14. Horn of Night

20 7 0
                                    

Horn of Night

By : Igaluet_Druma

Apa kau masih tidak percaya akan adanya dunia fantasi? Kalau begitu sekarang
juga buang pemikiran itu jauh-jauh. Jikalau kau tanya mengapa, itu karena
sekarang benar-benar ada dunia fantasi. Kau tidak percaya, simak saja!

Di Bumi, masih ada tempat misterius yang keberadaannya dianggap dongeng
belaka. Hanya segelintir orang yang percaya pada tempat itu. Tempat yang
berbentuk pulau dengan hutan dan pohon besar menjulang tinggi, namun tidak
terlihat. Keberadaannya masih terus di perbincangkan. Tapi, sekarang kau boleh
percaya. Tempat itu memang ada.
Konon, di pulau itu terdapat menara tua misterius yang diberi nama “Horn of
Night” yang letaknya tepat di tengah pulau. Jika kau menemukan pulau itu,
belum tentu kau bisa menemukan menara tua itu. Tahu kenapa? Itu karena
hanya orang dengan kemampuan sihir tinggi yang mampu kesana. Menara itu
dianugerahi keajaiban relik fantasi sebagai simbol kekuatan dan supranatural
dari para leluhur. Yang datang kesana akan jadi pejuang, pejuang yang
mempertaruhkan nyawa.

Baru ada segelintir orang disana. Menara itu tidak memiliki sistem. Anggaplah
itu sebuah markas keamanan tanpa perlu dijaga. Tapi, disana dibutuhkan
pemimpin. Pemimpin disana bernama Agung. Seperti namanya, ia perlu di
agungkan dalam batas wajar. Tidak perlu sampai menyembahnya, karena dia
bukan tuhan.

“Bagaimana, apakah para pendatang asing itu sudah ditemui keberadaannya?”
tanya Agung pada Nabila, temannya. Nabila sama dengan orang yang menetap
disini, sama-sama memiliki kekuatan. Kekuatan yang ia punya adalah ilusi.
Nabila mampu mengirimkan bayangannya sendiri dan dijadikan makhluk hidup
(walau bayangan itu akan hilang sewaktu-waktu). Penglihatan ia dan bayangan
itu terhubung.

“Aku tidak melihatnya. Apakah kau yakin mereka benar-benar datang??” Kini
Nabila yang bertanya. Ia merasa ketakutan dan berani, tidak patut dijelaskan.
Jika memang benar keberadaannya ada dan akan kemari, bagaimana nasib
menara tua ini? batin Nabila.

“Mereka akan datang, cepat atau lambat.” sahut pria lain bernama Zaki. Pemilik
kekuatan tumbuhan. Kini keberadaan Agung dan Zaki membuat Nabila sesak
hati, karena dua lelaki itulah yang mampu membuatnya berbunga-bunga. Tak
dipungkiri lagi, wajah Nabila mengeluarkan semburat merah.

“Zaki, tetap lindungi area menara ini.” perintah Agung pada Zaki yang di balas
dengan satu anggukan yakin. Agung segera pergi meninggalkan Zaki dan Nabila
dalam keheningan. Seorang pemimpin memang harus seperti itu.

“A–aku harus segera pergi.” Nabila mulai pergi ke tempatnya. Dalam Horn of
Night, semua tempat telah dibagi rata. Pengguna ilusi di bawah tanah (walau
tidak seberapa dalam), pengendali tumbuhan tepat di atas tanah, pengendali
petir tepat diatas pucuk menara, para penyembuh berada dibawah naungan
pengendali petir, sisanya untuk Stone Heart, monster berwujud batu yang
pemikiran dan hatinya ikut menjadi sekeras batu–walau memang secara teknis
seluruh tubuhnya batu.

“Nabila, bagaimana??” tanya Grace–seorang penyembuh–saat Nabila mampir
di kamp penyembuh. Nabila hanya menggeleng. Nabila kini dilanda frustrasi,
karena merasa semua beban ada padanya. Jika Nabila lengah, penglihatan pada
bayangan yang ia sebar akan hilang. Doakan saja ia tidak berniat bunuh diri.

“Lalu kita harus apa?” Nabila mengedikkan bahu. Ia sendiri juga tidak tahu apaapa. Jika kalian bingung apa yang mereka bicarakan, mereka bicara tentang
pasukan asing, makhluk fantasi lain. Mereka berambisi ingin merebut pulau
tempat Menara Horn of Night bernaung.

Gemintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang