Dear sider.
Biasakan komen & vote juga dong.
Sidernya banyak banget.
Males aku kambuh nih.
---Jia menatap kosong dosen yang tengah berdiri memaparkan materi didepan kelas.
Rasanya tidak ada hasrat baginya untuk mendengarkan ceramah panjang dosen pada mata kuliah hari ini.
Mungkin semua mahasiswa terlihat menatap ke depan mendengarkan apa yang dijelaskan dosen, tapi sebenarnya hanya beberapa mahasiswa yang benar-benar mengerti dan menyerap materi itu. Selebihnya sudah pasti tidak tahu apa-apa. Hanya pencitraan seakan mereka menjalani kelas dengan sungguh-sungguh.
Jia mengecek waktu pada jam tangan yang melingkari pergelangan tangan sebelah kirinya.
12.30
Tepat waktu untuk dosen itu mengakiri kelas dan meninggalkan ruangan.
Lima menit kemudian dosen itu pergi.
Sebenarnya saat ini ada jadwal untuk panitia berkumpul di teater pukul 1 siang.
Jika saja sejak awal Jia menolak Gyuntae dengan tegas untuk tidak menjadi panitia, mungkin ia tidak akan mengkhawatirkan apapun sekarang. Tapi keadaan berbeda. Tidak mungkin juga Jia meninggalkan posisi panitianya disaat seperti ini. Itu adalah hal bodoh.
Sebuah deringan dari ponsel milik Jia terdengar keras. Jia mengambil ponselnya yang ditaruh didalam sling bagnya.
My annoying chwe
"What?"
"Hei hei hei.. kenapa jawabanmu seperti itu."
Jia memutar bola matanya malas.
"What's wrong my handsome cousin?"
"Nah begitu jawabnya. Hei, aku sedang di LA."
"Benarkah?"
"Yes! Kau sudah tidak ada kelas kan? Aku jemput ya."
"Hm.."
Sebenarnya saat ini Jia sudah berada didepan pintu masuk teater. Tepat sebelum ia ingin membuka pintu itu Vernon menelfonnya.
Mendengar ajakan Vernon, Jia sempat bingung untuk memilih. Antara memantau dekorasi di teater atau pergi dengan Vernon.
Jika dipikir pergi dengan Vernon bukanlah hal buruk. Ia bisa menitipkan pekerjaan pada Yena atau staff yang lain. Ya, sesekali bolos tidak masalah kan.
"Kenapa? Tidak mau ya?"
Baru mau membuka mulut untuk menjawab Vernon. Tiba-tiba seseorang keluar dari ruang teater yang langsung membuat Jia menatapnya.
"Bisa bicara sebentar?" tanyanya.
Jia sempat terdiam dan langsung mengangguk tanpa berpikir panjang.
"Kau ke rumahku saja. Kita bertemu disana." Ujar Jia mengakhiri pembicaraannya dengan Vernon dan pergi dengan seseorang itu menjauhi teater.
--
"Jadi.. bagaimana kelanjutan pertengkaranmu dengan Eun Kyung?"
Pertanyaan yang diutarakan Gyuntae memecah lamunan Jia yang sebelumnya tengah memandang ke arah pepohonan hijau dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PINWHEEL 2 [Wonwoo]
Fiksi Penggemar[COMPLETE] Aku tahu kita akan berpisah. Bahkan dalam cinta yang seperti mimpi pun, perpisahan adalah sebuah kenyataan. Bahkan sampai air mataku kering, aku hanya bisa menggumamkan namamu. Seberapapun aku menyangkalnya, ini tetaplah sebuah perpisahan...