"Braaak"
"Sintiaaaaaaa. Kenapa kau lakukan ini." Histeris Aditia menyambar tubuh Sintia yang roboh di aspal jalan.
Darah mengucur dari kepala yang terbalut hijab putih.
" A, abang " lirih terdengar suara.
" Ya Sayang, Abang disini" airmata Aditia ikut luruh.
" A-bang jan-ji ya, ja-di-kan dek Fi-ka wa-ni-ta ter-ak-hir da-lam hi-dup a-bang ka" suara Sintia menghilang bersama matanya yang terpejam.
Sintia masih ingin melanjutkan ucapan bahwa Abang janji ya, jadikan dek Fika wanita terakhir dalam hidup Abang karena dia bahagia Abang, adek juga ikut bahagia. Namun Sintia merasa sangat mengantuk dan menutup matanya.
" Ya Abang janji" jawab Aditia asal.
" Sintia, Sintia bangun! Bertahanlah kita ke rumah sakit" panik Aditia.
***
Setiba di rumah sakit Sintia langsung dibawa ke UGD. Begitu juga Fika, atas permintaan Aditia pada dokter agar dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa kandungannya baik-baik saja setelah terdorong dan terjatuh oleh Sintia demi menyelamatkan hidup Fika.
Aditia bersandar didinding kamar UGD rumah sakit.
Menunggu kepastian akan keadaan kedua istrinya.
Semua terasa hening menimbulkan efek duka dan mencekam.
Pikirannya berkecamuk memikirkan segala yang terjadi di luar kendali, bertanya dalam hati mengapa Sintia lakukan semua ini demi seorang Aditia yang telah mengkhianati cintanya.
Beberapa waktu kemudian keluar seorang perawat dari UGD.
" Keluarga pasien " suara perawat itu memecahkan keheningan.
" Ya saya suaminya" sontak Aditia mendekati perawat yang menampilkan wajah khawatir.
" Pasien harus di operasi, kondisi pasien sangat kritis terlebih karena pasien sedang mengandung, silakan bapak urus administrasinya dan mohon bapak tanda tangan surat ijin ini untuk menyetujui tindak operasi." Perawat memberi penjelasan.
" Maksudnya sus?" Tanya Aditia yang terlihat bingung.
" Ya pasien harus di operasi karena kepala pasien mengalami luka retak di bagian tengkorak belakang " jelas perawat kemudian.
" Tapi tadi istri saya baik - baik saja"
" Pasien bernama Sintia yang mengalami kecelakaan tadi istri bapak kan?" Tegas suster.
" Ya suster, Sintia istri pertama saya yang mengalami kecelakaan tapi dia tidak mengandung. Fika istri kedua saya yang sedang mengandung yang juga sedang di lakukan pemeriksaan tapi dia tidak terluka tadi." Terang Aditia.
" Maaf pak, saya sedang menangani pasien bernama Sintia. Beliau sedang mengandung bahkan kandungannya sudah tiga bulan." Jelas suster kembali.
" Apa Sintia Hamil! "
Aditia terkejut dengan kabar ini ada rasa bahagia tapi juga dilema. Bagaimana mungkin Sintia hamil dengan kondisi rumah tangganya yang sudah Aditia hancurkan.
"Pak, bisa tanda tangan surat ijin operasi." Tanya suster sambil menyodorkan map kuning berisi berkas yang harus ditanda tangani untuk ijin operasi.
"Baiklah sus, tapi saya mohon pemeriksaan ulang keadaan kandungan kedua istri saya." Minta Aditia sambil menandatangani surat kesetujuan ijin tindak operasi.
"Akan kami lakukan pak" jawab suster sambil pamit masuk kembali ke ruang UGD.
Resah yang dirasakan Aditia semakin menjadi, kala waktu terasa lambat berputar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta,Wanita Tak Sempurna
RomanceKeinginan Aditia Lubis untuk memiliki generasi penerus melibatkan dia pada pernikahan poligami. Meski dia sudah yakin dari awal tak akan mampu bersifat adil. Namun, Sintia istri pertamanya menolak untuk diceraikan dan memilih poligami dengan alasan...