one.

290 23 3
                                    

"Hyung! Kok malah ngaca sih?! Iya iya, udah ganteng, tapi cepetan lanjutin packingnya kalo belum selesai!" Si blonde—oh, maksudku Haechan, kembali mengomeliku.

Aku memutuskan untuk menerima keadaan ini sambil mencari jawaban dari semua kegilaan ini. Akan kuikuti alur gila ini.

"Koperku mana?"

"Oh my God, Hyung! Jangan-jangan kamu beneran amnesia ya?!" Haechan melipat tangannya dan menunjukkan ekspresi kesal yang sudah melampaui batas.

"Itu, di sana. Koper di samping almari pakaianmu, dan almari pakaianmu terletak di antara sofa yang tadi kau buat tidur." Jelas Haechan.

Ia melanjutkan packingnya dengan tergesa.

Aku berlari kecil ke arah koperku dan memasukkan pakaian ala kadarnya sambil berdecak. Semua pakaian branded dan mahal.

Setelah memakan waktu kurang lebih lima belas menit, aku menutup dua koperku dan mengistirahatkan tubuhku di sofa. Mataku tertuju ke arah handphone yang tergeletak di meja. 

Apakah ini handphoneku?

"Ng.. Haechan,"

"Apa lagi? Sudah selesai kah packingmu?"

Aku mengangguk, kemudian menunjuk ke arah handphone yang ada di meja.

"Ini.. handphoneku?"

"Hyung—ya, itu handphone milikmu. Dan ini kata sandinya," Haechan meraih handphone tersebut dan menunjukkan sebuah pola.

Untungnya dia sabar menjawab pertanyaanku yang sedaritadi tak masuk akal.

"Thanks,"

Tiba-tiba dari arah pintu muncul bocah laki-laki yang berwajah polos.

"Hyung, udah ditunggu Manager Hyung di bawah tuh, buruan turun!" Laki-laki berambut blonde yang agak sedikit lebih cerah itu rupanya menjemput kami. Ia menenteng ransel dan sesekali merapikan mantel yang ia pakai.

"Iya bentar, Njun, mau keluar nih."

Njun?

Haechan menarik kopernya dan berjalan ke arah pintu. Aku pun menyusulnya.

"Ini Huang Renjun. It's written as Renjun but pronounced as Reonjwin, understand?" Jelas Haechan, seolah ia membaca ekspresi wajahku.

Aku terhenyak. Begitupun laki-laki yang disebut Renjun atau Ronjon atau apalah ini, ia sama terkejutnya denganku.

"Ngapain ngenalin aku sih?"

"Mark Hyung lagi amnesia kayaknya tuh,"

Renjun terkekeh.

"Apa-apaan sih. Ya udah, yuk."

Rupanya mereka tidak menyadari keanehan yang terjadi pada diri seorang Mark Lee. Mereka kira aku bercanda.

Di bawah ada beberapa anak laki-laki lainnya.

Ah iya, kami sebuah grup.

"Lama banget sih, maskeran dulu ya?!" Ucap laki-laki berambut pink sedikit peach yang wajahnya—menurutku mirip dengan Renjun.

"Mark Hyung lagi amnesia, Jaem." Jelas Haechan, santai.

Jaem?

Semua orang yang sedang duduk di sana menoleh ke arahku, kemudian tertawa terbahak-bahak.

Unbelievable ✓ | Mark Lee +ot18Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang