Neptunus
By : GusPagi itu Baron terbangun dalam keadaan yang sangat letih, sebab semalam ia harus tidur larut setelah menyelesaikan bagian cerita yang ia tulis di Wattpad.
“Ngoammm.” Baron menguap sebisanya.
Baron mungkin belum memperhatikan keadaan pagi itu yang terasa sangat janggal. Sebab, kota Solo yang cerah dan penuh kesejukan seketika berubah menjadi tempat yang sunyi dan senyap. Gemuruh di langit terdengar begitu menakutkan. Kicauan burung-burung kecil di pagi hari pun tak terdengar menghias. Tapi Baron mengganggapnya biasa.
Baron melangkah ke dalam kamar mandi membawa sehelai handuk dan beberapa peralatan mandi seperti odol, sikat gigi, sampo dan sabun. Setelah menyelesaikan bersih-bersihnya di pagi minggu, ia segera bersiap untuk jogging. Ya, kebiasaan rutin.
Di luar rumah, Baron sedikit merenggangkan tubuhnya sebagai pemanasan sekaligus permulaan sebelum jongging. Tapi ia langsung mengernyit ketika mendapati sekitarnya kosong plontong. Langit terlihat begitu mendung dengan gumpalan abu kelabu. Di sekitar Baron bahkan hanya nampak pepohonan yang tersapu hembusan angin lembut.
“Ke mana semua orang?” Pikir Baron. Tapi sekali lagi ia hanya mengganggapnya biasa dengan ekspresi ‘bodo amat’.
Setelah merasa cukup dengan pemanasannya, Baron memasang ancang-ancang untuk berlari, kemudian membawa kakinya melangkah cukup cepat di sepanjang jalanan perumahannya. Benar-benar aneh, Baron seakan berada di sebuah kota mati. Dimana hanya ada dia dan kota yang kosong tanpa penghuni. “Ke mana sih semua orang?” Sekali lagi Baron bertanya hal yang sama pada dirinya.
Tiba-tiba, gemuruh langit menghentikan langkahnya. Baron mengangkat kepalanya ke atas, tampak langit begitu kelabu. Sesuatu yang bercahaya di langit muncul, diikuti sambaran kilat yang mengerikan. Membuat Baron sedikit bergidik ngeri.
“Sepertinya akan hujan,” ujar Baron, “sebaiknya aku segera pulang saja. Hari ini aneh.” Baron akhirnya memutuskan untuk memutar arah kembali dan pulang.
Di rumahnya, Baron sedang menyiapkan sebuah roti untuk sarapan bersama secangkir kopi hangat di pagi yang kelabu.
Baron kemudian duduk di depan tv-nya seraya menyantap sarapan pagi. Saat tv dinyalakan, tak tampak secuil gambar apapun di layar tv-nya. Hanya titik-titik putih dan hitam seperti semut yang terlihat berperang berebut telur sapi.
“Kenapa lagi sekarang?” Baron menggerutu kesal. Baru kali ini ia merasakan pagi minggu yang sangat mengesalkan.
Baron berdiri, meninggalkan kopinya. Ia memukul tv di depannya, seraya berharap tv itu akan menyala dan normal kembali.
Setelah beberapa menit, tanpa ada perubahan, Baron menyerah. Dengan letih ia kembali berjalan ke tempat semula. Dengan roti ditangan, ia mengambil secangkir kopi di atas meja, namun hal tak terduga terjadi. Layar tv tiba-tiba hidup, sesaat kemudian muncul seseorang dengan pakaian aneh di dalamnya. Matanya terlihat membulat dan hitam. Bagian wajah hingga kepalanya memperlihatkan jika ia sedang memakai pigmen kulit yang menjijikkan. “Tapi tunggu, apa itu asli?” Pikir Baron.
Makhluk aneh dengan kostum berpigmen menjijikkan itu tertawa terbahak, semenit kemudian dia berbicara dengan suara yang sangat menggetarkan, membuat siapa saja yang mendengarnya akan lari terbirit-birit.
“YA, APA YANG KAU SAKSIKAN SEKARANG MEMANG BENAR ADANYA. AKU ADALAH KOMANDAN BINTANG TIKTOK, MEWAKILI ATAS NAMA SELURUH BANGSA TOKERS DARI NEPTUNUS UNTUK MENYAMPAIKAN SALAM PEPERANGAN KEPADA KALIAN MAKHLUK BUMI YANG LEMAH. BERSIAPLAH, BUMI AKAN DIHANCURKAN. INILAH PUNCAK KEPUNAHAN UMAT MANUSIA!!! HAHAHAHAHAAHHA!!!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Gemintang
Short StoryHorn of Night 1st antologi. Dari bintang mereka datang hanya untukmu, menuturkan berbagai cerita hingga kamu terbawa ke dunia fantasi mereka.