Twins Knight ~ The Truth of Tears [02]
By NamikazeHanaBisakah perang saudara ini terhenti?
[Hari sebelum perang]
"Bagaimana keadaan Ratu Azura?" tanya seorang dayang pada bawahannya.
"Maafkan kami, Kak Mia. Ratu Azura belum mau keluar dari kamar setelah bertemu raja laut," jawab dayang muda yang merupakan bawahannya.
Tampaknya dayang muda itu berkata jujur, Mia bisa merasakannya. Gadis itu berdiri di kamar sang ratu sambil membawa nampan dengan makanan di atasnya. Mungkin saja makanan itu telah dingin, tapi para dayang di sini pasti segera menggantinya.
"Baiklah, sekarang kamu kerjakan hal lain. Aku akan memberikan makanan untuk ratu," ucap Mia pada dayang muda tersebut. Tidak mau ambil pusing dayang muda tersebut segera pergi setelah menyerahkan makanan untuk sang ratu.
Mia berhati-hati memegang nampan dengan satu tangannya, sementara tangan lainnya mengambil serbuk putih di sakunya. Dengan sekali tuang dia menumpahkan serbuk-serbuk di atas makanan sang ratu. Entah serbuk apa yang dimasukkannya. Tatapan mia semakin tajam mendengar langkah kaki para penjaga yang mendekat. Entah karena takut atau kaget, Mia menghilangkan serbuk putih tersebut.
"Mia, kamu kenapa?" tanya penjaga yang memegang gulungan surat.
"Kamu membuatku kaget! Aku harus memberikan makanan ini untuk ratu," jawab Mia kesal. Penjaga itu tampak bingung, lalu dia melihat serbuk putih yang sebelum jatuh di pojok ruangan.
"Pantas saja kamu kaget. Kamu sudah menuangkan penawarnya?" tanya penjaga tersebut dan Mia mengangguk mengiyakan.
Terlalu banyak konspirasi yang mulai terjadi saat ini. Entah dari mana dayang-dayang baru muncul, dan ancaman nyawa untuk ratu mereka. Kerajaan Azure memang kerajaan terkuat dan memiliki letak yang sangat strategis. Namun, keraajaan ini selalu menjadi target perang dari kerajaan lainnya. Hanya saja, ancaman tidak datang dari perang. Melainkan rakyat kerajaan Azure sendiri. Mia dan Guen- penjaga tadi, orang yang sangat setia pada Ratu Azura.
Ratu Azura merupakan teman kecil mereka, dan dia merupakan bangsawan yang sangat ramah dan ingin berteman dengan siapa saja. Mia dan Gen sudah mengenal lebih dibandingkan yang lainnya. Ini bukan yang pertama kalinya ada racun di makan ratu mereka. Untuk mengantisipasi bahaya lainnya, keduanya selalu memberikan obat penawar dalam makanan dan minuman Azura.
"Gen, aku harus pergi. Biar aku yang memberikan gulungannya pada Ratu Azura," ucap Mia. Gen seperti menimbang permintaannya, namun pada akhirnya dia menyetujuinya.
Tok! Tok! Tok!
"Ratu, ini aku Mia. Tolong buka pintunya."
Seperti sihir, Azura membuka pintunya dan segera menarik Mia masuk, kemudian dia mengunci pintunya lagi.
"Mia!" peluk Azura. Ratu kerajaan Azure itu saat ini menangis. Ratu yang sangat kuat dan selalu berdiri paling depan, kini terlihat rapuh dan lemah.
"Azura, ada apa?" tanya Mia memberanikan diri setelah sahabatnya melampiaskan segala kesedihannya.
"Raja Ling melamarku, dan jika aku menolaknya... Perang saudara akan terjadi," Mia terkejut. Perang persaudaraan adalah hal yang paling Azura benci. Tapi dia mengerti satu hal.
"Azura, sebenarnya... Gen menitipkan ini padamu," balas Mia memberikan gulungan tersebut. Azura membukanya dan membacanya.
Raja hutan siap menyerang kerajaan lautan. Dan kerajaan lautan tidak segan meluluh lantahkan semua kerajaan. Serta kesiapan kerajaan api untuk menyerang kerajaannya
"Mia, katakan apa yang harus aku lakukan?" tanya Azura. Dayang sahabatnya tidak menjawab. Bagi ratunya, tidak mungkin dia menikah di usia muda. Akan terlalu banyak konflik dan pertentangan dari desa peri.
"Ratu, jika perang tidak bisa dihindari. Kami penduduk kerajaan Azure, siap melawan."
"Ini bukanlah kerajaan yang biasanya menyerang twin world, Mia. Mereka adalah 7 kerajaan terkuat di twins world, dan memiliki hubungan darah secara tidak langsung denganku! Mereka sangat kuat! Kita tidak bisa, tidak!" bentak Azura pada Mia ketika tangisnya membuncah. Sahabat sekaligus dayangnya tersebut memeluknya erat. Memberikan ratunya kekuatan.
"Tentu saja kami rakyatmu tau semua itu. Tapi bukankah kerajaan Azure memiliki formasi hebat? Ratu Azura, kami percaya padamu. Sekarang tenanglah," ucap Mia lembut.
Mia menyeka air mata Azura, dan dia kembali mendandani sang ratu yang sebelumnya berantakkan. Menemani ratunya untuk makan. Meskipun dia khawatir, kondisi ratunya semakin buruk ketika memikirkan hal yang sama lagi.
----------
Langit masih berwarna sama seperti malam. Gelap dan dingin, namun itulah alasan kerajaan Sihir Hitam memulai aktivitasnya. Malam adalah waktu yang cocok untuk mereka menyesuaikan diri dengan alam. Ya, tentunya sihir mereka akan meningkat pada malam hari.
Sang raja menatap nanar seluruh rakyatnya yang satu sama lain memeluk diri bersamaan air mata terjatuh dari pelupuk matanya. Setelah mendengar perkataan sang raja jika perang tidak bisa dihindari, seluruh rakyatnya menangis. Tentu saja! Meski Raja Artha paling membenci perang dan memulai kerjasama dengan kerajaan lain, itu tidak akan menutup kemungkinan jika kerajaan lain akan menyerang mereka. Terutama, kelemahan mereka di siang hari.
"Raja, Kerajaan Laut dan Hutan akan...."
"Aku sudah mengetahuinya. Perintahkan tim keamanan membuat perlindungan di sekitar kerajaan. Lalu, aku akan pergi menemui Ling," ucap Artha pada bawahannya. Pria yang telah berusia 21 tahun tersebut memakai jubah hitamnya dan membawa belati kesayangannya.
"Baik, Raja. Aku akan segera mengatakannya," bawahannya membungkuk dan meninggalkan sang raja. Sementara Artha pergi meninggalkan istana demi menyelamatkan dunia.
Dia menunggangi kuda layaknya prajurit biasa. Meski mayoritas kerajaannya keturunan penyihir, Raja Artha memerintahkan agar semua orang dapat menunggangi kuda. Dia berusaha secepat mungkin sampai di kerajaan Ling. Setidaknya dia tahu cara menghentikan perang antara kerajaan laut dan hutan.
Namun, dia menghentikan kudanya ketika dia melihat seorang gadis belia terluka. Dengan sigap dia turun dari kuda dan menghampiri gadis itu. Baju milik sang gadis terlihat merah dan robek di mana-mana. Artha seperti tahu gadis itu siapa, sehingga dia mencoba menyamakan tinggi dan mengulurkan tangannya.
"Mencoba lari dari masalah, Azura?" tanya Artha pada gadis tersebut. Azura melihat uluran tangan sang raja, namun dia belum memberikan tangannya.
"Bukan, aku ingin menemuimu. Ini tentang perdamaian," ucap Azura sambil menunduk. Dia sadar keputusannya saat ini adalah paling gila yang pernah dia buat.
"Berikan tanganmu, agar aku dapat membantumu."
Seolah perintah, Azura mengulurkan tangannya. Dan di sinilah, penderitaan terbesar dimulai bagi Artha.
--- bersambung
----
Jika ingin berbincang-bincang atau membaca cerita lebih lanjut, silahkan ke lapak authornya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gemintang
Short StoryHorn of Night 1st antologi. Dari bintang mereka datang hanya untukmu, menuturkan berbagai cerita hingga kamu terbawa ke dunia fantasi mereka.