7. Princess of The Night

15 6 0
                                    

Princess of The Night
By : VinnyMarande

Aku. Siapa aku? Mungkin hanya diriku seoranglah yang tahu. Seorang gadis yang hanya menghabiskan waktunya  disebuah menara kosong yang tak berpenghuni. Entah sudah berapa lama aku berada menara ini sejak 'mereka' mengasingkanku kemari, pergi meninggalkanku, dan membuatku tak akan pernah bisa keluar dari tempat ini. 

Untuk kesekian kalinya aku berdiri melihat dunia dibalik jendela kaca menara sembari memikirkan kesalahan apa yang telah kulakukan. Dan untuk kesekian kalinya pula aku tak menemukan jawabannya.'Untuk melindungi kerajaan dari kekuatanku.' Itulah alasan pernah mereka katakan kepadaku. Aku tak mengerti. Kekuatan? Kekuatan apa memangnya yang kupunya? Aku bahkan tak pernah membunuh seekor kelinci pun. Mengapa kerajaan harus dilindungi dari kekuatanku? 

Aku masih tetap berdiri disana sampai kemudian aku nendengar suara seseorang mengetuk pintu kamarku. Sudah sebulan terakhir ini aku tak mendengar suara ketukan itu lagi. Aku berjalan menhampiri pintu, membukanya, dan mendapati seorang pemuda berdiri disana. Dari pakaian yang dikenakannya tampaknya ia seorang pelayan. Dan yang kutahu adalah, aku tak pernah melihatnya sebelumnya. 

"Siapa kau?" tanyaku."Apa anda Putri Charlotte?" tapi ia malah balik bertanya tanpa memberikan jawaban atas pertanyaanku. 

Aku tersentak kala mata kami bertemu. Tak pernah ada yang berani menatap mataku langsung seperti itu sebelumnya. Bukan karena rasa hormat,  tapi karena mereka takut bahwa aku akan membawa kutukan pada mereka jika melihatku. 

"Benar." Jawabku tanpa ragu. "Tapi siapa kau?" tanyaku mengulang pertanyaanku sebelumnya. 

"Siapa aku tidak penting. Kau harus ikut denganku sekarang, yang mulia. Kerajaan membutuhkan kekuatanmu." Ia berucap yang sontak membuatku terkejut. Seorang pemuda yang entah siapa dan darimana, tanpa memperkenalkan diri menyuruhku untuk mengikutinya dan mengatakan bahwa kerajaan tengah membutuhkanku. 

"Apa maksudmu?" tanyaku tak mengerti. "Aku tak punya kekuatan apapun seperti yang kau katakan. Lagipula jika aku memang memilikinya, mengapa kerajaan membutuhkan kekuatanku? Bukankah selama ini aku diasingkan agar kerajaan terhindar dari kekuatanku?"Beribu pertanyaan muncul dibenakku, tapi tak ada satu pun jawaban yang kudapatkan, sama seperti sebelumnya. Sampai pemuda itu kemudian menjawab, "Bangsa Orc telah menyerang kerajaan dan mungkin sekarang mereka akan segera mencapai istana. Jika kita tidak bergegas maka kau pasti tahu apa yang akan terjadi selanjutnya." Jelasnya. 

Aku memandang pemuda itu lekat. Dari wajahnya kurasa ia tidak sedang berbohong. Tapi jika memang terjadi seperti yang dikatakannya, apa yang bisa kulakukan?

"Lalu, apa hubungannya denganku? Jika   pasukan kerajaan saja tak bisa mengalahkan mereka, bagaimana aku bisa mengalahkan bangsa Orc?"

Tanpa mengubah ekspresi wajahnya, pemuda itu kembali menjawab, "Kau akan tahu saat kau tiba disana, yang mulia."

Jawaban ambigu yang selalu diberikannya, benar-benar membuatku semakin bingung. Aku tak perlu penjelasan panjang olehnya, tak bisakah ia menjawab secara jelas dan membuatku mengerti?

Aku pun memutuskan untuk mengikutinya, berharap dengan begitu aku dapat mencari jawaban atas pertanyaan yang terpendam bertahun-tahun didalam diriku selama ini. Pergi menuju tempat yang dikatakannya 'istana' itu. Melesat cepat dengan menunggangi kuda putih melewati lebatnya hutan.

Tapi anehnya, suasana entah mengapa terasa begitu sunyi. Seperti tak ada tanda-tanda penyerangan dari bangsa Orc. Apakah mereka menyerang melalui perbatasan timur kerajaan sehingga daerah tempat kami melintas begitu bersih dari penyerang? Atau mungkin kemungkinan kedua yang mungkin terjadi, yang merupakan kemungkinan terburuk bahwa pemuda yang entah dari mana asal usulnya datang menipuku dan mencoba memanfaatkan diriku? 

"Apa kau yakin kerajaan telah diserang? Karena kurasa semuanya terlihat baik-baik saja." Ucapku curiga dengan masih melesat cepat melewati kerajaan. 

Tapi ia tiba-tiba menghentikan laju kudanya, membuat tubuhku condong kedepan, berusaha menyeimbangkan. Tanpa berkata atau menjawab pertanyaan dariku, ia lantas turun setelah membantuku turun dari tunggangan kami. 

"Maafkan aku, yang mulia." Ucapnya kemudian membuatku sontak terkejut saat ia mengatakannya. Saat itulah aku menyadari bahwa kemungkinan terburuk itu akhirnya terjadi. Pemuda itu telah menipuku. 

Dengan meniup sebuah terompet besar yang dibawanya, ia lantas pergi melarikan diri sebelum aku sempat mengatakan sepatah kata pun. Belum sempat otakku mencerna semua yang terjadi, tiba-tiba sekelompok bangsa Orc datang dengan membawa senjata ditangan mereka masing-masing. Apa yang sebenarnya terjadi?

-----
Untuk membaca kelanjutan cerita ataupun ingin berbincang-bincang silahkan ke lapak authornya :)

Gemintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang