Aku bangun tepat pukul jam 12 malam. Perutku terasa lapar dan cacing di dalamnya terus saja menggerutu, sehingga memaksaku membuka mata. Aku segera keluar kamar dan mencoba mencari makanan di kulkas.
Aku mengambil sepotong roti dan air dingin. Aku membawanya menuju meja makan.
Ku suapkan roti kedalam mulutku. Hingga sampai suapan ketiga, ada sebuah bunyi terdengar dari luar rumah.
Drrrrkkkk
Terdengar suara keras gerbang terbuka. Aku menoleh kearah jam yang ada diatas kulkas. Pukul 12 tepat. Papa dan mama pasti baru pulang. Aku sangat yakin itu. Aku mengangkat bahu tanda tidak peduli sama sekali.
Sampai tiba-tiba kudengar ketukan pintu berkali-kali. Aku kembali melihat jam, jam 12 lewat dua.
Aku binggung kenapa mama dan papa harus mengetuk pintu jika mereka memiliki kunci Pegangan masing-masing. Lagipula gerbang terbuka dan ada suara mobil masuk ke dalam garasi.
Jantungku mulai berdegup cepat, suara ketukan pintu semakin keras. Aku melihat sekelilingku. Sepi. Tidak ada siapa-siapa.
Air mataku keluar tiba-tiba. Rasa takutku mulai menyeruak hebat. Aku bergegas mengambil sapu dan berlari mendekati pintu. Aku memegang sapu dengan rasa takut dan memegangnya dengan posisi siap memukul. Berjaga-jaga jika entah ada apa di depan pintu.
Dengan cepat aku memasukkan kunci yang ada di gagang pintu, lalu ku putar kunci dan membuka pintu dengan cepat."Elo?"
Mataku terbelalak ketika melihat pria yang berdiri di depan pintu rumahku sembari memegang kue cokelat dan sebuah buket bunga di tangan sebelahnya.
"Happy birthday Vel, Hehe." Dia tersenyum malu-malu dan menggaruk kepalanya menggunakan tangan yang menegang bunga, dan menyebabkan beberapa kuntum dari bunga tersebut jatuh ke lantai.
"Muka lo lucu." Aku tersenyum kearahnya. Tanpa terasa air mataku mengalir. Aku terharu. Jujur.
"Kok nangis?" Tanyanya dengan muka polos.
Kuusap segera air mataku,"Gue terharu. Tumben lo baik?"
"Aneh ya?" Tanyanya.
"Eh, pengangin nih kuenya, pegel gue." Dengan cepat di sodorkannya kue tersebut ke tanganku. Ku baca tulisan yang ada di kue itu.
"Loh? Kok ini kertas di tempelin??"
"Oo itu tadi creamnya habis. Jadi gue tulis sendiri. Agak berantakan karena ngantuk."
Aku tertawa. Dia juga tertawa.
"Masuk dulu."
"Gausah di luar aja. Takut ada apa-apa. Khilaf nanti."
Kupukul pundaknya dengan sebelah tanganku.
"Apaan sih, Zra."
Kurasakan tiba-tiba Ezra memegang puncak kepalaku, lama. Lalu mengucapkan, "Happy birthday, Vel. Maafin gue."
Aku menatap matanya. Dan itulah kali pertama aku menatap mata Ezra. Lama. Sangat lama. Sampai sampai aku lupa, aku kemarin membencinya.
"Eh duduk dulu." Aku berjalan mendahuluinya. Duduk di kursi taman depan rumah.
Dia duduk di sebelahku. Lalu, menatapku. "Selamat ulang tahun." Katanya lagi.
"Apaan sih? Udah dari tadi!!!" Kataku padanya.
"Iya selamat ulang tahun. Ini bunganya."
Aku mengambil buket bunga tersebut. Aku mengernyitkan dagu heran. Warna bunganya berbeda. Ada bau yang berbeda pula dari bunga tersebut. Warnanya tidak seperti mawar biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU
Romance7 tahun lalu, "Kita putus aja." Ku katakan sebuah hal gila di hadapannya setelah sekian lama ku tahan segalanya. "Terserah." "Hanya itu?" Dahiku mengernyit menatapnya yang sedang berada di hadapanku. Dia diam. Tatapannya tetap mengarah kearah lain...