Smile For Me | 8

9 1 0
                                    

Sudah lima menit berlalu sejak ia terbangun, namun Indi masih setia menatap wajah tenang yang masih betah memejamkan matanya tersebut. Tangan Indi terulur, mencoba untuk menyentuh kulit putih mulus miliknya. Dengan hati-hati sekali Indi menempelkan jemarinya pada wajah lelap itu. Menelusuri tiap lekuk permukaannya yang halus dan bersih. Tidak ada satu jerawat atau bekas luka pun disana. Bahkan justru kulitnya terbilang sangat mulus untuk ukuran pria dewasa.

Dengan berani Indi menurunkan jari-jari lentiknya pada rahang Tayler yang tampak tegas dan kokoh. Jujur saja Indi sangat ingin menyentuhnya. Namun aksinya terhenti saat tangannya digenggam oleh pria itu.

Deg. Indi menelan ludahnya kasar. Indi mendongak, menatap malu kearah bola mata yang kini juga tengah menatapnya. Indi kembali tercyduk.

Pria itu menampakan senyum jahilnya "Sudah ku katakan jangan melihatku. Sekarang kau benar-benar tergodakan?" ucap Tayler lalu terkikik geli melihat rona merah diwajah Indi.

Oke, kali ini Indi tidak hanya malu. Tapi sudah benar-benar malu. Entah apa yang Tayler pikirkan tentang Indi saat ini, yang jelas dia ingin menghilang saat ini juga.

Tidak tahan dengan sikap Tayler yang tampak menikmati posisinya saat ini. Indi segera bangkit dan berjalan cukup jauh meninggalkan pria yang kini tengah terbahak itu.

Bodoh. Bodoh. Bodoh.. Maki Indi pada dirinya sendiri.

Masih dengan sisa tawanya Tayler menghampiri gadis itu. Dilihatnya Indi sudah mulai kesal. Dengan cepat Tayler merubah ekspresinya kembali.

" Kau marah ?"

Indi memilih mengabaikan Tayler. Dia sudah terlanjur kesal sekarang. Menurutnya Tayler tertawa terlalu berlebihan. Apakah yang telah Indi lakukan itu sangat lucu dimatanya.

Indi berbalik arah memunggungi Tayler. Dia masih belum berani menatapnya lagi.

Bukannya tersinggung oleh sikap Indi, Tayler justru terlihat senang, wajah merona gadis itu sungguh tampak menggemaskan dimata Tayler. Tapi sepertinya dia harus meredam dulu rasa senangnya karena Tayler tidak mau kejadian dua hari yang lalu saat pergi kerumah kardus terulang. Itu sangat menyiksanya. Sepanjang perjalanan Tayler hanya bisa melihat wajah Indi yang ditekuk maksimal. Baginya itu sangatlah tidak mengenakkan.

Tayler berjalan mundur. Meninggalkan Indi yang masih tidak mau melihatnya.

Sedang Indi, dia tidak menyadari jika Tayler pergi meninggalkannya. Sudah beberapa menit berlalu namun Indi tidak merasakan adanya suara atau pun gerak langkah lagi dari arah belakangnya.

Dengan ragu dia menoleh kebelakang namun, betapa terkejutnya Indi saat dia berbalik Tayler sudah tidak ada ditempatnya.

Indi menatap sekelilingnya. Mencari sosok pria bertubuh jangkung tersebut. Namun yang dia lihat hanyalah hamparan ilalang dan beberapa pepohonan. Indi mulai panik. Dia takut. Takut jika Tayler benar-benar pergi meninggalkannya sendiri. Kakinya melangkah kesana kemari mencari keberadaan pria itu. Suaranya dengan lantang menyerukan nama Tayler. Tapi tetap saja, hanya deru angin dan kicauan burung yang terdengar olehnya.

Kakinya mulai bergetar, lelah dan terasa sangat lemas. Nafasnya terengah. Dengan sengaja Indi menjatuhkan tubuhnya pada rumput liar itu. Meremas rumput itu kuat untuk menahan tangis yang sudah siap meledak. Hingga akhirnya dia terisak. Karena sekuat apapun dia menahannya, tetap saja Indi mengeluarkannya.

Smile For Me ( belum revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang