Entah kenapa mata gue gabisa lepas dari sosok gadis di hadapan gue. Padahal sudah separuh dekade gue habisin sama dia, tapi perasaan itu tetap ga berubah. Bahkan caranya dia menyeruput kopinya aja udah bikin jantung gue berdebar lebih cepat dari biasanya.
"Jangan liatin gue lama-lama, entar lo naksir."
"Ngapain juga gue naksir sama lo. Setelah sekian lama gue kenal sama lo, ga ada alasan buat gue bisa naksir sama lo begitu tahu tabiat lo kayak gimana."
Shit. Kata-kata itu meluncur begitu aja dari mulut gue. Gadis berambut hitam di depan gue tertawa singkat mendengar jawaban gue. Sejujurnya, semakin gue kenal sama dia justru gue semakin kagum sama dia. Parahnya lagi, gue makin jatuh cinta sama dia.
Gue pertama kali ketemu sama Clara 5 tahun yang lalu, saat kami berdua masih dua remaja polos yang baru masuk SMA. Perlahan tapi pasti, dia bikin gue jatuh makin dalam sama pesonanya dia yang bahkan dia sendiri gatau. Semakin deket hubungan kita berdua, semakin gue jatuh cinta sama dia. Di sisi lain, itu bikin gue semakin tersiksa karena sampai detik ini gue masih belum pernah kasih tahu dia gimana perasaan gue ke dia.
5 tahun berlalu dan dia jadi seorang gadis yang dikenal oleh banyak orang sebagai gadis yang mandiri, tegas, percaya diri, dan bertanggung jawab. Di mata gue, dia masih gadis yang sama. Gadis cerewet yang nangisan, hobi teriak-teriak, suka bangun kesiangan, dan penuh dengan pemikiran tentang semua insecurities nya dia.
"Ngapain ngelamun lo?" kata-kata Clara memecah lamunan gue.
"Gue ga ngelamun."
"Terus itu apaan tatapan lo kosong gitu? Gue gamau berurusan sama orang kesambet."
"Ga ngelamun gue, cuma mikir."
"Ye bego. Makanya cari pacar lo daripada ngelamun terus."
Gue cuma bisa tersenyum kecut mendengar kata-katanya dia. Asal dia tahu, gue ga perlu nyari. Orangnya udah ada di depan gue. Yang gue perlu cuma ngumpulin nyali dan nunggu waktu yang tepat. Pertanyaan gue adalah, apa bakal ada waktu yang tepat itu?
"Pacar lo jadi jemput ga?"
"Jadi. Nih katanya udah deket."
Menyakitkan sebenarnya ngebiarin lidah gue mengucapkan kata-kata itu. Lebih menyakitkan lagi mendengar jawaban dari dia bahwa 'pangeran' nya dia bakal dateng jemput dia.
"Pacar lo ga cemburu kan lo makan sama gue?"
"Ga lah. Dia kan juga udah kenal sama lo."
Gue cuma bisa mengangguk singkat sambil menahan rasa perih yang ada di dada gue yang gue sendiri gatau apa penyebabnya.
"Kalo pacar lo ga cemburu, minggu depan bisa ga nemenin gue nyari gitar?"
"Beli gitar baru lagi lo?"
"Iya, bisa ga lo?"
"Aduh, sorry nih. Gue udah janjian nonton."
"Sama cowok lo?"
Dia mengangguk sambil menghabiskan tetesan kopi terakhirnya.
As expected.
"Yaudah kalo gitu, gue pergi sama Brian aja."
"Makanya lo cari pacar, biar ada yang nemenin," ujarnya sambil mengambil tasnya dan berdiri dari kursinya. Gue udah tahu jelas dari gelagatnya dia kalo pacarnya pasti udah nyampe.
"Gue balik ya?"
Clara nepuk pundak gue dan balik badan meninggalkan gue dengan ribuan kata untuk mencegah dia pergi yang tercekat di tenggorokan gue.
"Gimana gue mau punya pacar kalo..."
Dia berbalik menghadap gue lagi.
"Kalo?"
Gue menelan ludah gue.
"Kalo lo udah punya pacar?"
"Hah? Maksud lo?"
"Gimana gue mau punya pacar kalo cewe yang selama ini gue incer, bukan, kalo lo udah punya pacar?"
Mata bulatnya membesar mendengar kalimat gue. Tanpa banyak bicara, dia balik badan dan jalan perlahan meninggalkan gue yang mengutuki diri sendiri karena udah ngomong kayak gitu. Di satu sisi, gue lega udah ngungkapin hal yang udah gue pendem selama 5 tahun. Tapi di sisi lain, gue takut kalo kalimat gue tadi bisa ngebuat hubungan kita yang baik jadi rusak.
Gue menatap dia yang sedang menyambut si kekasih dengan penuh senyuman lewat jendela café. Gue ngerti sekarang kenapa rasa perih ini selalu mampir dan ngeganggu gue.
Gue rindu. Gue ngerasa kehilangan akan sosok cewek yang selama ini selalu ngisi hari-hari gue dan ada buat gue meskipun gue bukan siapa-siapanya dia. Tapi bisakah kita merasa kehilangan akan sesuatu yang tidak pernah kita miliki?
.
.
.
A/N
Helllaaww everibadeh!
Saia kembali dengan kumpulan cerpen nak kanak desiks yang semoga saja bisa ngena di hati kalyan semua. Monggo dinikmati ceritanya, jangan lupa vote dan comment!
sekian dari saia, enjoy!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [Day6 - mix]
Фанфик/hiraeth/ n. a longing for a home you can't return to, or one that was never yours. -a day6 fanfiction!