It's a match!

153 20 3
                                    

"Hai Ki" sapanya diiringi tawa dan senyuman khasnya yang merekah. Senyuman yang selalu berhasil menyejukkan, serumit apapun masalah. Senyuman yang akan selalu hadir dikala memejamkan mata. Senyuman yang akan selalu terbayang dikala rindu menyerang. Senyuman yang menjadi alasan hati ini menemukan tambatannya. Lantas bagaimana mungkin senyuman itu kini terasa sesakit ini.

......

Drrrrrrrrt drrrrrrrrt, gempa skala kecil dengan epicentrum tepat disebelahku membuat mata yang tadinya terpejam dipaksa terbuka lebar.

"Ki, nanti kita makan siang bareng ya. Aku tau kamu ada kelas siang ini, jadi biar aku yang ke kampusmu"

Ya, pesan pendek yang entah mengapa membuatku begitu bergairah untuk memulai hari. Bergegas ku berlari ke kamar mandi, dengan mulut yang tak henti-hentinya bernyanyi. Tubuhku penuh energi, padahal tidurpun tidak mencukupi. Tak masalah, karena pujaan hati sudah menanti.

Oke, silahkan tertawa. Tapi kenyataannya kami saling kenal di sebuah dating-app. Baru berhubungan selama 2 minggu, dan baru sekali bertemu.

"Love at first sight" atau tepatnya "Love at first word". Begitulah aku menjabarkan bagaimana bisa hati ini dengan mudahnya tercuri. Bodoh? Kuharap kalian bertemu dengan dia yang kau cari, agar mengerti kebodohan ku ini.

"Eh tahu gak Ki, tadi ada senior di tempatku yang minta nomor loh. Pas ku tanya, ya karena aku cantik katanya"

"Hehehehe" kekehku.

"Terus kamu bangga gitu?" sambungku lagi.

"Kenapa harus bangga? Bukannya semua wanita cantik dengan caranya masing-masing? Dan aku lebih suka cantikku itu karena isi kepalaku, bukan bagaimana penampilanku"

Entah ini hanya sekadar imaji, tapi dia seperti mengedipkan mata indahnya padaku. Selanjutnya lengkungan indah dibibir tipisnya menjelma. Disaat itu juga hatiku berhasil diambilnya.

Angkutan umum yang kami tumpangi masih tetap melaju malu-malu di aspal kota yang penuh debu. Menuju tempat paling biasa untuk muda-mudi yang baru bertemu, bioskop. Memang begitu persetujuan kita sebelum bertemu. Dia menemaniku menyaksikan film yang memang sudah kutunggu.

Telepon genggamku berbunyi, persis sebelum kami memasuki studio satu. Bapak ternyata. Memang dari semalam Bapak bilang ingin ke kota. Urusan pekerjaan katanya.

"Ki, dimana? Ayah bentar lagi sampai"

"Iki lagi di bioskop yah. Mau nonton ini sama teman"

"Loh terus ini titipan ibukmu bagaimana?"

"Ya nanti pasti Iki jemput lah yah, hehe"

"Ya gimana kau mau jemput, kau aja mau nonton"

"Bentar kok ini filmnya Yah, atau nanti kalau ayah sudah mau pulang. Titip aja disana, teman ayah juga udah kenal sama Iki kan"

"Oh oke, nanti ayah kabarin lagi kalau udah mau pulang"

Tuuuuuuut tuuuuut, putus.

"Siapa" tanyanya.

"Ayah, lagi di kota. Mau kenalan?"

"Pastinya"

Sungguh, hati ini luluh dibuatnya. Biasa saja padahal, tapi hati ini kini miliknya. Seutuhnya.

Film pun dimulai, biasa saja. Karena aku sudah bertemu dengannya. Wanita luar biasa dan mempesona. Sepanjang pemutaran fokusku bukan kelayar, tapi wajahnya yang merona. Aku bukan pria yang tidak tahu tata krama, hanya pikiranku tidak lagi bisa bekerja sama. Kugenggam saja tangan lembutnya.

"Terima kasih" bisikku.

Dia menatapku kebingungan, tapi bibirnya tidak lupa bagaimana cara membuat terpesona. Lengkungan itu kembali menjelma. Akupun balas tersenyum, menggelengkan kepala. Berkata tidak ada apa-apa, lanjutkan saja menikmati film-nya.

Film mencapai puncaknya, telepon genggamku kembali membuat gempa. Bapak ternyata.

"Ki, ayah sudah mau pulang. Kau masih lama?"

"Dikit lagi ya, udah diujung ini"

"Yaudah, Ayah tunggu ya"

"Ayah?" aku mengangguk mengiyakan.

"Yaudah ayo kesana" ia bangkit sembari menarik tanganku.

"Loh, kan filmnya belum kelar. Ngapain keluar?" bantahku.

"Kenalan sama ayahmu lebih penting daripada akhir film ini bagaimana"

Aku menatapnya tidak percaya, memang dasar wanita gila. Pantas saja kau buat ku menggila.~

Good Luck My WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang