3. Twelve Pillars

36 9 0
                                    

Twelve Pillars
By : ReejiYatogami

13 Maret 2024, 10:21

"Ariel, apa kau yakin?" Ucap mama menatapku sedih di depan pintu.

"Aku sudah tidak punya pilihan lain, Mom," balasku membelakanginya.

"Berhati hatilah, kembalilah jika memang kau merasa tidak sanggup. Rumah ini akan selalu menerimamu, Ariel."

Ku tarik nafas dalam dalam dan ku hembuskan pelan pelan. Setelah merasa cukup berani, aku melangkahkan kakiku.

"Aku pergi, Mom."

***

*2 hari sebelumnya*

"Ariel! Kemarilah!" Teriakan mama membangunkan ku dari tidur.

"Aku datang mom!" Dengan cepat aku mengenakan pakaianku. Maklum, aku tipe orang yang tidur tanpa pakian. Setelah selesai menganakan pakaian, aku langsung keluar dari kamar dan menyusul mama di ruang tamu.

Sesampainya di ruang tamu, aku mendapati mama sedang duduk di atas sofa menatap layar tv yang menyala. Aku segera duduk di samping kiri mama dan ikut menatap layar tv yang sedang menampilkan berita tentang... tunggu! APA?!

"Satu dari ke dua belas pilar ditemukan mati?! Itu artinya, satu kursi telah kosong dan seseorang harus mengisinya!"

"Itulah kenapa aku memanggilmu, Ariel," ucap mama lembut memegang bahuku mencoba menenangkanku.

Knock Knock

Terdengar ada seseorang yang mengetuk pintu dari luar. Mendengar itu, mama langsung beranjak dari sofa untuk membuka pintu.

Yang ku lihat hanyalah seorang pria berbaju kemeja putih rapi dan celana kain hitam.

Terlihat mama berbincang bincang dengan pria itu di depan pintu. Mereka berbicara sangat pelan, aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.

Sekitar 5 menit mereka bicara, mama kembali masuk ke rumah bersama pria itu.

Mereka mendatangiku di ruang tamu. Mama duduk di samping ku sementara pria itu duduk di sofa lainnya.

Pria itu menatapku dengan senyuman, sementara mama hanya diam saja. Apa yang sebenarnya mereka bicarakan barusan?

"Tuan Ariel, saya pernah mendengar kalau Anda berhasil mencapai tingkat emas di umur yang ke 18 dan sudah menaklukan 3 dungeon level 80 seorang diri," ucap pria itu.

Aku hanya mengangguk pelan membalas ucapan pria itu.

"Dikarenakan tuan Zoldy gugur di medan perang, satu dari dua belas pilar dalam keadaan kosong. Dan itu bisa membuat keseimbangan dunia hancur. Oleh karna itu, kami sedang mencari kandidat kandidat yang bisa mengisi kekosongan pilar tersebut. Dan Anda terpilih," jelasnya panjang lebar dan membuatku terkejut.

Aku menatap mama dan dia hanya menunduk tanpa mau melihatku.

"Tidak apa, kami tidak memaksa Anda untuk menerima tawaran kami. Kami memberikan waktu 2 hari untuk anda memikirkannya secara matang." Pria itu berdiri dan memberikan sebuah surat padaku "jikalau anda menerima tawaran kami, temui saya di puncak Maria jam 12."

Tanpa berucap apapun, pria itu pergi begitu saja.

***

*13 Maret 2024, 11:43*

Panas terik benar-benar membuatku merasa terbakar, mungkin hanya butuh 5 menit untuk memanggang daging dengan cuaca sepanas ini.

Sebentar lagi aku akan tiba di puncak Maria dan jika aku sudah tiba di sana, hidupku akan benar benar berubah dan tidak bisa kembali lagi. Aku masih bisa mundur sekarang jika aku mau, tapi kurasa itu bukan pilihan yang tepat.

Sudah dari dulu aku bermimpi menjadi satu dari dua belas pilar itu. Sampai sampai aku dianggap bodoh oleh teman temanku.

Dan aku masih belum bisa percaya, gerbang menuju mimpi itu benar benar terbuka untukku.

Yaa... walau aku tau itu tidaklah mudah untuk memasuki gerbang itu.

Di surat yang diberikan pria itu 2 hari yang lalu. Disitu tertulis syarat apa saja yang harus ku penuhi agar bisa mengisi kekosongan pilar.

Yang pertama adalah, aku harus bisa bertahan hidup melawan 30 kandidat lainnya di sebuah pulau. Aku berani bertaruh, test pertama ini akan memakan waktu lebih dari 5 hari.

Mungkin aku akan tersingkir ditest pertama.

"Selamat datang, Tuan Ariel. Apa pedang besar yang di punggung mu itu adalah senjata yang akan kau gunakan?"

Aku menghentikan langkahku dan menatap mata pria itu yang sedang duduk diatas batu besar.

"Jadi Anda menerima penawaran kami?" Pria itu turun dari batu besar yang didudukinya barusan lalu berjalan mendekatiku.

"Ya."

"Kalau begitu." Pria itu memutar mutar jarinya di batu besar tadi dan terlihat sebuah portal hitam perlahan terbentuk dari batu itu "Silahkan masuk."

Dengan keberanian yang kukumpulkan selama 2 hari, aku melangkah mendekati portal hitam itu.

"Kami tidak akan bertanggung jawab jikalau Anda mati di tengah test, apa anda menerimanya?"

"Ya."

Ku langkahkan kakiku memasuki portal itu. Semua tubuhku telah masuk, aku tidak merasakan apa apa, hanya gelap dan sebuah kertas bertulis 'Tunggulah disini sampai senja datang.'

Hanya dalam hitungan detik, kepalaku terasa sangat sakit dan perutku serasa ingin pecah. Kesadaranku juga perlahan mulai menghilang. Apa... aku... dijebak...?

----

Untuk membaca kelanjutan cerita silahkan ke lapak authornya :)

Gemintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang