Shima bersiap untuk ikut Johan keperpustakaan kota. Johan biasanya kesana untuk belajar ilmu kehakiman. Shima saat itu menggunakan baju santai berwarna coklat dan celana longgar bermotif garis serta mengenakan jaket merah. "Apa kamu sudah siap? Kenapa kamu tiba tiba ingin ikut?" tanya Johan. "Tidak apa apa, aku hanya ingin membaca buku dongeng disana" jawab Shima. Johan kemudian tersenyum kecil dan mengandeng tangan Shima untuk keluar rumah.
Setelah sampai di perpustakaan, Johan dan Shima memilih buku dan duduk di kursi kosong. Peraturan di perpustakaan adalah tidak boleh berkata keras, jadi Johan membisiki Shima sesuatu. "Kenapa kamu suka cerita dongeng?" tanya Johan pelan di telinga Shima. Kemudian Shima mendekat untuk membisiki Johan, "Aku tidak suka dongeng, tapi aku suka di perpustakaan, karena aku bisa berbisikan denganmu" jawab Shima sambil tersenyum. Johan yang mendengar ucapan Shima langsung tersipu malu dan menahan ketawanya.
"Johan, aku ingin menemui ibu yang kemarin membelikanku makanan. Kau harus menemaniku"perintah Shima.
"Baiklah, kau sepertinya sangat merindukannya seperti ibumu sendiri" ejek Johan sambil tersenyum. Kemudian Johan mengantar Shima ke tempat ia bertemu dengan bu Marwa. Setelah sampai disana, Shima terlihat melihat kekanan kekiri untuk mencari bu Marwa. "Dimana ibu itu, dia bilang dia akan menemuiku lagi disini" ucap Shima sedikit kecewa. Kemudian dari dalam rumah makan terdengar suara yang memanggil nama Shima.
"Shima! Nak, kemarilah"teriak bu Marwa kepada Shima. Kemudian Shima menoleh kearah suara itu.
"Bu Marwa! Aku sudah cukup lama mencarimu" jawab Shima sambil mendekati dan memeluk bu Marwa.
Johan kemudian terkejut mendengar Shima meneriakkan nama itu, Johan yang melihat wajah bu Marwa mulai mengenalinya. Dia berjalan pelan menuju rumah makan itu. Matanya berkaca kaca, seolah olah dia sedang merengek ingin dipeluk ibunya. Air mata Johan semakin tidak bisa dibendung ketika ia semakin dekat dengan bu Marwa. Langkah kakinya semakin cepat karena ingatan masa lalunya muncul dikepala. Bu Marwa, yang telah membelikan Shima makan, ternyata adalah ibu kandung Johan yang selama ini ia cari. Johan kemudian berlari untuk segera menemui ibunya, air matanya sesekali dihapus dengan tangannya.
"Ibu...... " ucap Johan sambil meneteskan air mata ketika berhadapan langsung dengan bu Marwa. Shima yang melihat kejadian itu hanya diam karena terkejut dan terharu. Bu Marwa kemudian menoleh kebelakang untuk melihat seseorang yang memanggilnya ibu.
"Ibu? Apa anda bu Marwa Setianingrum? Ibu yang telah meninggalkan putranya ditepi pantai karena depresi kehilangan suaminya? Aku anak itu bu. Aku yang anda tinggalkan 10 tahun yang lalu" ucap Johan lemas dengan menangis tersedu sedu. Kemudian bu Marwa langsung bisa mengenali anak yang sangat disayanginya itu.
"Johan? Anakku? Kau benar Johan, aku sangat mengenalimu. Anakku, maafkan ibu" kata bu Marwa sambil memegang pundak putranya. Johan yang sudah tidak tahan dengan semuanya kemudian memeluk erat ibunya. Shima yang melihat kejadian itu ikut menangis. Setelah pertemuan itu, Johan, ibunya dan Shima mengobrol dirumah makan tempat kerja bu Marwa selama ini. Saat sedang mengobrol telefon Johan berbunyi.
"Hallo Johan? Ini kabar buruk, pengusaha yang kita tipu itu tidak sembarangan. Dia memiliki banyak suruhan dan preman. Sekarang mereka semua mencari kita. Aku harap kau bisa pulang selamat dengan Shima" ucap Daniel dengan panik.
Kemudian Johan sangat terkejut karena Shima ikut dalam situasi berbahaya ini karena dia. "Apa maksudmu? Tentu saja kami akan pulang dengan selamat" jawab Johan, kemudian Daniel menutup telefonya.
"Shima kita harus pulang sekarang. Bu, mulai sekarang ibu tinggal saja bersama kami" ucap Johan. Kemudian mereka cepat cepat menuju mobil. Karena merasa tidak nyaman, Johan memberi pesan kepada Ray untuk menghubungi polisi. Saat ditengah perjalanan, ada 3 mobil hitam yang berhenti di depan mobil Johan.
"Ibu disini saja, jangan ikut keluar. Shima temani ibu" perintah Johan kemudian ia keluar dari mobil. Tanpa basa basi, orang suruhan pengusaha tadi memukuli Johan dan menyeretnya ke tepi jalan sambil menodongkan pistol. Shima dan Bu Marwa sangat panik didalam mobil, karena Shima tau jika Johan akan ditembak, ia kemudian keluar dari mobil tanpa memberitahu bu Marwa.
Pistol sudah ditodongkan didepan Johan, orang suruhan itu sudah hampir melepaskan pelurunya. Shima berlari sangat kencang untuk menyelamatkan Johan. "Johaaaaaannn.......!!!!!!!! " teriak Shima dan kemudian peluru dilepaskan hingga menembus tubuh Shima, darah mengalir dari tubuh Shima. Orang suruhan yang takut karena tembakannya meleset langsung melarikan diri. Bu Marwa keluar dari mobil dan wajahnya pucat. Johan yang lansung memeluk Shima tidak bisa berkata apa apa. Tidak ada suara apapun yang dapat didengar ditelinga Johan saat ini. Ia begitu panik.
"Shima! Shima tolong bangun.. Jangan tinggalkan aku!" teriak Johan sambil meneteskan air mata.
"Johan, aku takut kau akan melindungi aku lagi, tapi aku sangat senang. Sekarang kau harus tahu. Meskipun aku tak ada disisimu. Aku akan tetap mencintaimu. Jadi, berbahagialah meski aku tak ada bersamamu. Tertawalah dan rasakan semua Cinta yang kau dapat. Hiduplah dengan normal. Aku berharap kau bisa hidup lama sekali. Aku tak mau jadi bekas luka bagimu atau mimpimu. Aku sangat mencintaimu" ucap Shima dalam hati kemudian kesadaran Shima menghilang. Bu Marwa mendekati mereka dengan panik.
"Tidak! Shima! Bagun.. Jangan katakan seperti itu" teriak Johan sambil memeluk Shima. Kemudian bu Marwa memegang pundak Johan "Johan, ayo cepat bawa Shima kerumah sakit!" perintah ibu Johan. Kemudian mereka membawa Shima kemobil dan segera menuju kerumah sakit.Bersambung...
Ikuti terus ceritanya..
Vote dan komen.
Salam : GhostLister
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny
RomanceCinta itu berbahaya, jika kamu mengatakan cinta kepada seseorang, itu artinya kamu kalah, kamu menyerah. Jangan pernah katakan cintamu, tapi lakukanlah, maka seseorang itu akan tahu jika kamu mencintainya tanpa harus kamu katakan.