Author's pov
Hari berlalu begitu cepat, rencana untuk pergi ke Singapura juga semakin dekat.
Semuanya sudah Shain persiapkan dengan segala bentuk aspek yang sudah ia pertimbangkan secara matang-matang.
Shain dan Celline kini tengah berada didalam mobil menuju kantor setelah rapat dengan clientnya diluar.
Shain memijat pelan pelipis kepalanya menggunakan satu tangannya membuat Celline tahu jika Ceo-nya sedang tidak baik-baik saja.
"Anda sakit?" tanya Celline hati-hati
Shain menengok sekilas. "Hanya sedikit pusing"
Selama beberapa hari ini Shain mengerahkan semua tenaga dan pikirannya, mengorbankan semua yang ia bisa karena tak ingin Valerie rekan kerjanya kecewa.
Celline tahu betul Owner sekaligus Ceo-nya itu sedang mengalami stress yang luar biasa meskipun berlindung dibalik topeng wajah dinginnya.
Karen hal itu suasana hati Shain memburuk, ia ingin segera menenangkan hatinya.
"Apa kau tidak keberatan jika kita singgah sebentar ke gereja?" tanya Shain memecah keheningan
"Tentu saja, kenapa tidak" ucap Celline setuju seraya menyunggingkan senyumnya
Celline tertegun dengan pernyataan Shain barusan, ia kagum karena Shain masih menyempatkan diri dengan kewajiban meskipun dalam kesibukan sekalipun.
Celline seperti terkena tamparan keras karena ia seringkali lalai melupakan tuhannya.
Meski belum genap satu tahun menjadi sekertaris Shain, entah kenapa Celline nyaman bekerja dengan sosok dingin itu.
Hari ini pertama kalinya Shain pergi ke gereja dengan seseorang yang menemaninya karena Shain seringkali hanya pergi seorang diri.
Kini keduanya sampai ditempat tujuan.
"Mari kita masuk" ajak Shain
Celline mangangguk mengiyakan dengan senyum simpulnya. "Iya"
Saat memasuki gereja suasana didalamnya tak seramai seperti biasanya membuat Shain senang karena dapat lebih berkonsentrasi untuk berdoa.
Shain dan Celline lalu duduk bersebelahan di kursi paling depan karena Shain ingin lebih dekat dengan tuhannya.
Shain mulai menautkan kedua tangannya seraya memejamkan kedua matanya sambil merapalkan doa.
Sementara itu Celline justru belum juga memulai doanya, ia terpaku dengan pemandangan langka disampingnya karena melihat Shain berdoa dengan khidmat membuat hati Celline damai.
Shain masih tak bergeming, larut dengan kegiatannya yang perlahan membuat hati dan jiwanya seketika menjadi tenang dan damai.
Shain mencurahkan semua keluh kesah kesahnya, terutama kerinduannya terhadap kedua orang tuanya yang sudah parah bahkan hampir merenggut kewarasannya jika Shain lengah.
"Amin" ucap Shain setelah selesai berdoa
Celline sontak terhenyak kembali dalam kesadaran, ia buru-buru berdoa setelah Shain memecah keheningan dengan kalimat penutup doa.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny Gxg ✔
RomanceCinta bisa meleburkan sosok yang dingin menjadi hangat, menghilangkan kehampaan serta menuntunmu ke jalan kebahagiaan. Jika sebaliknya, maka itu bukanlah cinta.