reason

870 44 0
                                    

Kenan, sang ayah yang hanya memiliki cinta yang akan tetap utuh dan abadi untuk pelita kecilnya, Kiesa Neandra Kenan.

Kiki panggilannya. Karunia Tuhan yang begitu ia rengkuh erat, begitu ia rindukan setiap saat. Kiki sang putri menjadi alasan baginya untuk hidup. Alasan untuk terus berjuang menghadapi dunia. Alasan untuk dia tetap berada di muka bumi ini.

Kenan melakukan segala cara untuk membahagian putri kecilnya. Apapun!

Demi pelita hatinya itu. Membahagiakan dan menciptakan senyum di wajahnya selalu adalah impian terbesarnya. Kebahagiaannya hanya melihat Kiki sang putri sehat, bahagia, dan selalu tersenyum.

Seperti saat ini, ketika Kenan bekerja untuk putrinya, Kenan tidak pernah merasakan lelah karena senyum putri kecilnya lah yang menguatkannya. Kiki selalu berhasil membuat ayahnya sembuh dari rasa lelah dan penat akibat bekerja.

Kenan bekerja sebagai pegawai biasa di pabrik kain dan baju, ya pegawai biasa. Kenan cukup bangga dengan pekerjaan itu, karena dengan uangnya dia bisa mencukupi kehidupannya. Kenan sangat bersyukur.

Setiap hari Kenan selalu lembur bekerja, mengabaikan tubuh rentanya dan lelahnya hanya untuk putri kecilnya, Kiki.
Setiap teman-temannya mengajaknya pulang atau sekedar istirahat makan Kenan selalu menjawab "Aku akan istirahat di rumah dan makan bersama putriku"

Kenan berjalan pulang ke rumahnya, karena memang dia lebih memilih berjalan kaki, melalui gang sempit dan kecil, padahal Kenan bisa menaiki angkot, tapi Kenan berfikir uang yang dia gunakan bisa dipakai untuk keperluan Kiki.

Saat ini pun juga Kenan masih memikirkan Kiki di perjalanan pulangnya kali ini. Bagaimana hari-hari yang dijalaninya? Apakah dia sudah makan? Apakah ada yang menyakitinya? Apakah aku sudah membahagiakannya?

"Ayah pulang"

Saat ini ketika Kenan pulang dari bekerjanya, Kenan berharap dapat menemukan Kiki, tapi tidak. Kiki tidak ada di rumah. Jika waktu belum menunjukan pukul 18.30 WIB, Kenan tidak akan sekalut ini.

"Anaku dimana? Apa yang terjadi? Nak, kau dimana? Ayah menghawatirkanmu!"

Teriakan batin Kenan semakin membuat dadanya sesak dan sakit. Ponsel Kiki tidak dibawanya, dan makin membuat risau. Kenan tidak perduli lagi, dia harus menemukan putri semata wayangnya.

Setelah 3 jam mencari, akhirnya Kiki ditemukan. Sudah malam dan Kiki tampak kacau. Spontan Kenan berlari menghampiri anaknya. Kebahagiaan yang tak terkira menebus semua rasa takutnya yang menyeruak dalam hati beberapa jam yang lalu.

"Nak, Kiki tidak apa-apa? Kiki tidak terluka kan? Syukurlah ayah menemukanmu, Nak, ayah begitu cemas, jangan tinggalkan Ayah"

Kiki hanya terdiam saat itu, mulutnya bagaikan terkunci mendengar kata manis dan suara ayahnya yang begitu bergetar, wajah ayahnya juga nampak kusut dan lelah, ditambah dengan ketakutan yang begitu terpancar dalam sorot mata ayahnya yang dia lihat sesaat.

"Kiki, ayo kita pulang Nak, kamu bisa sakit jika di sini"

Tapi saat ini yang Kenan lihat hanya tatapan kosong anaknya, dengan airmata yang terus mengalir tanpa isakan darinya. Tubuh anaknya bergetar dan tangannya begitu dingin.

Kiki, apa yang harus ayah lakukan?

"Nak.."

"Cukup!" tatapan Kiki yang tajam dan sarat akan kemarahan yang begitu besar mengarah pada Kenan ayahnya. "Apapun yang ayah lakukan, tidak akan mengubah apapun. Jadi hentikan semua ini", Kiki mengepalkan tangannya begitu kuat untuk menyalurkan rasa sakit dalam dirinya.

"Ayah, tidak akan bisa memperbaiki semuanya ayah! Tidak akan bisa!"

Kenan terdiam, dia sungguh ingin Kiki menyalurkan semua yang dirasakannya. Berharap dalam hati bahwa putrinya mau membagi rasa sakit yang dia alami. Kenan akan menjadi tempat untuk anaknya yang sedang terluka.

Kiki mendekatkan dirinya pada sang ayah menepis jarak antara keduanya. Kedua tatapan itupun bertemu. Kenan dapat melihat luka dan penderitaan dalam sorot mata putri kesayangannya namun ia juga menyadari bahwa sang putri juga menunjukan kemarahan dan kekecewaan yang begitu besar untuk dirinya, dan itu begitu menyiksanya. Kenan merasa bahwa dia adalah ayah yang buruk untuk putrinya.

"Terimakasih telah membunuh Ibuku ayah!"

-


Souyaa

See you. Enjoy read this story😊❤

MurdererTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang