Taehyung menatap sendu pada Jungkook. Rasanya ingin memarahi adik kecilnya itu lantaran masih juga tak membuka mata.
"Kita pulang yuk," ajak Jimin sambil menepuk pundak Taehyung. "Kau kelihatan pucat, Taehyung."
"Lagi banyak pikiran, Jim." Taehyung memijat pelipisnya. "Jimin, keputusan kita dukung Seokjin udah bener 'kan?"
"Bukannya kau yang setuju diawal? Aku bahkan membuka suara setelahmu."
"Ya. Kau benar. Serius, kalau lihat Hyemi enggak tega. Pengennya lihat Hyemi bahagia. Seokjin pasti bisa bahagiain. Tapi ... Kalau lihat adek, aku merasa bersalah."
Jimin menghela napas. "Kita lihat aja nanti gimana. Kalau memang Jodohnya Hyemi itu Seokjin, pasti mereka bakalan sama-sama. Sebaliknya, kalau jodohnya adek, ya pasti ada jalan. Pasti adek bangun."
"Aku penasaran gimana kedepannya."
"Ikuti aja alurnya. Inget, kita enggak bisa maksain kehendak Tuhan loh."
Taehyung mengangguk.
"Ayo," ucap Jimin membantu Taehyung untuk bangkit.
"Tunggu!" Taehyung kembali duduk. Ia menggenggam tangan Jungkook dan berbicara tepat ditelinganya, "Hei, bocah nakal! Bocah mesum! Ayo bangun sekarang. Kalau kau tidak bangun dan mencegah kak Hyemi menerima lamaran Seokjin, kau pasti akan menyesal! Mereka akan menikah. Mereka akan punya anak yang banyak dan lucu dek. Cepat bangun, hentikan! Jangan terlambat!"
Jimin tersenyum melihat Taehyung yang terkesan menggebu. Taehyung bangkit setelah menyelesaikan kata-katanya. Menatap Jimin sambil mengerucutkan bibirnya.
"Harusnya berhasil!"
"Hah?"
"Iya. Kalau di TV, pasien koma dibisikin gitu, bakal bangun."
"Haduh ..." Jimin menghela napasnya. "Dasar bocah. Korban drama ih!"
-------******---------
Hyemi tersenyum pada Jungkook yang masih berbaring di ranjangnya. Wajah Jungkook damai sekali dalam tidurnya yang panjang. Hyemi mengecup pipi kanan Jungkook lembut. Harum bayi tercium dari tubuh pria itu. Iya, Hyemi memang baru saja membersihkan tubuh Jungkook. Memakaikan wewangian bayi, seperti kesukaan Jungkook dulu. Mamah bilang sebelum ke Seoul, Jungkook itu seratus persen masih bertingkah seperti bayi. Bedak, cologne, sampai minyak kayu putih ia pakai. Hyemi jadi terkekeh saat mendengar cerita itu. Kalau di ingat-ingat lagi memang awal dia mengenal Jungkook, ia memang seperti itu. Harumnya juga. Hanya lama kelamaan, harumnya berubah. Jungkook lebih terasa wangi vanilla lembut. Tak masalah sebenarnya. Wangi bayi ataupun vanilla, Hyemi suka. Ia suka pria yang harum.
Hyemi memilih duduk disisi ranjang Jungkook. Mengangkat tangan Jungkook untuk ia ciumi. Kebiasaan Hyemi selama delapan ratus dua puluh hari ini. Menggenggam tangan Jungkook, lalu mengajak ngobrol.
"Dek, kak Seokjin ngelamar kakak hari ini," ucap Hyemi dengan tersenyum. "Adek tahu, dia kayak pangeran. Serius. Mungkin kalau adek lihat, adek bakal tinju kak Seokjin deh dek karena cemburu. Soalnya dia itu romantis banget gituloh. Ngajakin ketemuan di taman, kasi bunga kesukaan kakak, terus kasi cincin loh. Cincinnya juga bagus."
Hyemi mendekatkan bibirnya ketelinga Jungkook. "Dek ... Adek bakal bangun enggak sih? Kakak rasanya udah kehabisan airmata nangisin adek. Kakak pengen bahagia. Apa keputusan kakak tepat?"
Tangan Hyemi mengusap-usap wajah Jungkook.
"Keputusan kakak tepat 'kan dek? Adek enggak marah 'kan kakak ambil keputusan kayak gini?"
-------******--------
"Suster, tolong titip Jungkook sebentar ya." Mamah Jungkook membisiki telinga Jungkook. "Dek, mamah balik ke hotel dulu ya. Bentar. Ambil pakaian sekalian beliin perlengkapan mandi adek. Baik-baik sama susternya ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Little 'Namchin' (Rate-M ⚠🔞Jeon Jungkook) ✔END
Fanfiction"Berhenti jadikan kak Taehyung pelampiasan kak. Dia milik kak Yoobi. Kalau kakak mau, adek bisa jadi pelampiasan kakak. Adek siap. Kapanpun." Dan pernyataan Jungkook sialnya membuat Hyemi berdegup. Tidak pernah tahu bahwa pria yang ia anggap bocah i...