Smile For Me | 3

7 2 0
                                    


"Ndi.. Please, temenin gue nonton ya "

"Sekali ngga, ya ngga Na. Maksa banget deh " ucap Indi sambil mengemasi beberapa buku pelajarannya dikoridor.

"Iihh lu mah gitu. Gak setia kawan. Masa gue nonton sendiri sih. Keliatan banget jonesnya " rajuk Rina.

Ya, gadis manis dengan perwakan tinggi semampai itu memang masih setia dengan status singlenya. Padahal jika dilihat dari segi rupa, Rina ini menang banyak dibandingkan Indi yang biasa-biasa saja. Bisa dibilang bodinya gold banget, kulit putih mulus. Wajahnya juga cantik, banget malah. Cuma satu yang kurang. Kurang pacar.

Yang naksir sih banyak, cuma ya gitu masih suka pilih-pilih. Sekalinya naksir sama cowok, ngga pernah ada yang bener. Dimulai dari Radit anak basket, cakep sih tapi playboy. Terus, Satrio anak tracking, hitam manis orangnya tapi suka jarang mandi. Terakhir Deon, cowok jangkung kulit putih pucat, gayanya sih cool abis, pinter lagi. Tapi sayang suka ng'dance. Dance salsa maksudnya. Anehkan ? Indi aja heran apalagi para pembaca. Tapi mau bagaimanapun dia, Rina tetaplah sahabat Indi yang paling selalu ada disaat apapun. Kalo kata Indi mah is the best lah.

"Bodo amat ya Na, itu derita lo. Gue balik duluan. Bye "

"Yah.. Ndi. Jangan pulang dulu napa. Temenin gue ya ya ya, pleasse!? Ntar gue traktir eskrim di toko doi langganan lo itu deh. Sepuas nya " bujuk Rina melas dengan dua tangan disatukan didepan dada.

"Ngga bisa Rina. Kali ini gue udah ada janji sama orang" jawab Indi cuek. Dia memang udah janji mau jalan sama Tayler kemarin.

"Lo? Mau ketemuan Ndi? " tanya Rani penasaran.

"Iye. Udah ah, gue balik " mengabaikan Rina, Indi melangkah lebih dulu.

"Eh.. Ndi. Wah tega lo Ndi tega. Indi woy.. Elah beneran ditinggal gue "
.
.
.

Kota tua, adalah kota yang menyimpan segudang cerita dimasa lampau. Bangunan yang sudah mulai usang ini tidak pernah sepi pengunjung. Dan gedung putih dengan gaya arsitektur Belanda ini adalah saksi sebuah pusat perdagangan pada masa koloneal Belanda dulu. Menjadikan tempat ini salah satu tempat paling bersejarah di ibukota.

Mengabaikan pandangan tak suka dari orang sekitarnya, gadis berseragam putih abu itu dengan riang menggandeng tangan pria jangkung disampingnya. Menikmati kebersamaan mereka berdua. Layaknya seperti sepasang kekasih yang tengah dimabuk asmara. Indi mengayun-ayunkan tangannya yang masih digenggam Tayler. Bibirnya tak pernah lelah menampakkan senyum.

(Aku mau beli itu, kau mau? ) tunjuk Indi pada seorang pedagang arum manis. Dan tanpa persetujuan Tayler, Indi lebih dulu menghampiri sang pedagang tersebut.

"Mang, Saya mau satu ya " ucap Indi begitu sampai depan gerobak si mang pedagang.

"Pacarnya neng? Tinggi bener " tanya si mang penjual dengan senyum gigi putihnya yang sedikit kekuningan.

"Hehe iye mang. Doain langgeng ya " jawab Indi ngasal.

"Wuihh.. pasti neng. Semoga lanjut sampai jenjang pernikahan yaa"

"Aamiin " sambil mengusap wajah dengan kedua tangannya kemudian terkekeh geli.

Sedang Tayler yang tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan hanya bisa mengangkat bahu acuh.

"Mau ?" tawar Indi sambil mengarahkan arum manis ditangannya pada Tayler. Tayler bermaksud mencubi sedikit arummanisnya namun ditahan oleh Indi. (Kita foto dulu yuk ) lalu mulai mengarahkan kamera ponselnya. Indi bersandar didada bidang pria jangkung disampingnya. Sedang Tayler mengalungkan satu tangannya pada ceruk leher Indi. Indi tersenyum lebar saat bunyi ckrek menyala. "Bagus nih. Nanti upload di Ig ah " bisik Indi pada dirinya sendiri.

Smile For Me ( belum revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang