7. Rasa apa ini, Sa?

56 3 0
                                    

Berhari hari ku rayu ska untuk mencoba hatinya untuk adin, entah mengapa ska masih bertahan dengan tekadnya tak ingin menyakit hati siapapun, memang hatinya terlalu seperti kapas. Aku benar kehilangan adin, bahkan senyumannya pun tak kujumpai setiap disekolah, aku salah besar din.

"din tolong dong, maafin gue" aku membuka obrolan
"aqila, be happy, thanks"
"tapi kebahagiaan gue di lo din, lo lupa kita temenan dari waktu lo sama gue masih alay nya" aku yang ingin terlihat tidak kaku, adin terdiam dan tertawa sedikit
"maafin lo gak ya? tapi gak gampang tuh" katanya dengan nada sok, sumpah din kalau bukan sedang merayu kembalimu aku ingin tertawa sekencangnya
"apa? apa? pasti gue kabulin"
"gue..."
"gue mau aqsa" adin sedikit tertawa dan aku langsung tersenyum lega apa? itu aja?
"apasih yang engga, hug dulu dong. Aqila rindu" aku langsung mendekap

Sudah seperti sebelumnya, adin menjadi sosok yang selalu aku suka tertawanya. Semenjak masalah datang karena ical, aku mulai takut mengenal siapapun yang datang ingin mengenalku lebih dekat. Namanya juga cinta pertama, kalau yang pertama jatuh yaaa siap siap untuk tertutup hatinya gatau deh sampe kapan, kata ska. Macam mengerti soal cinta saja ska yang menasehatiku.

"ska, sumpah gue ada kerja kelompok. Adin gadijemput, bisa ya anterin dia? Emang lo mau liat temen sahabat lo ini musnah diculik?" kataku rayu ska tepat di gerbang sekolah
"qil lo sumpah ya, nanti gue yang dibilang baperin anak orang, harusnya..." omongan ska terhenti melihat adin
"hei din, ini katanya ska mau anterin lo pulang" memang dasarnya adin tak punya rasa malu, jadi langsung terseyum bahagia
"iya aqsa serius?" tanpa menjawab iya ska langsung menaiki motornya seolah setuju.

Pastinya aku pulang lebih cepat darinya, bergegas ku ganti seragam ku dengab baju tidur kesukaanku, aku menunggu didepan pagar menunggu kehadiran ska datang.
"asik"
"udah ya qil gak lagi gue"
"yaelah ska gimana bisa berhasil pdkt lo?!"
"pdkt apasih?"
"udah ah mau ngegame" ska langsung meninggalkan ku

🌯

Lumayan lama, aku terus membujuk hati ska untuk adin, aku kenal adin sangat baik dan pastinya kedua temanku akan bahagia. Namun semakin hari aku melihatnya yang semakin dekat, aku memesan satu bekal saja untukku pada mami, adin sudah bawakan bekal untuk ska tiap harinya. Enyahlah perasaan apa itu? Ska tak mungkin mudah membuka hatinya dan mulutnya untuk banyak bicara dengan insan lainnya. Uh, paling karena aku ingin bertiga bukan berdua, bukan rasa cemburu, aneh lo qil.

"pulang sama ska din?" kataku saat pelajaran telah tuntas menuju sore
"gatau qil, gamau berharap gue" loh?
"lo aja udah sering berdua gitu din" jawabku heran
"lo tau aqsa kan? gak gampang kali. sampe sekarang pun ska gapernah ngomong kalo berdua, yaa gue sibuk sendiri buka topik" kata adin sembari tertawa sakit, aku tahu itu din. Namun apa? Aku senang mendengar itu.
"gue duluan" adin pergi meninggalkan ku dikelas
"ko aneh ya? eh ko gue seneng? ah aqila engga boleh" kataku dengan diriku sendiri
"ratu lama" aku tahu suara itu
"bareng gak?" aku balas dengan senyuman.

Iya, tak perlu ku sebut namanya siapa. Sore ini seperti biasa seperti sudah lama aku dan ska tak mampir toko kebab dan kedai kopi. Entah apa yang ku rasa aku ingin terus tersenyum melulu
"ih kenapa lo?" ska mengecek dahi ku
"apasih ska"
"itu lo senyum senyum mulu"
"yaa emang kenapa? gaboleh?"
"gak gitu, nanti gue meleleh" deg
"yeh lo gombal terus"
"udah lama ya gue gak gombal?"
"iyalah orang lo asik sama adin?"
"apa?" kataku sekali lagi karena ska mendekat kearahku, sangat dekat
"cemburu?"
"idih ogah banget"

Habis sudah hari itu, perutku mengocok setiap detiknya, lawakkan ska tak bisa ku tolak apa mungkin aku yang terlalu receh?

*

"nanti malam gue take off, dey" aku menatap luas salju didepanku
"gamau cari benua lagi qil?"
"sekeras apapun gue, sesulit apapun usaha gue, gaakan bisa. Semesta udah nolak gue buat ketemu ska, gimana?" kataku menghirup napas panjang
"hubungin aku ya kalo udah di Jakata, kalau aku ketemu benua aku pasti kasi tau kamu secepetnya" aku senang mendengar itu dey.

Benar, semua harus berjalan seperti air ska. Tak perlu diambil pusing, biar semua berjalan semaunya, usaha tak pernah mengkhianati bukan? Aku yakin aku akan bertemu kamu entah kapan semesta membuka matamu dan intusimu kalau aku disinu terus mencarimu kemana pun kamu. Sampai bertemu selanjutnya, New York. Kabarkan jika kau melihat insan yang memakai kacamata dan irit bicara itu, tolong katakan aku benar menyayanginya.

"mami aqila pulang"
"sayang, gimana disana?"
"ada ska?" aku menggeleng
"ganti pakaian kamu, kita makan ya"

Aku lupa, adin sekarang tinggal di Bandung kuliah di Institut Bandung, namun tetap sering mengunjungi Jakarta. Kadang aku bertemunya, tapi tak pernah aku bahas tentang ska sedikit pun, karena adin hanya tau bahwa aku baik baik saja dan tak merindukan ska sedikit pun, salah din.

"aku kangen kebab mi, aku kesana dulu ya"

Dahulu berdua, dengan motormu. Sekarang aku jalan sendiri. Toko kebab itu masih sama, aromanya, penampilannya, ah sumpah aku ingin kamu disini ska.
"mas 1 ya biasa"
Entah kenapa aku memesan satu coklat panas, yang aku pun jarang sekali kalau bukan ska yang mengolokku untuk meminumnya.
"tumben neng, biasanya beli jus"
"eh iya gapapa lagi mau ini aja"

Tak ramai, disini jarang ramai. Yang setia hanya aku dan ska yang hampir setiap harinya mengunjungi, bagaimana tidak toko ini didalam komplek dan yang tahu saja dapat mengunjungi.

🌯

"pr ekonomi lo mau gue kerjain gak?"
"ska ah lo ngeledek yaa?! gue rajin kali sekarang"
"yaa lagian lo kemana coba" ska memdengkap ku dan menariknya tepat di tubuhnya, ko ada suara jantung bertedak ska?
"lo deg deg an ya?" kataku agak menjauh dan menjahili ska
"lo ngasal. mana mungkin sama lo deg deg an" ska membenarkan kacamata, padahal tak ada yang salah
"awas lo kalo sampe suka sama gue"
"apatuh?"
"iyaa nanti kita gabisa makan kebab sama coklat panas lagi" jelasku
"loh ko gitu?"
"iyalah kan jadinya canggung"
"iyaa qil gue gaakan suka sama lo kok" KO MALAH JAWAB KEK GITU SIH SKA? SERIUS?
"gitu dong" halah lo lagi qil muna

Lagian juga tak penting aku memikirkan hati ska, aku dengannya takkan lebih. Ya mungkin aku terlalu takut untuk mengenal pria yang baru saja masuk dalam hidupku

"qil bangun ada guru"
"din lo ah telat banget banguninnya"
"lo kebo banget sih"

"eh di kelas ips 3 ada anak baru dari sekolah JakSel. ganteng dong" jelas saja teman kelasku semua doyan cogan, kalau bukan kakak kelas ya pastinya yang high sedikit. Aku agak sedikit keganggu dengan omongan para wanita rempong, pastinya adin juga berkrompomi disana.

Aku keluar kelas, memandang kelas ska. Sepertinya sedang ada pelajaran jadi tak bisa aku cabut dengannya.
"oiya novel gue" aku berbalik badan dan...
"ih kalo jalan itu liat liat dong lo galiat apa?!" kataku membereskan rokku yang mungkin agak sedikit kotor
"maaf ya, lo gapapa?" siapa dia? wajahnya asing, gumamku dalam hati
"gapapa"
"hmm" ia menatapku tajam
"kenapa masih disini?"
"lo mirip mantan gue" ucapnya
"ngawur lo" aku langsung menuju ruang kelas mengambil novelku yang akan aku baca tadi

"qil qil gila ko bisa sih?" adin sangat bersemangat
"bisa apa sih din?"
"itu tadi anak baru yang cogan"
"aqila sumpah yaa serpihan surga banget" ohh dia anak barunya, biasa saja
"apansi gak ada ganteng gantengnya, buta kali lo" aku langsung meninggalkan kelas, lagi lagi kelas ska masih tertutup yasudah aku lanjutkan ke perpus untuk menuntaskan cerita yang baru saja aku beli kemarin sore, jadi masih bersemangat.

sekiranya, hampir.  [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang