Hari H.
Keberangkatan Samudra menuju Jepang adalah hari ini, sesudah Yejira Titania melaksanakan SBMPTN.
Samudra tak mengikuti SBMPTN lagi karena beasiswa nya di Jepang sudah yakin akan ia ambil.
Jangan tanya bagaimana sedihnya Yejira Titania yang sedaritadi enggan melepas cengkramannya pada ujung hoodie Samudra.
"Lo gak usah pulang deh." ledek Yejira. "Jadi fosil aja lo sana di Jepang." Tapi matanya berair, dan tangannya enggan lepas mencengkram hoodie Samudra.
Mami Samudra terkekeh mendengar ledekan Yejira.
"Nanti tau-tau Mami punya menantu orang Jepang lagi ya, Ra?" sahutnya ikut meledek Samudra.
Samudra berdecak sebal, "Mi, ah gak lucu." rengeknya.
Yejira terkekeh, "Wah, tante berarti dapet PR nih harus belajar bahasa Jepang." ejek Yejira lagi.
"Waduh, gak ah. Otak tante udah gak cukup, Ra. Mau nya yang lokal-lokal aja." Mami Samudra kembali menjawab.
Mendengar sahabat dan maminya malah memojokannya, Samudra hanya terkekeh meskipun agak sebal juga karena dia yang di pojokin.
"Ra," panggil Samudra.
"Apa?" sahutnya.
Samudra terkekeh sejenak begitu melihat wajah Yejira yang awut-awutan gak jelas. Basah karena daritadi air matanya enggan berhenti mengalir.
"Eh, lu berhenti kek nangisnya jelek banget sumpah." ejek Samudra.
Semakin dikata macam itu, semakin tangisan Yejira jadi pecah.
Di Bandara siang ini.
Raut wajah mumet Yejira sehabis menghadapi soal SBMPTN tergantikan oleh wajah super duper menyedihkan. Setidaknya dipandangan Samudra.
Iseng, Yejira malah menarik lengan Samudra lalu menjadikan lengan pemuda jangkung tersebut untuk menghapus airmata serta.... ingusnya.
Sadar dengan yang dilakukan Yejira, Samudra menarik langsung lengannya. "Jorok, Ra!" pekiknya.
"Lo tuh romantis dikit kek, ini gue mau ditinggal jauh juga." komentar Yejira.
Samudra menghela nafasnya. Ia tersenyum kecil sebelum akhirnya ia menjulurkan tangan untuk menarik Yejira ke dalam pelukannya. Membuat gadis ini membenamkan wajah di dada Samudra.
"Jangan nangis." bisik Samudra pelan. Telapak tangannya refleks menepuk-nepuk pucuk kepala Yejira pelan. "Nanti pulang kok, gua janji gak akan jadi fosil di Jepang."
Semakin deras tangisan Yejira.
Tentu saja.
Banyak hal yang sudah mereka lakukan bersama. Hal-hal gila, hal-hal yang tak terbayangkan sebelumnya, dan sebagainya.
Bahkan Yejira tak terpikirkan sebelumnya bahwa pemuda ini akan menjadi sahabatnya entah sampai kapan.
Masa putih abu-abunya pun tinggal diujung tanduk. Kehidupan yang sebenarnya akan ia lalui disini.
Meskipun tanpa Samudra.
"Baik-baik ya disana." ujar Yejira.
Samudra mengangguk, "Iya, siap."
"Belajar yang rajin, jangan makan sembarangan. Kalo ada yang jual kebab, bilang gue." lanjut Yejira.
Pemuda ini terkekeh, "Iya, Raaa." sahutnya lagi.
Mata Samudra menatap Yejira, seorang gadis yang sudah mewarnai kehidupan SMA nya. Tak apa jika di akhir kisahnya nanti, ia tidak akan bisa memiliki gadis bersurai gelap itu.
Selama ia bersama Yejira, Samudra jadi menemukan cara lain untuk mencintai seseorang selain memilikinya.
Yakni menjadi seorang sahabat yang selalu berdiri di belakangnya.
🎶
I'm lucky we're in love in every way
Lucky to have stayed where we have stayed
Lucky to be coming home someday
🎶
— END —
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita
Short StoryIni kisahnya Samudra dan Yejira, sepasang sahabat yang berani meruntuhkan satu opini tua di masyarakat. pancaka mantra series written by jlldal © 2019