Part 1

115 18 16
                                    

Bismillah,
Selamat Membaca

Malam hari yang biasanya rembulan menunjukan sinar dengan gagah kini kalah dengan awan hitam yang menutupinya, suara-suara jangkrik menghilang tergantikan oleh suara hujan yang jatuh begitu deras, Zahran lebih memilih melamun setelah makan bersama dengan keluarganya daripada melakukan aktivitas lain.

Dalam lamunannya Zahran memikirkan perkataan dokter seminggu yang lalu, bahwa ia mengidab penyakit yang cukup serius. Keinginannya sekarang hanya hidup normal seperti kebanyakan orang. Namun kenyataan berkata lain, ia harus menghadapi penyakit yang semakin hari semakin menggerogoti tubuhnya.

Hari-hari yang lalu Zahran jalani dengan baik, walaupun orang di sekitarnya tidak tahu keadaan sebenarnya, bahkan orang tuanya sendiri. Ia menyembunyikan sakitnya karena tidak mau menyusahkan orang lain. Dan entah kedepannya bagaimana, saat ini Zahran dibuat resah, dimana orang yang penyakitan pasti akan di jauhi, dikucilkan, bahkan bisa saja foto ketika ia sekarat di upload ke sosmed dengan caption Komen amin supaya orang ini cepat sembuh, jika anda mengabaikan, anda sama saja seperti iblis. Ia tidak bisa membayangkan itu.

Akhirnya pikiran Zahran melayang ke biaya untuk pengobatannya, ia bingung bagaimana mendapatkan uang untuk itu, meminjam pada temannya atau minta kepada orang tuanya? Itu tidak mungkin, mereka akan curiga. Jalan satu-satunya hanya kerja, dan ia masih sekolah pasti dilarang oleh orang tuanya.
"Aarrggg...dasar cowok penyakitan!" Gerutu Zahran. Ia pun menarik napas dan membuangnya dengan kasar. Zahran berpikir sejenak dan mengambil keputusan bahwa besok akan meminta izin kepada orang tuanya.

Pagi harinya, Zahran langsung menemuin Abah Abdullah dan Ummi Fatima yang sedang asik ngobrol di meja makan.
"Dorrr...Abah? Ummi?" Suara Zahran mengejutkan Abah, Ummi dan langsung mendapat tatapan elang dari Abah, sedangkan Zahran hanya membalas dengan cengiran. Ia pun langsung mengambil posisi duduk di depan Mereka.
"Bah, Mi...Zahran ing.." Belum selesai Zahran berbicara tapi sudah disela oleh Abah.
"Ingin menikah?" Kali ini wajah Abah menjadi serius.
"Abah, iiihhh...Zahran kan belum selesai bicara, Bah," Rengek Zahran sambil memanyunkan bibirnya.
"Zahran ingin kerja, Bah, Mi. Boleh?" Tanya Zahran dengan memelas
"Kerja?" Tanya ummi dengan wajah penasaran, cukup singkat tapi membuat Zahran tertunduk
"Untuk apa? Abah masih bisa kok" Tanya Abah dengan pembelaannya
"Mau bantu Abah buat biaya sekolah, boleh ya?" Lagi-lagi Zahran dengan muka memelasnya supaya mendapat izin dari orang tuanya.

Pengakuan Zahran pun membuat Abah Abdullah dan Ummi Fatima saling bertatapan, mereka dibuat bingung dengan sikap Zahran sekarang ini, tumben sekali. Maksud mereka pun bukan melarang. Tetapi, Abah Abdullah juga masih bisa membiayainya sekolah, dan supaya Zahran fokus pada pelajaran di sekolahnya yang sebentar lagi akan ujian.
"Oke, demi masa depan kamu, maaf, Abah sama Ummi tidak memberi kamu izin..." Jawab Abah dan mendapatkan anggukan dari Ummi,
"Tapi, Bah. Ini juga demi masa depan!" Bela Zahran, Abah kembali menatap Ummi, dan kali ini Ummi yang membuka suara.
"Abah, belum selesai bicara, Kita mengizinkan tapi dengan syarat, kamu harus bisa membagi waktu antara kerja dan sekolah, yang paling penting jaga kesehatan kamu." Jelas Ummi

Mendengar penjelasan Ummi, dan sepakat dengan yang dikatakan Ummi. Zahran pun berjingkrak-jingkrak kesenangan, ternyata mudah untuk mendapatkan izin, tidak seperti yang dibayangkan. Besok ia akan mulai mencari kerja sepulangnya dari sekolah.
"Semangat!” Seru Zahran menyemangati dirinya.

***

Oke, segitu dulu, gaes:v
Maapkeun author yg masih amatir ini.
Jangan lupa vote, kritik dan sarannya karena semua itu berharga untuk saya😊

Terima kasih!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sampai JumpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang