa aku dengan mudah mengatakan "CINTA dan SAYANG" kepada mereka yang tidak aku cintai, namun kepadamu? lisan ini seolah-olah terkunci seperti ada yang menahan untuk mengatakan hal demikian itu, apakah itu tuhan?
Tapi aku merasa sangat beruntung tidak mengatakan hal demikian itu kepadamu, walaupun itu teramat sakit. Jika boleh beralasan, mungkin aku takut engkau akan menjadi "sahabat" bagiku, karena itu aku mencoba mengurangi rasa itu jauh kedalam terus kedalam hingga terdorong dan terdorong sehingga itu menyebabkan banyak penolakan-penolakan yang membuatku tidak mengerti. Namun 1000 kali rasa itu lebih baik saat aku mengerti bahwa senyumanmu sangat berarti bagiku. Ketentramanmu adalah buah cinta yang amat teramat mendekap hatiku, aku mengerti bahwa aku meski mengalah dan aku meski diam.
Wahai engkau sang imajinasiku
Oo Tuhan
Andai aku boleh berdo'a kepada-Mu, mungkin aku akan meminta kepadamu Yaa Rabb, agar kiranya bisa memutar sang waktu, dan aku bisa mengedit saat-saat pertemuan itu agar tidak ada tatapan pertama yang membuat hati ini senantiasa mengingatnya. Jarang diri ini memandang wanita, tapi saat aku memandang dirimu, dengan 1 tatapan saja mampu meluluhkan hati ini. Sebenarnya ingin sekali tabir lisanku ini mengatakannya terhadapmu, namun disisi lain ada dorongan yang begitu kuat untuk tetap menahan rasa yang terlalu awal yang telah tertancap dihati ini dan akan membukanya saat waktu yang indah yang telah ditentukan sang Pencipta.
Mungkin aku bukan seorang lelaki yang tangguh yang siap untuk segara meminangmu, masih banyak sisi lain didalam hidup ini yang meski aku kelola dan aku tata dengan baik. Aku harus menyelesaikan kuliahku, meraih cita-citaku, dan yang terpenting aku sedang memperindah akhlakku serta perangaiku, agar kelak aku mampu menahkodai bahteraku nanti dengan indah walaupun beribu badai yang akan datang silih berganti.
Wahai engkau sang imajinasiku
Tahukah kamu betapa saat-saat inilah yang paling aku takutkan dalam diriku, andai saja Tuhan tidak meanugrahi diriku setitik rasa malu, tentu saja telah meminangmu bukan sebagai istriku melainkan sebagai kekasihku. Andai rasa malu itu tidak ada tentu aku tidak akan menjauhimu. Terkadang aku berfikir apakah dengan penjuhan ini merupakan jalan terbaik ataukah aku harus mengorbankan ukhuwah diantara kita, atau aku harus mengorban iman dan maluku demi hal yang tampak sepele yang demikian itu. Aku tidak mengerti akan diriku sendiri, namun wahai engkau seseorang yang telah menundukkan hatiku, terkadang aku berfikir semua itu pasti berlalu dan aku merasa bahwa saat inipun bakalan berlalu, tapi dilain sisi ada rasa ketakutan didalam diriku untuk melupakanmu. Aku takut tidak menemukan dirimu didalam diri mereka-mereka yang lain.
