8

70 24 6
                                    

Hanya ada kau di duniaku, kau boleh berlaku apapun,  semaumu. Namun ingat, pergilah hanya denganku dan nikmatilah duniaku dengan cintamu.

_____________________________________

Di sinilah Wilda sekarang. Dia duduk di tribun penonton sambil menunggu pertandinganya dimulai. Dia mengunci pandangannya pada seseorang yang jauh di tepi lapangan. Gadis itu merekam setiap gerak-gerik Alka.

Wilda tersenyum sambil membayangkan apa yang gadis itu ingin bayangkan. Wilda tersenyum sangat manis di mana saat bibir itu membentuk lengkungan sempurna menampakan lesung pipit di dekat bibirnya dan memperlihatkan sedikit gigi-gigi rapinya. Satu hal yang Wilda sukai, menatap Alka dari kejauhan menurutnya tak terlalu buruk.

Mengingat tentang surat kemarin yang cowok itu beri menambah kesemseman gadis itu.

Dia gila, dia tak sadar bahwa di ujung hati kecilnya telah terpahat nama Alka disana. Sekarang ia tak akan melewatkan waktu barang semenit pun untuk menatap Alka.  dia betah berlama-lama menunggu pertandingan futsal asalkan Alka  masih di sana.

Sekarang pikirnya hanya ada Alka.

suara peluit yang ditiup tiga kali membuat para pemain mempersiapkan diri, semua bersiap menuju tengah lapang,  mengganti seragamnya dengan kaos tanpa lengan.

Alka berjalan bersama timnya menuju area utama di saat semua penonton heboh berteriak memberi semangat untuk para idola idola mereka, disitu Wilda hanya memilih diam. Di sisi lain tim lawan menyusul di belakang tim Alka,  mereka menggunakan seragam orange senada. Di sana, salah satu pemainnya sedang menyapu pandangan menelusuri tribun. Dia yakin bahwa yang dicarinya sekarang berada di sana.

Dan benar, pandangan mereka bertemu saat itu juga. Satu lambaian untuk gadis disana, di tambah senyuman menawan yang membuat gadis itu menatapnya heran.

Wilda tau Alden sedang menatapnya, bahkan berlambai dan juga melontarkan senyum untuknya.

Tanpa perintah tanganya membalas lambaian tangan cowok disana. Dia membalas tanpa sadar!. Sepersekian detik kemudian dia merutuki aksinya barusan.

Beban malu lo, Wil.

Sebentar lagi pertandingan dimulai. Alden dan Alka yang posisi menjadi leader berjalan kedepan menghampiri wasit yang berdiri diantara keduanya. Sang wasit menunjukkan dua kartu yang berisi nama tim. Siapa yang kartunya terbuka terlebih dahulu berarti tim itu yang memulai pertandinganya.

Setelah memberitahu bahwa kartu tim Alden lah yang terbuka, wasit meminta keduanya berasalaman, sebagai simbol persahabatan.

Di situ Alden tersenyum simpul menatap saudara kembarnya, lebih tepatnya lagi. Adiknya.

Di salaman yang jarang jarang ini, Alden sedikit menekan jabatan tanganya. Sekarang, Alden sedang ingin memamerkan senyum jahatnya pada adik semata wayangnya ini.

"Lo gak lupa kan kalo gue kakak lo? " bisiknya tepat disamping telinga Alka. Ucapan Alden barusan membuat Alka perlu sedikit waktu untuk mencerna maksud kakaknya.

Tanpa memberi kesempatan Alka untuk menanya maksud dari ucapan Alden barusan, Alden menarik diri, ia berjalan mundur dan berbaur dengan tim pemainya.

Alka memutar lagi ucapan Alden.

Bagaimana dia lupa?.

Alden adalah satu satunya kakak yang ia punya.

Dan Alka tak akan pernah lupa akan itu.

**********

Suara teriakan penonton terdengar sangat nyaring, tapi semua yang disini tak merasa terganggu. Pertandingan kali ini berlangsung sengit. Tak sedikit adegan senggol menyenggol sampai hampir terjadi keributan di tengah lapangan.

KaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang