Santri Putri Misterius

29.5K 797 24
                                    

Yusuf Mahfudz adalah seorang santri di salah satu pesantren di Jawa Timur,  yang diasuh langsung oleh KH.  Abdullah Mansur. Dia berasal dari salah satu kota di provinsi Jogja. Orang Jogja identik dengan bahasanya yang halus dan kalem. Begitupun Yusuf, dia dikenal dengan kepribadiannya yang ramah dan sangat kalem. Dia tak banyak bicara kecuali  hal-hal penting, sehingga banyak santri yang kesannya sungkan jika hendak berbicara dengannya.

Santri Yai Abdullah ini berperawakan tinggi tegap dengan kulitnya yang putih langsat, khas orang Indonesia. Hidungnya mancung, bulu matanya lentik dan alisnya tebal menambah ketegasan terpancar dari wajahnya.  

Yusuf adalah salah satu santri ndalem kepercayaan Romo Yai Abdullah. Santri Ndalem adalah mereka-mereka yang mengabdikan dirinya untuk kepentingan keluarga ndalem(kyai) dan juga untuk kepentingan pesantren. seperti mengasuh putranya Kyai, menyiapkan makannya santri, membersihkan rumahnya kyai dan masih banyak lagi. Sedang Yusuf punya tugas khusus yaitu mengasuh putra ragil Yai Abdullah, yang bernama Robeth Amrullah Mansur atau biasa dipanggil Gus Robeth. Gus Robeth kira-kira berusia 4,5 tahun. Karena tugasnya mengasuh putra yai, akhirnya sering pula Yusuf berkunjung ke Ndalem (rumah kyai). Hal ini menyebabkan  santri putri sering sekali curi-curi pandang jika Yusuf sedang lewat. Maklum saja, lokasi dalemnya Romo Yai Abdullah berdekatan dengan asrama santri putri.

Yusuf memang seperti magnet bagi santri putri. Selain dikenal sebagai kepercayaan romo yai, Yusuf menjelma bak oppa-oppa korea yang digemari para gadis.  Kepribadiaannya yang sangat luhur ditambah lagi prestasinya dibidang akademik serta suaranya yang amat merdu, membuatnya dikenal sebagai Syahru Khan muda  ala pesantren.

"Kang Fahmi, dhek wau abah pesen, jenengan mengke mantun jama'ah ashar ken sowan teng ndalem (Kang Fahmi, tadi abah pesen, setelah jama'ah 'ashar kamu disuruh ke ndalem)." kata Yusuf ketika menghampiri sahabat karibnya, Fahmi yang tengah asyik memperbaiki Sond System yang rusak di gudang pesantren.

Fahmi  juga seorang santri ndalem, tugasnya memperbaiki segala macam barang yang rusak. Dia berperawakan tinggi, dengan alis tipis serta hidungnya yang mancung. Berkulit sawo matang dengan lesung pipit yang menghiasi pipinya, membuat santri putri gemar mencari perhatiannya sewaktu dia mengajar.

"Oalah nggeh, Kang, matur suwun. Tapi enten nopo nggeh abah madosi kulo? (Oalah iya, Kang, terima kasih. Tapi ada apa ya abah mencari saya?)" jawab Fahmi dengan penuh tanda tanya, karena tak biasanya Abah yai memanggilnya dijam-jam tersebut, karena menjelang kegiatan wajib pesantren.

"Maaf, Kang, kalo  soal itu saya tidak tau sama sekali," jawab Yusuf.

"Oalah begitu ... ngopi, Kang, aku abis bikin kopi tadi," tawar Fahmi seraya menyodorkan segelas kopi miliknya.

"Terima kasih, Kang, belum kepengen ngopi eg," tolak halus Yusuf

"Eh, Kang, lha Gus Robeth mana? Biasanya selalu ikut sampean kemana-mana."

 
"Gus Robeth lagi ikut uminya keluar, Kang."

Tak seberapa lama tiba-tiba datang seorang santri putri.

"Nyuwun sewu kang, pe njupuk pethek karo paku (permisi kang, mau ambil palu sama paku)," kata santri putri itu. 

"Oh itu, Mbak, ada di kotak nomer 3 dari atas," jawab Fahmi seraya menujuk kearah lemari yang terletak tak jauh dari tempat berdirinya santri putri itu.

"Oke, terimakasih, Kang," jawab santriwati itu sambil berlalu keluar dari ruangan tersebut.

"Heh, Kang!" gertak Fahmi. 

"Iya, ada apa, Kang?" jawab  Yusuf kaget.

"Kok tumben sampean mau memperhatikan seorang santriwati, Kang, padahal biasanya gak pernah sekalipun mau melihat," goda Fahmi.

"Hehe ... suaranya mbak tadi kok kayaknya tidak asing ya,  Kang," jawab Yusuf setengah malu.

"Mbak tadi namanya Mbak Lia, lengkapnya Nadia Hasna. Jelas gak asing, Kang, Mbak Lia itu terkenal baik di kalangan santri putri ataupun santri putra. Terkenal ndablek alias bandele," jawab Fahmi diiringi gelak tawanya.

"Masak iya, Kang?" tanya Yusuf memastikan

"Iya, Mbak Lia sering banget kena takzir. Mulai takzir karena pelanggaran ringan hingga pelanggaran berat, semua sudah pernah dia rasakan. Ya pokok tidak maen-maen lah bandelnya. Tapi pelanggaran kriminal seperti mencuri atau penganiayaan, itu gak pernah."

"Lah kok sampean tau banyak tentang dia, Kang? Apa jangan-jangan? Ehem ...."

"Jangan-jangan lapo? Banyak  santri putra yang suka sama Mbak Lia itu. Jadi ya sering banget dia jadi bahan obrolan kang-kang pondok. Otomatis aku ya dengar lah, Kang."

"Oalah begitu."

"Iya, bahkan banyak kang-kang yang mencoba kirim surat kepadanya, tapi tak pernah satu pun ada yang terbalas. Dia kayaknya tipikal santri putri yang sangat menjaga jarak dengan santri putra. Pernah juga sekali dia balas surat dari salah satu santri putra, tapi langsung berakhir di persidangan keamanan. Padahal katanya balasannya cuma sebait nadhom Alfiyah Ibnu Malik."

"Eh, serius iku, Kang?"

"Iya, ngenes plus lucu banget to?"

Gelak tawa kedua sahabat karib itu menghiasi ruangan gudang pesantren.

Namun dalam batin Yusuf masih penasaran dengan sosok Nadia Hasna. "Siapa sebenarnya santriwati misterius itu?".

********

MAHLIGAI CINTA SANTRI NDALEM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang