Ini bencana, ayahnya tidak membiarkan dirinya kemana- mana. Keluar kamar saja tidak boleh apalagi keluar rumah. Sementara waktu yang tersisa semakin sedikit, berapa lama kiranya Dimas bisa bertahan jika disiksa begini?. Dirinya benar- benar tidak berguna jika begini. Untuk apa dia meloncat kemasa lalu jika dia tidak bisa menyelamatkan Dimas Van Dijk?. Arghhh.... benar memusingkan.
Valeri mondar-mandir di kamarnya. Memikirkan cara untuk menyelamatkan Dimas Van Dijk. Apa ia harus kabur supaya bisa menyelamatkan Dimas?. Saat hanyut dalam lamunannya sebuah ketukan teratur terdengar di pintu kamarnya. Kemudian terdengar sebuah suara yang mengalun
"Valeri boleh Papa masuk?" Valeri terkesiap sadar dari lamunan panjangnya
"O-oh Papa silahkan masuk" Tuan Van Loen tersenyum kemudian duduk di ranjang putrinya.
"Apa yang membawa Papa kemari?" Tuan Van Loen terdiam memperhatikan putrinya sambil tersenyum penuh arti. Valeri mengernyit melihat sikap Papanya yang aneh menurutnya itu. Tinggal berbulan- bulan lamanya disini membuatnya sedikit mengetahui tabiat Tuan Van Loen yang sedikit acuh tak acuh itu. Lama keheningan menyapa mereka. Valeri menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan berinisiatif memecah keheningan tersebut.
"Pap-"
Tuan Van Loen memotong ucapan Valeri.
"Mungkin bagi orang lain yang belum pernah merasakannya, mereka tidak akan percaya dan mengangapnya hanya bualan semata" Tuan Van Loen menerawang seperti tengah mengingat ingat sesuatu. Valeri bingung dengan sikap ayahnya
" Kala itu umurku 4 tahun saat aku bermain bersama- sama temanku, aku terjatuh ke danau. Saat itu aku hanya merasakan kegelapan dan saat aku terbangun aku berada di sebuah rumah sakit yang penuh dengan alat -alat aneh. Belum habis kebingunganku beberapa orang menghampiriku. Sepasang suami istri dan seorang anak laki-laki yang mengaku ayah ibu beserta kakakku. Awalnya aku binggung tapi Jonathan membantuku menyesuaikan diri. seperti menggunakan Smartphone, Laptop dan berbagai barang modern. Ohh aku juga pergi ke Amerika menggunakan pesawat terbang. Sungguh pengalaman yang luar biasa bukan? Valeri Britssen?" Valeri terkejut. Apa maksudnya ini semua?
"Bagaimana anda?" Valeri masih Shock
" Kau tahu sejak dulu keluarga Van Loen percaya akan kekuatan kekuatan yang dimiliki alam kami percaya bahwa senja membawa misteri, Senja bukan termasuk siang dan juga bukan malam. Dia seolah sebuah kesatuan yang berbeda tetapi dia juga bagian dari sebuah hari. Kau mengerti maksudku kan Valeri?" Tuan Van Loen tersenyum, Valeri mengangguk
"Mereka adalah satu kesatuan yang saling mengikat dan terhubung. Kami percaya ketika senja,siang dan malam bertemu,menghubungkan dua dunia, masa lalu dan masa depan. Saat itulah satu orang dari setiap generasi di keluarga Van Loen dapat pergi ke masa depan. Aku, ayahku, kakekku, kakek buyutku dan kakek moyangku pernah terlempar kemasa depan Valeri. Dan kami semua pernah masuk ke tubuh salah satu orang di keluarga Britssen dan kami semua percaya bahwa keluarga Van Loen kelak akan berganti menjadi keluarga Britssen"
"Jadi maksud anda, anda adalah kakek moyangku?" -Valeri
"hmm... begitulah, mungkin saja" Tuan Van Loen tersenyum
"Kalau anda melakukan Time Travel kemasa depan,lantas anda masuk ke tubuh siapa? " Valeri antusias
"Tubuh Eric Brittsen" Tuan Van Loen mengusap rambut Valeri
"Eric Brittsen? tapi aku tidak kenal siapa Eric Brittsen. Tidak ada yang namanya Eric di keluargaku... "
"Eric adalah adik kandung dari Jonathan Britssen. Dan kupirir Jonathan adalah ayahmu bukan?."
"Benar, Jonathan Britssen adalah Papaku. Tapi yang kutahu Papaku tidak punya Adik. Papaku anak tunggal!"Valeri binggung.
" Setiap hal pasti ada konsekuensinya Valeri" -Tuan Van Loen
"Maksud anda? Konsekuensi? Konsekuensi apa?" Valeri mengernyit heran
"Orang yang bertukar raga akan mengorbankan satu nyawa. Biasanya orang yang di raganya dipinjam akan kehilangan nyawanya, sama seperti Eric. Dia dihukum untuk dilupakan selamanya. Tidak ada catatan apapun tentangnya. Bahkan kenangan dan juga ingatan orang-orang yang pernah mengenalnya pun akan dihapus tentang orang itu Valeri. Semua orang akan lupa padanya"
"APAA? Berarti aku dan Valeri Van Loen juga akan mati?salah satu diantara kami akan mati?" Valeri terkejut dirinya benar- benar tidak menyangka akan mati secepat ini. Bahkan dia belum bisa meminta maaf atas kesalahannya kepada keluarganya dan teman-temanya. Setidaknya dia ingin berpamitan dengan benar sebelum meninggal. Terlebih pada Mamanya yang dia cintai. Tiba-tiba sebuah ide terlintas diotaknya
"Kalau begitu aku akan berdiam disini agar aku atau Valeri Van Loen tidak mati" Valeri tersenyum bangga atas pemikirannya. Tuan Van Loen tergelak mendengar pemikiran dangkal Valeri.
"Tidak bisa begitu Valeri, Setiap hal punya batasannya masing- masing. Tidak ada yang kekal abadi didunia ini bahkan Air ataupun udara yang selama ini kamu nikmati dan kamu pikir jumlahnya tidak terbatas, suatu saat nanti akan habis. Sama seperti waktumu di masa ini Valeri. Kamu tidak bisa seenaknya dan semaumu dalam hal ini. Kamu akan kembali jika misimu sudah selesai" Raut Tuan Van Loen begitu serius.
"Misi?" Valeri binggung
"Iya... pasti ada alasan dibalik kedatanganmu kesini"
"Tapi apa?" Valeri berpikir
"Pikirkan sendiri, dasar anak bodoh" Tuan Van Loen menertawakan Valeri. Seketika suasana yang tadinya serius berubah menjadi lebih cair karena tawa Tuan Van Loen.
"Tapi Papa... Apakah aku masih boleh memangilmu begitu? Bagaimana anda tahu saya bukan putrimu?"
"Hahaha.... Tentu saja boleh. Kamu ini bodoh ya?.Semua orang juga tahu orang yang lupa ingatan tidak akan lupa akan sopan santun dan karakternya sendiri. Hal itu kan sudah terbentuk sejak masih kecil jadi tidak mungkin kamu melupakan hal hal yang sudah tertanam itu. Selain itu kamu juga terlihat bingung mengunakan peralatan yang ada seolah-olah kamu tidak pernah menggunakannya. Dan juga kamu begitu fasih berbahasa seolah -olah kamu lahir dan besar disini,padahal dahulu kamu punya bahasa melayu yang buruk dan terdengar kaku. Itu membuatku curiga terlebih kamu kadang-kadang kamu mengunakan kata yang tidak mengerti.. dasar kalau menyamar itu pintar sedikit... kamu actress yang buruk. Payah. Tidak bisa bermain peran" Tuan Van Loen memarahi Valeri
"Iya iya... aku tidak memikirkan hal itu sebelumnya. Maaf...Aku kan tidak tahu Valeri Van Loen itu seperti apa " Valeri mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Hahaha... Lihat wajahmu itu... Oh iya ini adalah rahasia kita berdua. Jadi jangan biarkan Mamamu tahu. Janji?" Tuan Van Loen mengacungkan kelingkingnya.
"Janji" Valeri tertawa hingga matanya hilang dan lesung pipinya terlihat
"Oh iya Papa tidak marah tentang masalah kemarin?" Valeri sedikit takut menanyakannya mengingat kemarahan Papanya kemarin dia tidak mau suasana hati Papanya yang sudah baik itu berubah menjadi buruk lagi
"Tidak.... Papa hanya tidak suka kamu direndahkan begitu oleh Rudolf Brouwer" Tuan Van Loen tersenyum
"Aku tidak menyangka... Kukira Papa marah. Sungguh aku tidak melakukan apa yang dituduhkan Rudolf Brouwer,aku hanya ingin menyelamatkan Dimas,Papa dan kemudian Rudolf Brouwer menjebakku. Maaf kalau aku berkata kasar dan itu menyakiti Papa"
"Iya Papa tahu,sudah jangan dipikirkan... Maaf atas sikap Papa padamu kemarin,Papa hanya terbawa emosi" Tuan Van Loen memeluk Valeri dan mengusap rambut putrinya.
"Ada satu hal lagi yang harus kamu tahu" Tuan Van Loen terdengar lebih serius,Valeri menyimak apa yang akan Tuan Van Loen katakan
"Kamu harus memilih menyelamatkan Dimas Van Dijk dengan resiko kamu akan mati atau kembali ke duniamu dan Putriku akan mati"
"APAAA?"
"Pikirkan baik-baik waktumu tinggal sedikit
To Be Continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas Van Dijk
FantasiDimas Van Dijk adalah seorang remaja keturunan Belanda yang hidup di Indonesia pada masa penjajahan. Seorang yang menjadi alasan balas dendam dari seorang Ivanna Van Dijk, tak begitu banyak cerita yang mengalir tentangnya. Membuatku penasaran tentan...