kesalahan terbesar yang dilakukan manusia tanpa di sengaja adalah merindukan seseorang yang sudah menjadi milik orang lain. Parahnya, sudah tau salah tapi masih saja di lakukan
True?
____________________________________
"Masih sakit?" Wilda menempelkan es batu di luka Alka. Dia khawatir, sudut bibir Alka yang berdarah tadi sudah mulai membiru.
"Thanks" lelaki itu membungkuk, meraih sepatunya yang terletak di bawah ranjang UKS. "Makasih udah mau ngobatin"
Wilda mengangguk, walau dia masih ingin berlama lama disini bersama Alka, namun ia juga tidak bisa mencegah lelaki itu untuk pergi.
Gadis itu berdiri, setelah berpamitan, Alka pergi. Dia menatap punggung lelaki utu yang kian menjauh, ada sebuah goresan kecil yang terletak di ujung hati.
Alka tidak menyadarinya.
Harusnya Wilda sadar, Alka tak akan membalas perasaanya, cinta bertepuk sebelah tangan memang menyakitkan bukan?.
Setelah membersihkan ruang UKS, Wilda beranjak pergi. Setidaknya, tuhan tadi memberinya sedikit kesempatan untuk bisa berdekatan dengan Alka.
Dia berjalan di koridor, matanya tak lepas menatap keramik sekolah yang berwarna putih namun berdebu.
"Udah dua duanya?" ucap seseorang yang berdiri di depan Wilda, sehingga gadis itu tak bisa menghentikan langkahnya dan berakhir bertubrukan dengan tubuh tegap yang di depanya.
"Gue juga luka asal lo tau" Alden menunjukkan lengan kirinya, mungkin lecet karena terkena kuku Alka yang tadi berusaha menghindar dari pukulanya.
"Itu gak seberapa dari luka yang lo beri ke Alka" Wilda melipat tangan, menatap warna merah segar yang sedikit lebar di tangan kiri lelaki itu.
"Tapi sama aja luka kan?" Alden meraih tangan Wilda. "Artinya gue juga butuh di obatin dia menarik Wilda untuk menuju ke UKS, sedangkan gadis itu barusaja keluar dari sana.
"Itu lecet, bentar lagi juga sembuh. Tiupin aja biar cepet kering"
Kini Alden sudah duduk di tepi ranjang UKS. "Jadi lo milih milih cowok buat ki obatin?". Kata itu jelas membuat Wilda jengkel, gadis itu merapatkan giginya dan berakhir setelah dia menghela nafas panjang.
"Jadi selain pinter berantem lo juga manja?"
"Cowok harus jago berantem. Gimana mau jagain ceweknya kalo seorang cowok gak bisa berantem, ambil contoh Alka tadi, dia nggak ada ngelawan pas gue tonjok"
"Itu berarti dia gak suka berantem di depan umum" Wilda mengoleskan kapas yang telah ia basahi dengan alkohol ke tangan Alden. " Nggak kayak lo yang main tangan di tengah lapang, untung guru gak ada yang liat"
Alden menatap gadis di depanya, poni yang tata ke samping telinga membuat bulu mata Wilda terlihat melengkung sempurna. Dalam detik ini, Alden harus menyadari. Wilda sangat cantik.
"Lo suka sama dia?"
Wilda berhenti sejenak, setelah itu dia mengambil plester yang berada di kotak P3K yang berada di meja samping.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kara
Teen FictionNafasnya yang tak beraturan mungkin cukup menjadi bukti dimana hatinya sedang tak karuan. Alden semakin mendekatkan Wajahnya ke arah wilda, lebih tepanya berada di samping telinga gadis itu. Tak segan segan membuat nafas gadis yang di depannya semak...