15 | Penyebab segala kesialan

723 43 6
                                    

Gadis yang berada pada Ruang BK itu kini menangis tersedu-sedu sejak dia memasuki ruangan itu bersama Bu Putri yang mengantarnya. Bu Helmi yang duduk di depannya juga masih bingung pada inti permasalahannya yang masih perempuan itu ucapkan terbata-bata karena sesenggukan yang dia hasilkan sebab tangisnya.

Bu Putri juga tidak menjelaskan apa-apa saat mengantar gadis itu dia hanya meminta tolong pada Bu Helmi agar menyelesaikan kasus ini kemudian guru bertubuh tinggi itu kembali mengajar pada kelas XII IPA 5.

Dewi, dengan kepala berbau anyir telur dan bekas tepung di kepalanya itu kini berusaha memberhentikan tangisnya agar bisa menjelaskan permasalahan yang dia alami hingga dia manangis seperti ini.

Di depannya, Bu Helmi masih dengan wajah bingung menatap Dewi yang tak kunjung memberhentikan tangisnya. "Udah?" jeda Bu Helmi sebentar. "Bisa jelasin sekarang?" Guru berumur dua puluh tujuh itu kembali menanyakan saat melihat tangis itu mulai reda.

Dewi menyeka sudut mata dan pipi kirinya yang masih banyak tersisa air mata di sana. "Jadi begini Bu ...." otaknya berputar mundur keberapa belasan menit yang lalu.

Di kelas XII IPA5

"Woi, Dewi ulang tahun!" sorak Evan pada seisi kelas saat Bu Putri baru saja memberikan tugas dan keluar kelas.

Kebanyakan dari mereka menoleh kepada Evan dan beberapa lainnya tidak memperdulikan kemudian melanjutkan soal sosiologi yang baru saja diberikan.

Mata Dewi dengan spontan melotot kearah Evan yang kini menyengir tanpa dosa."Nggak!" katanya singkat kemudian matanya kembali tertuju pada soal.

Sementara Evan membisikan sesuatu kepada Vano, Kevin dan Angga untuk merencanakan suatu hal. Entah apa yang dikatakan Evan, ketiga temannya itu mengangguk cepat setelahnya.

"Mau ngapain?" tanya Nata saat Angga baru saja keluar dari bangku di sebelah Nata.

"Ssstt." Hanya desisan itu yang keluar dari mulut Angga sambil meletakkan telunjuk pada bibirnya kemudian berjalan menuju meja Dewi—lebih tepatnya menjinjit.

Orang-orang yang sempat melihat Evan pun sudah tau bahwa akan ada kekacauan setelah gerak-gerik Angga.

Dewi masih berkutat pada buku-buku yang sejak tadi dia balik-balik. Tanpa dia sadar Angga sudah terjongkok di belakangnya dengan tangan yang menjulur bebas pada laci mejanya yang kebetulan ponsel milik Dewi berada di sana dan terletak di pinggir laci meja.

Posisi ponsel putih itu sangat strategis untuk Evan dan kawan-kawan melancarkan aksinya.

Setelah berhasil, Angga kembali berjinjit mundur mendatangi Evan dengan memberikan ponsel milik Dewi itu. Evan langsung memberi kode kepada Vano dan Kevin yang langsung mengerti.

"Dedew, pinjem Hape lo bentar buat Searching!" pinta Evan sesaat setelah tubuhnya berdiri di sebelah gadis itu.

"Nggak!" balas gadis itu cuek.

"Oh, mau gue bilang satu kelas kalo lo hari ini ulang tahun." Dewi adalah teman Evan sejak SD dan dia tau persis kapan ulang tahun Dewi dan dia tidak pernah suka jika diperlakukan layaknya orang ulang tahun lainnya terrmasuk kado ulang tahun spesial dari Evan berupa tepung dan telur.

Seandainya Dewi bisa melawan laki-laki di sebelahnya ini sudah dari dulu dia lakukan agar Evan berhenti menjahilinya setiap hari.

Dan lebih kesalnya lagi Evan yang berada di sebelahnya menyengir dengan menunjukan deretan gigi-giginya. "Ck!" Gadis itu berdecak kemudian tangannya bergerak menuju laci meja. Keningnya berkerut saat tak mendapati benda berbentuk kotak itu dilaci, kepalanya menunduk memastikan.

Rain, Wind and Mine  (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang