19

5.2K 380 39
                                    

"Oke, iya, gue sayang sama Hera."

Ucapan itu akhirnya keluar dari mulut Daniel. Tidak bisa ia pungkiri, ia memang sayang pada teman masa kecilnya dulu, Hera.

Daniel bisa melihat Sena menunduk. Ia tahu Sena sedang menangis sekarang.

Apa yang ada di hadapannya saat ini sungguh menyakitkan hati Daniel.

"Sen, dengerin gue," ucap Daniel sambil memegang kedua bahu Sena yang bergetar.

Sena menghapus air matanya dengan punggung tangannya secara cepat kemudian mendongak menatap Daniel, kemudian tersenyum paksa.

"Apa lagi, El?" tanya Sena sambil menggigit bibir bawahnya, takut tiba-tiba ia mengeluarkan air matanya kembali.

Daniel sudah tidak kuat lagi. Ia sadar kalau sudah terlalu banyak menyakiti Sena.

"Maafin gue," kata Daniel sambil membawa Sena ke pelukannya.

Sena tidak bergerak sedikitpun. Entah itu menolak atau membalas. Sena hanya diam sambil mencerna kalimat permintaan maaf Daniel barusan, dan semakin sakit karenanya.

Dengan Daniel mengucapkan maaf, itu berarti semua ini benar kan? Sudah jelas. Sena dengan mudah menangkap maksud Daniel.

"Gue nggak papa. Setidaknya lo nggak berulah selama dua hari MOS ini. Ya seenggaknya gue berguna sedikit lah," ucap Sena yang masih ada di pelukan Daniel.

Sena kemudian melonggarkan pelukan Daniel kemudian menatap Daniel tulus.

"Makasih El lo mau bantu gue dari papa, makasih lo mau nyediain tempat buat gue tinggal, makasih lo mau hibur gue kalau gue lagi sedih, takut, gue berterima kasih banget-" ucap Sena, memberi jeda sebentar untuk menormalkan suaranya yang mulai bergetar.

"Gue nggak tau gimana cara bales perbuatan lo. Tapi mungkin dengan membiarkan lo sama Hera, itu yang terbaik," lanjut Sena dan kemudian tertawa kecil.

Sena kembali menunduk, tidak kuar untuk sekedar melihat wajah Daniel.

"Bahkan kita nggak pacaran, tapi kenapa gue menganggap semuanya serumit ini ya?" gumam Sena yang masih dengan jelas didengar Daniel, kemudian meneteskan air matanya lagi.

Daniel mengusap air mata yang kembali jatuh di pipi Sena.

"Sen, di saat gue bilang gue sayang sama lo gue serius," ucap Daniel jujur.

Sena kembali mendongak menatap Daniel. "Apa di saat lo bilang lo sayang Hera, lo nggak serius?" tanya Sena.

Tatapan Daniel berubah sendu.

"Gue selalu serius dengan omongan gue," kata Daniel dan mendapat senyum kecut dari wajah Sena.

"Gue nggak bisa ngerti lo, El. Lo sayang gue atau Hera?" tanya Sena pada akhirnya. Ia sudah tidak bisa menahannya, Sena butuh jawaban.

"Gue sayang lo, dan Hera."

Sena kembali tersenyum kecut. 

"Lo nggak bisa kayak gini. Lo nggak bisa sayang sama dua orang di saat yang bersamaan atau lo bakal nyakitin keduanya."

"Kenapa nggak bisa?"

"Daniel!"

Daniel tidak kuat, ia tidak ingin lagi menyakiti Sena.

Dengan hasrat yang tidak bisa ia tahan lagi, Daniel meraih pinggang Sena, meraih tengkuk Sena untuk dibawa ke arahnya, kemudian menempatkan bibirnya tepat di bibir Sena.

Daniel melumat bibir Sena lembut sambil meyalurkan seluruh emosi yang ditahannya selama ini.

Dan saat ini ia tahu. Seberapa keras Sena menghindar, seberapa keras Sena menolak, ia sudah mulai membuka hatinya untuk Daniel.

Bad Boy | Kang Daniel [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang