Special Chapter ( Merried Life)

2.8K 314 235
                                    

Tidak ada bulan madu.

Itu disebabkan karena Sehun sedang memiliki banyak jadwal pemotretan di luar kota. Dan Irene juga sudah banyak mengambil cuti ketika dia masih mengalami morning sick, jadi keduanya memang tidak masalah dengan hal itu.

Malam pertama yang mereka lalui cukup aneh. Selain tidak ada bulan madu juga tidak ada kegiatan syalalalala yang seharusnya dilakukan bagi pasangan yang sudah resmi menjadi suami istri. Irene bingung apakah dia harus tetap tinggal di apartemennya atau tinggal di apartemen Sehun. Lagipula kedua tempat itu hanya bersebelahan pintu saja, apanya yang berbeda? Tapi setelah selesai acara pesta pernikahan, baik Sehun maupun Irene malah tidur di tempat masing-masing dan bodohnya mereka justru bersikap seperti bertetangga saja. Itu normal?

"Masa dia tidak menusukmu malam itu, kau serius?" Kai tertawa seakan pengakuan Irene adalah hal paling lucu yang baru pernah dia dengar.

"Pelankan sedikit suaramu, bisa tidak?" sengaja Irene menginjak sepatu kerja pria itu sambil memasang ekspresi sejengkel mungkin.

Pasalnya suara tawa Kai membuat karyawan lain disekitar mereka jadi menoleh penuh tanda tanya. Kai baru menyadari keadaan itu setelah mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan lalu mulai menghentikan tawanya merasa bersalah. Tapi detik berikutnya Kai mulai tertawa lagi sambil ngeloyor kembali ke kubikelnya. Benar-benar sebuah penghinaan, Irene merasa harga dirinya sebagai wanita cantik terjatuh ke dalam jurang tanpa dasar.

Irene tidak tahu harus menceritakan kisah malam pertamanya yang miris itu pada siapa. Dia pikir Kai bisa memberikan solusi karena Irene selalu menganggapnya sebagai sahabat yang sangat pengertian, setidaknya pria itu masih lebih baik 0,1% dibanding Chanyeol. Melihat responnya yang seperti tadi, Irene malah jadi menyesal dan ingin mencakar wajah Kai sampai berdarah-darah.

Jam pulang kerja masih tersisa lima belas menit lagi, padahal Irene sudah menyeleseikan jatah pekerjaannya sejak selesai istirahat makan siang. Dia memang tipikal seorang karyawan yang rajin dan tidak suka menunda-nunda apa yang menjadi tugasnya. Tapi tidak melakukan apa-apa juga membosankan. Yang Irene lakukan hanya bermain games atau menjelajah internet. Sesekali saja dia menerima surel ataupun telepon dari divisi lain, itu juga tidak begitu penting menurutnya.

Ketika Irene baru menutup satu laman web yang membahas tentang hubungan seksual antara suami dan istri -akhir-akhir ini dia sering membaca artikel semacam itu- ponselnya berdering dan itu panggilan dari Sehun. Irene menamainya dengan sebutan hubby sejak dua minggu lalu mereka menikah. Anehnya setiap nama itu muncul, Irene justru merasa geli sendiri. Benarkah mereka sudah menikah? Benarkah sekarang Irene sudah menjadi istri seseorang? Pertanyaan semacam itu sering muncul dalam pikirannya di saat-saat tertentu.

"Ya Hallo," Irene membuat suaranya terdengar biasa saja.

"Aku sudah ada di bawah, berapa menit lagi jam kerjamu selesai?"

"Aku kan bisa pulang sendiri, lain kali kau tidak usah repot-repot menjemputku," saat mengatakan itu mata Irene melirik jam tangannya dan kira-kira lima belas menit lagi dia sudah bisa pulang.

"Aku akan menunggu," suara Sehun seperti sedang mengunya makanan, sedikit tidak jelas tapi Irene bisa tahu apa yang sedang pria itu lakukan disana.

"Kau baru makan siang di jam seperti ini? Jangan terbiasa melakukan itu, kau kan bisa sakit."

"Ehm, tadi di lokasi pemotretan aku tidak sempat makan siang, aku hanya memakan sebungkus roti keju. Jadi aku sengaja membeli ayam goreng di tengah perjalanan kemari. Tapi aku sudah menyisakannya 2 potong untukmu, ini enak sekali Ren," lagi-lagi suara Sehun terdengar hanya seperti gumaman saja.

BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang