2. Grimore

59 11 1
                                    

Grimore
By : kenzoazzahra19

Ketika dunia yang damai, penuh dengan kebaikan mulai kotor dengan tangan-tangan jahil. Tangan-tangan tak bertanggung jawab. Kaum penyihir putih yang mulai dibantai habis oleh  kaum penyihir hitam yang ingin menguasai dunia. Dengan berasas kan bahwa semua keinginan nya adalah keinginan surga. Surga yang harus tunduk terhadap keinginannya. Tidak perduli bahwa semua tindakannya sudah menyalahi aturan, menyalahi takdir. 

Hingga suatu hari, para petinggi mulai resah dengan tindakan kaum sihir hitam. 

"Kita harus segera memusnahkan kaum sihir hitam Taci!" seru ketua peri air

"Benar, mereka mulai merajalela. Kalau dibiarkan kaum kita akan habis. Kejahatan akan menguasai dunia, dan itu semua tidak bisa dibiarkan!" tambah peri angin

Semua petinggi membenarkan ucapan sang peri angin. Mereka harus melawan, mereka harus segera bertindak. 

"Namun, kekuatan kita tidak sebanding dengan para penyihir hitam tersebut. Kita mungkin akan kalah." peri kebajikan hanya menunduk lesu, memikirkan bahwa mungkin mereka akan kalah nantinya

Semua peri hanya mendesah resah, mengingat lawan mereka adalah si pengendali sihir hitam, sihir yang ditakuti oleh kaum penyihir putih. 

"Kita akan melawannya," seru sang pemimpin yang tak lain adalah Taci

Desahan dari berbagi kalangan terdengar disertai beberapa yang mulai tidak setuju atas tindakan sang Taci. 

"Bagaimana mungkin? Kekuatan kita tidak sanggup melawan Mryna. Dia terlalu kuat Taci."

"Betul, bagaimana mungkin kita sanggup melawannya?"

"Aku tidak ingin mati dengan sia-sia melawan Mryna."

"Oohh ayolah Taci, kau tau bagaimana kekuatan sihir hitam, bukan?"

Keluhan mulai terdengar dimana-mana, para ketua yang merasa tak mampu melawan menentang keras tindakan sang pemimpin. Mereka tidak sadar, bahwa sang pemimpin pun sama takut nya dengan mereka, namun dia harus mengambil keputusan. 

"Semua nya harap tenang!" seru ketua peri peperangan "Kita dengarkan bagaimana penjelasan Taci."

Sang Taci lantas memanggil salah satu penjaga untuk mendekat. Lalu membisikkan sesuatu kepada sang penjaga yang membuat penasaran  para ketua-ketua yang hadir dalam rapat.  Sang penjaga lantas pergi setelah menerima bisikan dari sang Taci, dan membuat para peri yang hadir dalam rapat semakin bertanya-tanya.

"Kita akan mengorbankan seorang bayi perempuan. Seorang bayi yang lahir pada hari ini!" kata Taci

Semua dewan yang hadir dalam rapat terkejut bukan main. Tidak habis fikir dengan tindakan sang pemimpin. Namun mereka sadar, semua keputusan yang diambil oleh nya adalah yang terbaik. Menentang nya sama saja melakukan pemberontakan.

Namun hal tersebut malah membuat resah salah satu dari sekian banyak dewan atau ketua yang hadir. Ia tahu bahwa melawan keputusan sang Taci adalah pembrontakan,  namun bagaimana ia sanggup mengorbankan putrinya. Dan ia tidak bisa melakukan apapun, sang Taci telah mengetahui bahwa bayi perempuan yang dimaksud adalah putrinya.

"Tidak akan ada yang akan terjadi pada putri mu Shyrin. Ia hanya akan ku jadikan tumbal, kau tahu maksudku kan." sang Taci lantas beranjak dari singgasananya, meninggalkan para dewan yang masih bertanya-tanya atas tindakan sang pemimpin

Shryin lantas mengejar sang Taci, tidak peduli tatapan heran kini di lemparkan kepadanya." Taci! tunggu dulu!"

Sang empunya yang merasa terpanggil lantas manoleh, menatap sang pemanggil dengan tangan yang terlipat di dada serta kening berkerut. "Ada apa Shryin? apa kurang jelas perkataan ku tadi, ku pikir kau telah mengerti. Sekarang bukan waktu nya untuk memikirkan ego mu."

"Bagaimana mungkin aku memikirkan ego ku, sedangkan dunia penyihir putih sedang dalam bahaya. Namun.. " ucapan Shryin terhenti seiring lelehan air turun tanpa rasa malu

Sang Taci lantas manju, memberikan celah sedikit antara dirinya dengan sang ketua peri angin lalu menepuk pelan pundak sang peri seraya berkata, "Aku tahu persis bagaimana perasaaanmu. Mengorbankan satu satu nya putri yang selama ini kau nantikan. Namun, kita tidak bisa memaksakan kehendak surga. Semua ini demi kebaikan kaum penyihir putih. Percayalah padaku Shryin! tidak akan ada yang terjadi pada putrimu." sang Taci lantas meninggalkan Shryin yang masih menunduk lesu

Shryin berharap, bahwa pengorbanan nya tidak sia-sia. Semua tindakan yang di ambil sang Taci adalah kabar gembira untuk dunia penyihir putih. Ia sadar, bahwa dibalik kebahagiaan terdapat pengorbanan besar yang dipertaruhkan. 

----

Untuk membaca kelanjutan cerita ataupun ingin berbincang-bincang silahkan ke lapak authornya :)

Gemintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang