Suatu senja dimana langit sudah tak lagi merasakan warna biru, seorang gadis bernama Adela berjalan menelusuri jejak-jejaknya sendiri dikala ia sudah tak tau lagi kemana jalan untuk kembali menjadi diri sendiri.
Adela berjalan tanpa alas kaki, menguatkan langkah di jalan setapak berlumpur ini, hanyalah bunyi burung berkicau secara acak dan suara langkahnya yang terdengar.
Sambil melihat suasana hutan, ia menoleh kekanan dan melihat sebuah pintu berdiri tegak tanpa dinding di sekitarnya.
Dengan wajah yang mulai penasaran, ia jalani selangkah demi selangkah, ia mulai menggapai gagang pintu itu dan membukanya secara perlahan-lahan dengan tangan yang gemetaran.
Adela menarik pintu dengan perlahan, mulai masuk kedalam pintu tersebut. Namun, setelah ia masuk dan pintu itu tertup dengan sendirinya, yang dapat Adela lihat hanyalah warna hitam di sepanjang matanya memandang.
Tiba-tiba, secara perlahan hitam pun berganti menjadi suasana kota metro politan di tengah malam, lalu Adela berjalan menyusuri jalan kota di malam yang sepi.
Di langkahnya yang ke 147 tiba-tiba ia melihat sebuah mobil yang melaju dari arah belakang.
Sontak dia kaget dan menoleh kebelakang dan melihat mobil melaju ke arahnya, namun apa daya, Adela hanya bisa pasrah sambil memejamkan matanya dalam diam -- karena mobil tersebut hanya berjarak 4 meter darinya.Mobil itu hanya menembus tubuh Adela tanpa ia sadari.
"Mengapa aku belum mati?" Sambil membuka matanya dengan perlahan.
"Ada apa dengan diriku?"
"Apa aku menjadi seorang hantu?"
Tanyanya dalam hati yang bingung.
Lalu lewatlah seorang pria bersepeda ontel mengayuh dengan terburu-buru sambil membawa dagangan rotinya yang baru saja habis terjual, Adela melihat keringat bercucuran dari kepalanya dan hampir seluruh baju kaosnya basah karena keringat, dengan rasa penasarannya Adela mencoba mengikuti pria itu.
Pria itu masuk kedalam rumah sakit sambil berlarian menuju suatu ruangan.
Dengan rasa penasaran, Adela mengikutinya sampai kedalam namun Adela merasa seperti tidak ada orang yang tau kehadirannya.
Adela melihat pria tadi masuk ke satu ruangan yang berisikan kebahagiaan.
Sambil mengintip dari kaca pintu ruangan tersebut, Adela yang merasa bahwa dia adalah seorang "hantu", Adela mencoba menembus pintu tersebut sambil menutup mata dan berharap bahwa yang ia lakukan ini berhasil. Dan ia berhasil masuk
Adela mulai mendekat dan melihat seorang perempuan yang sedang berbahagia, "mau dikasi nama apa anak kita pa?"
"gimana kalau Adela sherila?, bagus gak ma?"
"Itu aku?" Pikir Adela
"papa? Mama?"
"Permisi" seorang suster masuk. "Dengan pak hendra?
"Iya dengan saya sendiri"
"bapak bisa ikut saya sebentar?
Adela masih bingung dengan apa yang terjadi saat ini, entah kenapa ia bisa terjebak dalam masa ini.
Lalu tak sengaja Adela mendengar percakapan suster dengan ayahnya itu, mengenai pembiayaan persalinan anaknya yang baru lahir.
Bingung dan lelah, Adela memutuskan untuk tidur di kursi panjang yang berada di sebelahnya, dengan perlahan matanya mulai tertutup dan tertidur.
Besoknya Adela terbangun tersentak karena mendengan suara kaki melangkah dengan buru-buru, "papa mau kemana?" tanyanya, Adela pun mengikuti kemana papanya pergi.
Sambil berjalan, papanya Adela yang sedang bingung dan bermuka panik melihat-lihat sekeliling. "papa mau kemana ya?" fikirnya, lalu papanya berhenti di sebuah gedung yang sedang di bangun.
Adela melihat ayahnya yang sedang bekerja banting tulang, ia bersedia bekerja apa saja demi membayar biaya persalinan istrinya di rumah sakit yang baru saja melahirkan Adela.
"Adela..? Nak..?" itulah bayang-bayang suara yang barusan ia dengar, ia berputar 360° dengan perlahan untuk mencari sumber suara itu. Adela pusing tak karuan, mencoba untuk tetap sadar tapi matanya sudah tidak tahan untuk mulai menutup, dalam beberapa detik Adela pun pingsan.
Adela sadar dalam kegelapan, Adela kembali mendengar suara panggilan tadi. Mencoba membuka matanya dengar perlahan, mulailah terlihat langit-langit rumah sakit dan juga mama Adela di sebelah kanannya sambil memanggil Adela.
"Nak? Adela? Kamu sudah sadar nak?".
Dengan berat kepala, Adela mencoba bangkit dari tidurnya "emangnya aku kenapa mah?".
"kamu lagi ada dirumah sakit nak, 3 hari yang lalu kamu kecelakaan saat kamu kabur dari rumah".
"Kenapa aku melakukan itu?"
Mama Adela menghela nafasnya. "Karena menurut kamu, papa itu terlalu posesif dan kamu sangat tidak nyaman dengan itu" dengan nada bicara yang lembut.
"maafin aku mah", memeluk mamanya dengan tangis. "Sekarang papa mana?", melepas pelukannya dan menatap wajah mamanya.
Suasana sedih di ruangan itu semakin terasa, "pa.. papa kamu meninggal karena kecelakaan mobil saat dia mencoba mencari kamu nak, dan dokter menggantikan mata kamu dengan mata papa kamu, karena mata kamu sudah tidak melihat sesudah kecelakaan itu meninmpa kamu" dengan beratnya ia mengatakan semua hal itu kepada Adela.
Hanya tangis dapat terdengar di ruangan itu.
End of the story.
Thanks, udah mau baca cerita aku.
Bagi yang suka sama ceritanya, mohon di vote ya.