zaman zahiliyah

51 10 3
                                    

Musim panas tahun ini sangat panas dari tahun-tahun sebelumnya mulai dari 30-35 derajat celsius, panasnya yang membakar jiwa dan menaikkan emosi manusia, Otak yang mendidih permasalahan tidak bisa di selesaikan dengan kepala dingin, di kejauhan sana di tengah-tengah keramaian pasar ada keributan yang sangat lama terjadi, sudah beberapa menit aku mengamati dari bawah pohon yang rimbun ini, hampir setengah jam orang-orang itu masih ribut mulai dari kejar mengejar.

"Seperti mengejar copet" gumamku.

"Ayo!, kejar dia" teriak salah satu penghuni pasar.

"Tolong-tolong copet" suara ibu-ibu yang terdengar panik sambil berlari mengikuti para penghuni pasar yg mengejar pencopet itu.

Lalu aku ikuti mereka yang mengejar pencopet itu, aku berlari sangat kencang mengejar mereka, sampai ngos-ngosan napas ku.

"Bu-bu tunggu!" teriak ku sambil berlari mengejar ibu-ibu tadi yg minta tolong.

"Ibu tidak papa?" tanyaku kepada ibu yang mengejar pencopet tadi yang sedang terjatuh.

"Tidak apa-apa nak" suara ibu-ibu ini seperti menahan sakit.

"Tunggu aku bu, ibu tetap disini aku akan mengajar pencopet itu" dengan penuh keyakinan aku berlari mengejarnya.

"Tapikan kamu perempuan nak, bahaya biarkan mereka yg mengejarnya".

"Tidak papa bu" aku sambil berlari mengejar pencopet itu bersama penghuni pasar yg mengejar copet itu.

Pencopet itu berlari kearah para penjual ikan, dan aku berlari kearah para penjual sayur karna aku tau copet itu tidak tahu bahwa disana hanya ada satu jalan keluar, makanya aku berlari ke arah para penjual sayur.

"Pasti pencopet itu bakal ketangkap" ucapku dalam hati.

"Copet-copet" suara meraka yang sedaritadi mengejar copet

"Ini saatnya aku beraksi" pikirku.

Copet itu berlari kearah jalan keluar, tepat sekali untuk mengeluarkan jurus andalanku seperti di senetron di televisi, lalu ku ulur kan kaki ku untuk menghalangi dia yang sedang berlari dan copet itu terjatuh langsung kuringkus pencopet itu.

"Sepertinya dia bukan copet diliat dari tampangnya, alis yang tebal, hidung yang mancung bibir  berwarna keping-pingan, dan kulitnya putih kekuning-kuningan, tapi kenapa dia pegang tas itu" aku bertanya-tanya di dalam hati.

"Lepaskan aku" pinta laki-laki yang kuringkus ini.

"Enak saja main minta lepaskan dasar copet" ucapku.

"Hai, enak saja kamu bila saya copet" dia seperti terkejut dan matanya membulat.

"Ini apa? buktinya kamu yang memegang tasnya" ucapan ku agak gereget sambil mengambil tas ibu-ibu itu.

"Nah, ini copetnya ketangkap" ucap mereka yang sedaritadi mengejar.

"Ayo!, kita gebukin" seru dari salah satu mereka.

"Buk... buk..."

"Tunggu dulu bapa-bapa jangan main hakim sendiri, biar saya yang mengamankannya" ucapku meyakinkan mereka.

"Di mana ibu-tadi" tanya salah satu dari mereka.

"Oh iya pa ini tas ibu-ibu tadi, ibu-ibu itu tadi terjatuh di dekat orang jualan kue apam barabai, tolong ya pa, tasnya di kembalikan!" pintaku kepada salah satu dari mereka.

"Neng ini mau kemana?" tanya salah satu bapa-bapa itu.

"Saya mau mengamankan pencopet ini pak" ucapku.

Dariku perempuan yang kau tinggalkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang