16. Bunda, Bina diapelin!

134 15 1
                                    

"Bun... Binaa mau buat pengakuan"

Bunda melirikku heran dengan wajah yang geli. "Kevin ya?"

"No!"

"Bisma?"

Aku menggeleng keras. "Big, No!"

Bunda tersenyum miring. "Genza ya?"

Aku menyengir dan mengangguk. "Iya"

Aku berdehem. "Bina suka Genza bun"

Hening.

"Kamu udah bisa bedain yang baik dan buruk, dan selama gak ngelewati batas wajar,bunda sih setuju aja"

Aku mengangguk patuh "Yoi! Genza cinta pertama hhehe"

"Lah? Bukan Kevin?"

"Bina emang suka kevin, tapi nggak suka kayak Genza. Genza lain,kalo Genza udah terjurus ke cinta,eaf" aku tertawa mengucapkannya,merasa geli sendiri.

"Kalo Bisma?"

"Kalo Bisma sayang aja,gak suka dan gak cinta"

Bunda mengerenyit. "Kok bisa sayang?"

"Bina kan kenal Bisma dari Kevin,Bun. Katanya tak kenal maka tak sayang. Karena Bina kenal Bisma jadi Bina sayang Bisma."

Bunda memasang wajah geli. "Rasa suka kok dibagi bagi"

"Terserah dong! Yang penting yang jadi cuma satu" ucapku sambil mengibaskan rambut.

"Kenapa Kevin gak pernah kerumah ya? Bunda kangen ketemu mamanya"

Aku mengerenyitkan kening. "Mamanya?"

Bunda mengangguk "Urusan mommy mommy"

Aku mendengkus. "Iya Bun,nanti Bina bilangin sama Kevin ajak mamanya besok main kesini"

"Nah gitu dong, kalo gitu kan gak  di PHP in Genza lagi"

"Yeaaaaaaa!! Aminnn"

Bunda pun hanya geleng geleng kepala. Aku tertawa sambil berjalan menaiki tangga kamarku.

Bunda memang tahu bahwa aku menyukai Genza. Namun Genzalah yang jahil berbicara kepada Bunda bahwa kami pacaran pada saat weekend kemarin padahal nyatanya tidak. Maka dari itu Bunda menyimpulkan aku ini terjerat virus ter-PHP. Mengenaskan.

Aku membuka ponsel saat kulihat lampu flash notif berkedip. Ada line dari Eliza yang mengirimkan foto abang-abang nasi goreng yang lagi mengoseng bumbu.

Aku mengerenyitkan kening. Aneh rasanya mendapat notif dari 'Eliza' sedangkan Eliza sendiri adalah aku. Dan ini adalah handphone Genza.

Benar. Sejak insiden kemarin handphone kami tertukar. Dan itu berlangsung sampai sekarang,bahkan belum kembali dan tersentuh sedikitpun oleh sang empunya Handphone. Pemiliknya-Genza hanya mengembalikan kartu saja. Sedangkan akun sosmed? Tetap saja.

Genza pun hanya cuek bebek saat dilapangan badminton diejek temannya memakai cash handphone berwarna kuning mustard bergeliter.

Dan cash siapa lagi jika bukan milik Eliza? Karena jelas jelas handphone mereka tertukar. Ralat, bertukar bukan tertukar.

Dan yang membuat Eliza berbunga adalah Genza yang mengangkat bahu cuek,tanpa rasa malu atau risih sedikitpun memakai cash itu.

"Kenapa abang nasgor?"  balasku.

Selang beberapa menit, ada pesan masuk.

"Gue ngapelin abangnya"

Aku terkekeh membacanya. Tak lama handphone yang kupegang berbunyi nyaring. Genza nelfon!

UnUsuallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang