P R E S E N T
Dari admin untuk para member luar biasaSeorang gadis termenung di atas menara. Tidak peduli seberapa banyak sihir yang keluar dari tangannya hingga tanaman-tanaman liar bisa tumbuh. Matahari tidak terbit dengan cerah. Beberapa awan mendung menutupi seakan memberi pertanda buruk. Siapa peduli? Kawannya bisa mengatasi ini.
"Nana, Rufel bilang kamu harus ke pusat." Gadis itu tidak berbalik, tetap memandang langit walaupun dia tahu matanya ditutup. Hanya mengandalkan kemampuan untuk melihat keadaan, mengerikan.
"Kamu dan Yoshiro saja, Peach," balasnya lirih. "Aku sibuk melihat langit."
Peach, gadis dengan tudung hitam yang terpakai menutupi wajah kini tertiup angin. Kesedihan melanda hatinya, tidak disangka hanya dengan tiga orang murid di dalam menara dapat mengubah keceriaan temannya. Hana. Indahnya dunia bahkan tidak terlihat lagi.
"Kamu tahu aku belum mempersiapkan kelas untuk besok. Tidak terasa ya, kita jadi kakak kelas mereka," ucap Peach sambil berjalan mendekati temannya.
Hana terdiam. Dari seluruh teman sekelasnya, hanya dia, Peach dan Yoshiro yang selamat. Frustasi dan trauma, Rufel, pengajar mereka yang menolong di ambang kewarasan. Mungkin tidak berarti bagi Hana yang selalu berteriak dan menangis ketika membuka mata saat tidur. Mau tidak mau, Rufel memberikan sebuah kain penutup. Kini gadis itu kehilangan penglihatannya sampai dia berani melihat lagi keadaan.
"Bagaimana dengan Yoshiro? Apa dia juga sibuk?" tanya Hana mengalihkan pembicaraan. Bukan maksudnya untuk menghindar dari 24 siswa baru di menara tua. Bukan pula maksudnya untuk menolak tugas, dia hanya sedikit takut.
"Tidak masalah, aku akan pergi, setelahnya aku akan menjaga bagian barat." Seorang laki-laki muncul dengan cepat. Entah kapan. Dengan senyum Hana membalasnya. Yoshiro bisa diandalkan.
"Tapi berjanjilah satu hal, Hana," ucapnya, "berjanjilah membuka matamu besok."
oOo
Menurut Hana tidak ada yang spesial selain pagi cerah hari ini. Kain penutup sudah dilepaskan, tidak ada kegelapan lagi. Peach tidak terlihat di manapun, mungkin sedang masak. Dia berjalan menyusuri ruang kelas. Buku-buku tertata rapi dan papan tulis bersih, di sana ada kapur warna-warni pula.
Drap!
Suara langkah kaki yang cepat membuatnya waspada. Diambilnya tongkat sihir dari balik jubah. Seorang gadis dengan mahkota kecil muncul dari balik pintu.
"Ini semua keren-ssu, aku suka!" serunya, "kira-kira apa aku akan bertemu unicorn?"
"Sudah kubilang jangan berlari-lari ferguso," balas suara lainnya yang muncul dari balik pintu. Sekali lagi seorang gadis masuk disusul seorang anak laki-laki yang tertawa melihat kelakuan mereka.
"Eh, ada orang?" Pertanyaan seorang gadis yang diikat dua datang. "Siapa?"
Nada sinis membuat Hana terkejut, apa yang dia harus ucapkan. Apakah mereka murid-murid baru tersebut? Dia belum siap! Untuk berbagai alasan dia benar-benar belum siap.
"Aku Hana, bisa dibilang ... murid tahun lalu," lirihnya tapi terdengar karena heningnya ruang kelas. "Kalian pasti murid baru itu? Apakah perjalanan kalian menyenangkan?"
"Wah berarti Hana-cchi itu kakak kelas ya! Salam kenal aku Syallu!" Hana mengangguk dengan senyum, bingung harus mengatakan apa.
Gadis yang diikat dua mengembuskan napas lega, lalu berucap, "Aku Anita. Dia Grace dan satu-satunya laki-laki di sana Deri. Aku mohon bantuannya err ... Kak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gemintang
Short StoryHorn of Night 1st antologi. Dari bintang mereka datang hanya untukmu, menuturkan berbagai cerita hingga kamu terbawa ke dunia fantasi mereka.