17. Kevin

133 16 1
                                    

Hari ini Kevin mengajakku ke kafe milik keluarganya. Lebih tepatnya milik orang tuanya.

Karena seperti kata Bunda kemarin ada urusan 'mommy mommy' dan karena itu Kevin mengantar mamanya untuk berkunjung kerumah. Dan karena itu juga mereka melupakan kehadiran kami. Akhirnya ditempat inilah kami berada, karena rasa bosan yang melanda.

Dan disini, dua bangku yang mengahap kearah jendela kaca bening yang kami jadikan pilihan untuk tempat mengobrol seperti biasanya.

"Vin, aku tahu kamu pasti lagi gabut, ya kan?"

"Bahasa lo gabut. Udah gede?" ucapnya mengejek.

Aku hanya berdehem pura pura tidak mendengarkannya. "Ngomong ngomong beneran?" tanyaku mengalihkan topik.

"Apa?" tanyanya.

"Kamu mau manggil lo-gue sama aku?"

Kevin mengangguk. "Emang kenapa?"

"Biasanya Bina, atau kamu-aku"

"Gak!"

"Kenapa?" ucapku menyendu.

"Kasih tahu alasan lo sedih gitu gue panggil lo-gue?"

"Soalnyaaa.." aku berfikir sebentar. "Kamu udah ada dari aku kecil,kita selalu sama sama dari kecil,terus kita deket kan,kamu sering kerumah aku, aku juga. Dan kita udah sering jalan, pulang bareng dan kekafe ini juga."

Kulihat Kevin yang menatapku jengkel. "Heh!" aku menoleh "Apa?" tanyaku.

"Lo suka gue?" tanyanya.

Aku mengangguk antusias."Iya! enak buat dimanfaatin" ucapku sambil tertawa.

"Dasar durhaka!"

Aku tertawa. "Dulu pas aku beliin Genza roti waktu disekolah kamu bantuin aku bawa air mineralnya. Dan itu kenapa manggilnya aku-kamu?" tanyaku.

"Ngelindungin lo doang"

"Ngelindungin dari Genza?" tanyaku.

Kevin menggangguk. "Kan lo kampungan,gak pernah pacaran" ucapnya nyelekit.

Aku cemberut sebentar dan langsung tersenyum penuh arti mengingat sesuatu diotakku. "Waktu kita boncengan terus kita ngeliat Genza dan nyalip dia kenapa ngebut?"

"Gak tau" ucapnya cuek sambil bermain ponsel.

Aku menyendok eskrimku. "Cemburu ya?" tanyaku

Kevin terkekeh kecut. "Heh siapa yang kenal lo dari orok bisa cemburu gila? Gue? Gue gak cemburu. Gue cuma kesel!"

Aku mengangkat alis tak mengerti maksudnya. "Because?" tanyaku.

Dia menatapku dalam. "Lo nggak perhatian lagi sama gue"

Aku terdiam dan sedetik kemudian memasang wajah berlagak muntah. "Emang biasanya aku perhatian?"

Dia mengangguk. "Kalo lo bawak bekal gue suka makan juga,lo kekelas gue, dan lo suka ngechat gue,gangguin hari gue,nebeng gue pulang,dan nyusahin deh pokoknya"

Aku ternganga, tak percaya mendengar penjelasannya. "Serius nih?"

"Ya.. Dan asal lo tahu semenjak lo suka Genza semuanya hilang. Semua perhatian lo beralih ke dia. Dan gue merasakan kehilangan lo" balas kevin cepar.

Aku melirik Kevin geli. Terkesiap beberapa kali. Segitunya baper sama aku? "Tobat deh" ucapku mendorong kepalanya. Kevinpun membuang muka.

Kamipun melanjutkan makan dalam diam. Sempat terpikir olehku, faktor Kevin terlalu lama jomblo ini terlalu berbahaya.

UnUsuallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang