Sore itu mentari telah condong kebarat, langit biru perlahan berubah menjadi jingga kehitaman. Teriknya yang menyilaukan berubah menjadi senja hangat penuh senyum mengucapkan sampai esok lagi dengan lebih cerah.
Namun, sebagian besar orang tidak menyadari sapaan hangat dari sang mentari itu. Mereka yang berlalu-lalang menghias jalanan mengabaikan senyuman tulus senja hingga ia menyerah dan berubah menjadi gelap bersama dengan hilangnya sang mentari.
Suara adzan maghrib berkumandang dari ponsel Sena yang tergeletak diatas meja tanpa kursi. Disana ada beberapa jenis hidangan sederhana yang siap disantap untuk berbuka puasa.
Setelah adzan berakhir, Seho yang duduk bersila dihadapan sang kakak memimpin do’a berbuka puasa lalu meminum segelas teh manis.
“Alhamdulillah....” gumamnya usai melepas dahaga.
“Seho-ya, ayo sholat maghrib dulu”
Sena bangkit dari duduknya begitu juga dengan remaja itu yang mengikuti langkah sang kakak. Keduanya larut dalam keheningan shalat yang penuh dengan untaian do’a hingga selesai dengan raka’at ketiga.
Usai shalat, keduanya menyantap makanan masing-masing yang sempat ditinggalkan. Tidak ada percakapan, hanya suara dentingan sendok yang beradu dengan piring memecah ketenangan dirumah sederhana itu.
Mereka merapikan kembali meja tersebut seusai menyantap makanan. Kali ini Sena sedang sibuk mencuci piring sementara sang adik telah bersiap untuk belajar dimeja yang sebelumnya mereka gunakan untuk makan.
Tak lama setelah itu terdengar seseorang membunyikan bel rumah mereka. Segera gadis berkerudung itu mencuci tangannya yang penuh sabun lalu bergegas membuka pintu.
“Ma’af telah menunggu lam...” ucapannya tercekat saat mendapati dua orang pria tinggi berdiri dihadapannya dengan pakaian serba hitam.
“Benarkah nona bernama Hwang Sena?” tanya salah satu dari mereka.
Dengan ragu gadis itu mengangguk pelan,”ke... kenapa?”
Kedua pria itu saling beradu pandang lalu membuka topi yang menghalangi wajahnya. Hal itu membuat Sena terbelalak mengetahui siapa pria yang berhadapan dengannya saat ini.
“Kami datang ingin memberitahu kalau Suho hyung saat ini sedang sakit...” ujar seorang pria yang tampak lebih putih dari temannya.
Mendengar penjelasan kedua pria itu hatinya bergetar mengingat kejadian terakhir kali dimana ia mengusir pria yang berusaha memperbaiki hubungan lama dari persahabatan mereka. Ia tidak tahu jika Junmyeon akan bertindak sejauh ini. Rasa bersalah muncul begitu saja hingga membuat orang lain terluka tanpa sengaja.
“Apa? Suho sakit?”
Kedua pria itu berbalik dan mendapati seorang pria lebih pendek dari mereka tengah berdiri dibelakangnya. Suara familiarnya membuat Sena dengan mudah menebak siapa yang barusaja datang.
Wajah pria itu hanya berupa siluet hitam karena tersamar oleh gelapnya malam dan pencahayaaan yang minim. Perlahan siluet asing itu berubah menjadi wajah hangat dengan senyum yang terkembang.
“Kenapa semua diam? Sena-ya cepat bersiap dan kita jenguk Suho bersama, jangan lupa berikan kedua member EXO ini minum”
“Ne, oppa...”
(***)
Pria tampan bernama Junmyeon itu saat ini terkulai lemas diatas ranjang tidur dengan selimut yang menutup seluruh tubuh selain wajah pucat. Bibirnya tak berhenti terkatup mengucapkan deretan kalimat lemah yang berhasil ditangkap oleh telinga Sena.
“Dia seperti itu sejak empat hari lalu dan ini yang terparah. Kami pikir cukup dengan menyadarkannya tapi ternyata tidak. Dia sangat membutuhkanmu...” jelas Chanyeol dengan hati-hati.
Gadis berkerudung itu menghela nafas lalu mendekatkan wajahnya pada telinga pria itu. Perlahan tangan lembutnya menyapu rambut pria rapuh itu.
“Sunbae-nim... Ini aku...”
Seolah mendapatkan penawar dari racun yang telah menyebar keseluruh tubuh. Matanya sedikit terbuka dan senyumnya tercetak mendapati wajah Sena yang masih cantik. Tangannya yang rapuh terangkat dan meraih tangan gadis itu yang mengusap kepalanya.
“Sena-ya, mianhada...”
Gadis itu mengangguk dan membalas senyum redup itu seolah memberitahu bahwa ia telah melupakan semua yang terjadi. Senyum manisnya cukup membuatnya merasa tenang terlebih kenyataan bahwa gadis itu berada disampingnya saat ini.
Tak lama kemudian, Kyungso datang dengan semangkuk bubur dan segelas air gula hangat. Dengan sigap gadis itu mengambil alih nampan tersebut dan mengaduk buburnya.
“Sunbae, duduklah dan makan. Kau harus memasukkan sesuatu kedalam perutmu”
“Biar kubantu...”
Sehun bergegas menghampiri Junmyeon yang kesulitan untuk duduk. Dia duduk diatas ranjang sebelah Junmyeon dan membantunya duduk dengan nyaman. Satu per satu suapan bubur itu masuk kedalam tenggorokan pria lemah. Seluruh member EXO yang juga berkumpul disana merubah wajah serius dan takut mereka menjadi lebih tenang dengan senyum yang mengembang.
“Makanlah yang banyak agar kau cepat pulih...” ucap Eunkwang yang berdiri dibelakang gadis itu dengan senyum yang mengembang.
Kata itu terdengar lembut seolah mengabaikan perseteruan yang terjadi akhir-akhir ini. Senyum yang tercetak sama sekali tidak memancarkan sebuah kebohongan melainkan ketulusan.
“Apa-apaan ini?”
Seluruh pasang mata yang sedang sibuk memerhatikan Junmyeon beralih pada sumber suara. Semua orang terperanjat tak terkecuali Junmyeon saat mendapati sosok ibunya berdiri diambang pintu. Sementara itu Sena dan Eunkwang hanya diam dalam kebingungan masing-masing sampai akhirnya wanita paruh baya itu berjalan dengan angkuh. Sorot mata tajamnya tertuju langsung pada satu-satunya gadis yang tinggal diruangan itu.
Sesuai prediksi seluruh member EXO, wanita itu berhenti tepat dihadapan Sena yang masih dalam dunia bingungnya. Ruang yang sebelumnya mencair saat ini telah membeku, hening, tak ada suara apapun yang terlontar. Mereka semua seolah mengetahui apa yang terjadi selain ia dan Eunkwang. Mereka bahkan menunduk dan tampak mencemaskan banyak hal.
“Jadi kau gadis yang selalu disebut putraku”
Suara wanita itu memang lembut dan halus, namun tidak ada sedikitpun ketenangan disana. Dari mata tajam yang siap untuk membunuh hingga senyum penuh kebencian, seluruhnya tertuju pada gadis berkerudung itu.
“Eomeoni...”
“DIAM!!!!” lantangnya saat mendengar suara Junmyeon.
Ia membuang nafas kasar, lalu menjatuhkan Sena dengan sekali dorongan. Ia membuat gadis itu bersimpuh dilantai dengan paksa. Diraihnya dagu Sena dengan kasar dan membuatnya menatap wanita paruh baya itu.
“Eolmana? Berapa banyak yang kau butuhkan agar menjauhi putraku?”
“Ma’af nyonya, Sena tidak seperti yang anda pikirkan. Tolong lepaskan dia” sahut Eunkwang dengan penuh hati-hati.
Tatapannya berpindah pada Eunkwang lalu kembali pada gadis itu. Dengan kasar ia menghempaskan wajah gadis yang sedari tadi dipegangnya. Gadis itu menahan tubuhnya dengan tumpuan kedua tangan. Segera Eunkwang menghampiri dan membantunya berdiri.
“Pelacur!”
To Be Continue...
Note:
Eolmana(얼마나) : Berapa banyak?
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TIME: When I Love You ☑
Fanfic"SENA!!!!!!!!!!!" Teriakan Eunkwang juga kecepatan lari Minhyuk tak mampu mengejar gadis berkerudung itu. Sangat jelas kedua bola mata mereka melihat tubuh Sena terpelanting dan berguling diatas bumper mobil hitam itu. Tepat saat tubuh kecilnya jatu...