Yoga jatuh dari genteng?

32 4 2
                                    

“Shh... sakit Ma, aduh kaki Yoga copot Ma... Aaww!!”

Sekarang Yoga sedang terbaring tak berdaya di atas kasur. Kakinya yang keseleo terpaksa mau enggak mau harus diurut.

Pulang sekolah tadi tiba-tiba dia dicegat sama Jean dan Azeel, anak IPA 4, mengajak balap motor di jalan dekat danau. Sebenarnya mereka enggak ada masalah apa-apa, cuma gara-gara dia mengantar Isma (ceweknya Jean) pulang. Jean jadi mengira kalau dia suka sama Isma dan mau merebut  Isma. Setelah hari itu mereka selalu cari masalah sama Yoga, mulai dari gembosin ban motornya, mengajak ribut sampai masuk BK. Jean selalu punya cara buat memancing emosinya.

Karena Yoga menolak tawaran Jean, lelaki itu sengaja menyenggol motornya di jalanan. Alhasil, motor yang dia kendarai ambruk dan menimpa kakinya.

“Makanya kalo naik motor tuh jangan kebanyakan gaya, kalo udah sakit rasanya gak enak 'kan?” Mamanya mengomel begitu Yoga teriak kesakitan.

“Mama ini anaknya sakit malah diomelin, dimanjain kek apa digimanain gitu."

“Kaki udah keluar bulunya masih minta dimanjain kamu?” tanya Mamanya.

Yoga berteriak ketika bulu kakinya ditarik sama Mama. Dikira rumput apa dicabut begini.

Bukannya minta maaf Mama malah ketawa keras, tangannya bawa minyak urut yang mau dikembalikan ke kotak obat.

Mana nih nenek-nenek ngurutnya nggak pakai perasaan banget, asal tarik. Bikin kaki rasanya makin perih saja.

“Aldi?” Dia mendapati hapenya bergetar. Begitu dilihat ada nama Aldi dengan foto kontaknya yang alay. Pakai gaya Cherry belle gitu.

“Halo, Ga," sambut Aldi nun jauh di sana begitu telepon diangkat.

“Ngapa??”

“Jadinya kita janjian di mana? gue udah otewe ini.”

“Lo baru ditinggal sebentar udah ngajak janjian aja, kok gue jadi ngeri ya.” Yoga bergidik sendiri membayangkan kemungkinan konyol yang akan terjadi. Bagaimana kalau dia nanti dicabuli? Kasihan Mamanya kalau ngegosip di warung. Yang digosipin anaknya sendiri soalnya.

“Jangan mikir yang enggak-enggak ya Ga, gue masih waras dan gue masih doyan cewek. Jangan-jangan lo lupa kalo hari ini ada kerja kelompok di rumah Dea?” selidik Aldi di seberang sana.

“Eh Anjirr, gue lupa. Terus gue gimana ini?” Yoga resah begitu ingat janji kerja kelompok di tempat Dea.
Dia harus mencari alasan yang pas biar Aldi enggak curiga dia bohong. Cowok itu nggak boleh tau kejadian sebenarnya. Ingat-ingat dia tipe cowok yang asik tapi tempramental, bisa-bisa si Jean dan Azeel kena bogem mentah.

“Helaww, lo nggak lagi kesambet kan Ga? Akutu nunggu loh,” sambar Aldi membuat Yoga tersadar.

“Pamitin ke anak-anak Al, gue lagi encok abis jatoh dari genteng.” Agak nggak banget sih alasannya, tapi ya sudahlah yang penting Aldi nggak curiga. Cowok itu 'kan gampang banget dibego-in.

“Hah? apa-apa? gimana tadi? Duh telinga gue agak eror.”

Yoga menggeram mengumpat. Dia curiga kalo Aldi pura-pura nggak dengar. Mau ngledek dia. “Shit, lo nggak usah sok budeg deh Al.”

“Hehe, iya dah iya entar gue pamitin. Udahan dulu Ga, gue kudu buru-buru otewe ke Rumah Dea si Putri ngamuk-ngamuk nggak tahan ngadepin begonya Dea, 11 12 sama lo lah,” kata Aldi ketawa di ujung telepon.

“B-in aja biar cepet, yang waras ngalah.”

“Gue kagak gila Nyingg, gue duluan ye.. baek-baek tuh pinggang.”

Yoga langsung meletakkan hapenya di atas nakas setelah Aldi memutuskan sambungan telepon sepihak. Kalau boleh cerita sih, Yoga ini anaknya nggak cuek-cuek banget. Cuma dia agak pilih-pilih orang gitu buat diajak petakilan. "Udah selesai nek?” tanya Yoga.

“Sudah Den, ini jangan banyak digerakin dulu ya, tulangnya agak geser ke kiri jadi nanti ngilu kalo dibuat banyak jalan. Tunggu sampe dua hari dulu, dan kalo ngilunya masih terasa lebih baik dibawa ke dokter saja.”

“Nenek ini udah lama jadi tukang urut ya? paham banget keliatannya.”

Nenek hanya tertawa kecil.
Tepat setelah itu pintu kamar Yoga terbuka, menontonkan wajah Mama yang tersenyum lembut pada sang nenek tapi melotot kepada Yoga. "Tuh dengerin, jangan petakilan dulu, diem jangan banyak tingkah kayak cacing keinjak. Kalo masih ngeyel Mama cabutin tuh bulu kaki kamu, biar tau rasa!” ucap Mama menggiring Nenek keluar kamar. "Kak Vio dateng, katanya kangen sama kamu.”

Tujuh baris kata dari bibir Mama mampu membuat Yoga terdiam. Vio? Jika hanya lelaki itu yang datang Yoga tidak masalah, dia kakaknya. Tapi jika bersama dia, bahkan menyebut namanya saja Yoga merasa jijik.

Suara ketukan membuyarkan pikirannya tentang kedua orang yang kini berdiri di pintu itu, Vio dan dia.

“Gi--”

“Kalo lo mau bicara sama gue, jangan pernah bawa dia lagi!” teriak Yoga marah. Lelaki itu memalingkan wajahnya, tidak mau menatap Vio. Rasa marah langsung membara, membakar perasaannya.

“Sampai kapan lo bakal kayak gini Ga? udah dua tahun lo bersikap seolah gue ini musuh lo, gue ini kakak lo Ga, kakak lo!!” balas Vio marah.

“Semuanya gara-gara dia,” tunjuk Yoga kini, jari telunjuknya mengarah pada seseorang di samping Vio.

“Berhenti nyalahin Lisa! Bahkan dia nggak tau apa-apa tentang semua ini.”

Yoga tergelak remeh, nggak tau apa-apa katanya? cuih, bahkan sekarang dia sedang mengeluarkan air mata buayanya. Benar-benar menjijikkan. Pelet apa yang wanita itu gunakan pada Vio.

“Kalo tujuan lo ke sini cuma mau belain dia, mending lo pergi dari sini!” bentak Yoga menunjuk pintu kamarnya.

Vio menghela napas gusar. Yoga tidak bisa terus-terusan bersikap seperti ini. Apalagi tanggal pernikahan mereka sudah mendekat, Vio harus membujuk adiknya itu. “Sebelum gue pergi, gue mau kasih tau lo kalo minggu depan gue dan Lisa bakal nikah. Dengan atau tanpa restu lo.”

“Gue nggak peduli, sekarang lo bawa ular itu pergi dari sini, jijik gue!”

“Pergi gue bilang!!!” bentak Yoga sekali lagi.

Vio menyeret Lisa keluar dari kamar Yoga, sebelum benar-benar pergi dipandanginya wajah Yoga lekat. Nggak seharusnya semua berubah seperti ini.

Dan Yoga? Lelaki itu mengusap wajah kasar sambil berteriak kencang, ini semua gara-gara dia dan Yoga benci itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love You All the WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang