Dear

1.3K 120 13
                                    

Semua karakter cuma milik Monsta.

Seluruh alur cerita milik saya.

Ini cuma cerita oneshoot yang udah lama banget Akira bikin. Sempet di publish tapi gak ada yang read.. :'(

Jadi akhirnya Akira memutuskan untuk mempublish ulang cerita ini.

Jika ada kesamaan cerita, sungguh itu bukanlah hal yang disengaja...

Akhir kata, selamat membaca....

-----

---

--

-

-

-

-

-

-

-

-

-


"Halo?"

"Ini aku."

"Maaf, Anda siapa?"

"..... Apakah kau sudah melupakanku?"

"Halilintar?"

*****

"Dear, Is the you today and the you tomorrow, laughing or crying? Did my voice reach you there? For the me today and the me tomorrow, there's no one else in my heart but you."

*****

"Ternyata kau masih mengingatku.", Halilintar mendesah seraya menyandarkan dirinya pada sebuah pohon sakura tua yang berada di belakangnya. Untuk sesaat ia benar-benar merasa bodoh karena sudah membiarkan jantungnya berdekat berkali-kali lebih cepat hanya karena menunggu nada sambung di ponselnya berubah menjadi suara lain. Suara yang begitu dirindukannya hingga kini. Dan hal itu bukanlah suatu hal yang aneh mengingat tujuh tahun sudah berlalu semenjak terakhir kali mereka bertegur sapa. Sudah sangat lama dan Halilintar masih berharap, ia bisa mempersingkat waktu itu agar dia yang berada di ujung telpon sana tak perlu menunggu selama ini. Namun, ia bisa apa? Setelah apa yang ia buang dan ia perjuangkan mati-matian, waktu tujuh tahun adalah waktu tercepat yang bisa ia raih. Dan ia berharap, masih ada kesempatan yang terbuka untuknya.

"Bagaimana mungkin aku bisa melupakanmu?". Dan Halilintar nyaris menarik garis senyum begitu mendengar kalimat itu. Nyaris, karena kalimat berikutnya yang meluncur membuat ia seketika kehilangan kata-kata. "Mengingat kau adalah orang yang membuatku membenci diriku sendiri karena tidak bisa melupakanmu."

Halilintar tersenyum tipis. Atau lebih tepatnya tersenyum miris. Namun kemudian ia menjawab dengan nada riang, "Well, terima kasih atas pujiannya.". Dan ia bisa mendengar suara decakan sebal di seberang sana.

"Seharusnya aku tau, kalau kau adalah orang paling bodoh di dunia."

"Benarkah?"

"Ya. Karena jika aku menjadi kau, maka aku takkan pernah mencoba menggali masa laluku lagi."

Halilintar mengeratkan genggamannya pada ponsel. Namun ia mengendurkannya lagi begitu ingat akan tujuan yang ingin dicapainya. Diam-diam ia menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya lagi tanpa menimbulkan suara.

"Aku hanya ingin memperbaiki semuanya.". Ada jeda sejenak. Jeda yang terasa lama bagi Halilintar yang menunggu respon dari seberang sana.

"Kau tak perlu melakukan apapun." Suara itu terdengar begitu rendah. Sangat rendah hingga Halilintar yakin kalau ia takkan bisa mendengarnya jika saja ia tidak sedang berada di tempat yang sunyi.

DearWhere stories live. Discover now