Riki yang sedang menunggu Riska dari dalam mobil di depan halaman rumah yang sangat besar itu hanya diam memandangi rumah yang Riska masuki untuk menjadi tutor. Hal itu membuat Riki kesal sendiri karena menunggu Riska terlalu lama. Padahal saat Riska keluar dari mobilnya itu menyuruhnya untuk segera pulang karena Riska berpesan akan sangat lama.
Namun, tekad Riki tidak bisa diubah hanya karena lelah menunggu Riska saat menjadi tutor. Riki masih berniat ingin mengantarkan Riska pulang karena ia ingin tahu rumah Riska di mana. Sehingga nanti malam minggu bisa ngapel sesuai apa yang ia katakan pada Riska.
"Kok lama banget ya? Padahal dulu aku gak selama ini deh? Apa Bu Riska bohong manjadi tutor karena ia sedang pacaran?" pikiran negatif kini mulai membuat Riki berpikir yang tidak-tidak padahal selama ini Riki selalu berpikir positif meskipun sering kena buliyan teman-temannya. Tapi kenapa sekarang tidak?
Apa karena jatuh cinta membuat seseorang bisa berpikir di luar akal sehatnya?
Riki mendengkus seraya melihat jam tangan yang berwarna hitam di pergelangan tangan sebelah kirinya yang sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Ini sudah melebihi jam tutor pada umumnya. "Oke aku tunggu lima menit lagi. Kalau gak keluar juga, aku datangi tuh rumah." gumam Riki mantap.
Namun, selang satu menit kemudian setelah Riki mengucapkan demikian. Pintu rumah itu terbuka dan keluarlah Riska dengan di temani sepasang suami-istri yang keluar dengannya bersama kedua orang anak perempuan yang Riki perkirakan. Satu kelas dua SMP dan satunya lagi kelas tiga SD. Kalau Riki tidak salah menebak.
Jadi, yang di katakan Riska benar adanya kalau ia menjadi tutor untuk dua orang yaitu SD dan SMP. Senyum lebar terpatri di bibir Riki. Ternyata pikiran buruk tentang Riska tidak mendasar apa-apa.
"Aduh, kok aku tambah cinta ya!" senyum tersipu Riki saat melihat Riska kini mendekati mobilnya membuat Riki menegapkan tubuhnya dan merapihkan seragamnya yang belum sempat ia ganti karena sehabis pulang sekolah Riki menunggu Riska di dalam mobil.
Tok!
Baru saja Riska mengetuk kaca pintu mobil yang tertutup. Tapi, Riki sudah lebih dulu membukanya .
"Cepat masuk. Aku nunggu lama lho Bu Riska." ucapnya merajuk membuat Riska hanya mengembuskan napasnya kasal menahan kesal akibat ulah Riki yang sungguh diluar pikirannya.
Jadi, Riska pun akhirnya menuruti apa yang di inginkan Riki. Setelah masuk mobil dan ikut dudui di kursi penumpang samping Riki yang sedang bersiap-siap menjalankan mobilnya.
Riska diam dan memasangkan sabuk pengaman di tubuhnya.
"Ibu mau pulang apa kita jalan-jalan dulu? Ya itung-itung kita pacaran dulu lho bu. Hehe." ucapan Riki tidak ditanggapi Riska yang masih diam tak menjawab lalu Riki menoleh ke samping menatap Riska yang masih diam membuat Riki mengerucutkan bibirnya. "Iya deh. Kita pulang. Tapi, rumah ibu di mana? Aku 'kan tidak tau."
"Lurus aja!" Riki mengangguk pelan dan diam beberapa detik. Namun, Riki tidak bisa diam saat di mobilnya ada wanita yang ia cintai.
"Bu Riska di rumah sama siapa?"
"Sendiri." jawab Riska singkat. Riki mengerutkan keningnya dalam.
"Kenapa?" rasa penasaran Riki membuat Riska tak nyaman karena Riki seperti ingin tahu kehidupan pribadinya.
"Bukan urusanmu."
"Yaaaaah... kok gitu? Aku 'kan pacar ibu lho." ucapan Riki membuat Riska terusik. Sejak kapan ia menjadi pacar muridnya sendiri?
"Hei, sejak kapan saya menjadi pacarmu, Riki? Kamu jangan ngaku-ngaku." Riki hanya cengengesan saja menanggapi Riska.
"Kan aku tadi pagi sudah katakan cinta pada ibu dua kali lagi dan kita sekarang pacaran. Ibu sekarang jadi pacar aku ya." saat Riska akan memakin dan meyela ucapan remaja abg itu. Riki melanjutkan. "Sekarang kemana lagi jalannya?"
Otomotis Riska menoleh kembali ke jalan dan menunjukan jalan pulangnya pada Riki. " Belok kiri terus belok kanan kalau sudah ada warung pecel lele dari situ ada gang. Berhenti di situ karena rumah saya masuk gang sempit, mobil kamu gak bakalan masuk."
"Oke." ucapnya senang.
Riska pun kembali diam tak ingin menyahut ataupun buka suara. Ia kira hari pertama mengajar akan tidak punya masalah apapun. Tapi, ternyata tidak. Hidupnya kini bakalan dipenuhi ulah Riki. Riska jadi bingung harus menghadapi remaja abg yang baru puber ini.
"Stop!" Riki menghentikan mobilnya ke bahu jalan yang sedikit lapang setelah melewati warung pecel lele yang Riska katakan tadi.
"Sudah sampai... terus kemana lagi, katanya masuk gang kecil?"
"Terimakasih. Lebih baik kamu pulang. Ini sudah malam." setelah mengatakan itu Riska membuka pintu sampingnya. Namun ia lupa kalau sabuk pengaman mengikatnya di kursi.
Saat tangan Riska meraba sabuk pengamannya. Tubuh dan wajah Riki mendekati Riska yang sedang mencari-cari kaitan sabuk pengaman tersebut.
Riska menahan napas karena kini wajah tampan remaja abg itu tepat di depan wajahnya dan hanya tinggal beberapa centi saja.
Wajah Riki masih menampilkan senyuman manisnya membuat Riska dalam sekejap lupa ingatan karena terpesona akan Riki.
Klik!
Bayangan tentang Riki yang akan menciumnya itu hilang karena suara sabuk pengaman sudah terlepas dari kaitan tubuhnya. Wajah Riska bersemu merah saat mengharapkan Riki akan menciumnya. Namun, lamunan hanya tinggal lamunan belaka. Nyatanya Riki tidak menciumnya melainkan hanya membantu melepaskan sabuk pengaman di tubuhnya.
"Ibu mengharapkan kalau aku akan mencium ibu ya?" kekeh Riki membuat Riska cepat-cepat mendorong dada Riki menjauhi dirinya.
"Jangan ngawur kamu." ucap Riska yang sudah keluar dari mobil Riki.
Riki tersenyum dengan mengerucutkan bibirnya. "Bilangnya aja iya tuh susah banget sih." gumam Riki.
Setelah Riska sudah memasuki gang kecil rumahnya. Riki buru-buru segera keluar dari mobil dan mengejar Riska dari belakang.
Riki tidak memanggil Riska karena ia sadar kalau ini sudah malam. Jadi, Riki hanya mengikuti Riska dari jauh. Saat Riska sudah memasuki halaman rumah yang tidak luas itu. Rumah Riska tidak besar akan tetapi halaman rumah Riska terlihat penuh dengan aneka bunga-bunga membuat Riki berkesimpulan kalau Riska sangat menyukai bunga yang berwarna putih karena halaman rumah Riska penuh dengan bunga putih yang mendominasinya.
"Wah, aku jadi semakin cinta sama kamu, Bu Riska." gumamnya senang.
Setelah melihat Riska sudah memasuki rumahnya. Riki berbalik pergi meninggalkan daerah rumah Riska.
Riki tidak ingin bertanya lebih kenapa Riska tinggal sendiri karena ia juga tinggal sendiri meski Papinya ada akan tetapi Papinya selalu sibuk.
"Besok, aku akan jemput pacarku dan nanti pagi harus bilang sama Papi kalau aku mau tutor baru."
Selama perjalanan pulang, Riki selalu bersenandung karena hatinya sedang bahagia.
"Tutor baru, tutor baru, tutor baru." gumam Riki. "Pokoknya Bu Riska harus jadi tutor pribadiku. Titik!"
□■□■□
Salam Hangat
(Wanda Niel)
IG : wanda_niel25
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Charm My Student [Series #3] ✅
General FictionWARNING!! 🚫 ⛔Sebagian Part Diihapus!!!⛔ Tersedia di Playstore & Play Books!! [Bijaklah dalam membaca] Riki tak bisa berpaling dari seorang wanita yang lebih tua darinya. Guru yang baru saja mengajar di sekolah menggantikan guru yang pindah itu mem...