Sebuah Tugas

14.6K 524 12
                                    

Pukul 16.45 WIS para santri selesai melaksanakan shalat 'ashar berjama'ah.  WIS adalah kepanjangan dari waktu indonesia setempat. Mamun, lebih dikenal dengan waktu istiwa'. Waktu yang jam 12-nya didasarkan pada saat matahari tepat diatas kepala ini merupakan waktu yang sering digunakan dikalang pesantren-pesantren salaf.

Sesuai yang diamanahkan Yusuf tadi siang, Fahmi pun segera  datang menghadap Romo Yai Abdullah. Letak kediamannya berada diseberang jalan setapak, tepat di depan masjid pesantren. Bangunan rumahnya berbentuk joglo dengan bagian depannya terdapat aula yang lumayan luas. Biasanya aula tersebut untuk tempat pengajian Ihya' Ulumuddin santri putra dan putri dengan tambahan kain satir sebagai pembatas.

 
Di Ndalem(kediaman romo yai) terdapat pintu khusus bagi para santri putra maupun putri yg di gunakan sebagai jalan untuk sowan. Pintu samping depan sebelah kiri untuk santri putra sowan. Sedang sebelah samping kanan untuk santri putri.

Di pondok pesantren tsb selain di ajarkan tentang ilmu agama. Para santri pun juga di ajarkan perihal adab. Seperti halnya ketika sowan --menghadap-- romo yai, ada tata cara tersendiri yang harus di taati oleh semua santri. Sebenarnya peraturan ini tidak tertulis di tata tertib pondok, namun peraturan seperti ini sudah menjadi kebiasaan bagi para santri.  Yang di ajarkan turun temurun oleh para senior-senior sebelumnya.

Ketika sampai di depan pintu khusus itu, Fahmi mengetuk pintu. Tapi tidak dengan berdiri namun dengan duduk.

Tok .. tok ....

"Assalamu'alaikum."

Tak lama setelah itu bu Nyai Mawardah terdengar menjawab salam. "Wa'alaikumussalam"

 Sambil menunggu pun Fahmi  tetap menundukkan kepalanya. Kebetulan pintunya terbuka, jadi bu Nyai Mawardah tak perlu membukakan pintu. Memang kalau Romo Yai siap menerima sowan, pintu itu selalu terbuka dan tertutup jika jam-jam kegiatan pondok atau ketika beliau sedang keluar. 

"Oh nggeh, Kang Fahmi silakan masuk, tunggu sebentar, Abah masih di belakang tadi," sambut bu Nyai

"Nggeh, dalem tenggo dateng mriki mawon (Iya, saya tunggu di sini saja)," jawab kang Fahmi dengan posisi masih menundukkan kepalanya.

Tak lama setelah itu Romo Yai Abdullah sampai di ruangan itu.

"Silakan masuk, Kang Fahmi,  ada hal serius yang ingin saya sampaikan," dawuh Romo Yai.

"Nggeh, Abah," jawab Fahmi sambil bangkit dari duduk nya . Dan berjalan dengan lutut sebagai tumpuannya. Fahmi masih menduga-duga, hal serius apa yang sebenarnya akan Abah sampaikan padanya.

"Begini, Kang Fahmi, sampean kan termasuk santri yang lumayan lama berada di sini. Seperti ilmunya sudah mumpuni. Seumpama sampean saya tugaskan di pesantren milik adeknya Bu Nyai, Gimana? Di tempat Ustadz Husain Affandi."

Kebetulan adek Bu Nyai Mawardah ini baru mendirikan pesantren, yang terletak di luar kota jauh dari tempat Fahmi nyantri sekarang.

"Ngapunten sak derengipun, nopo dalem pantes mengemban amanah sebesar niku.  Sedang pengetahuan dalem tasek jauh dari cukup. (Maaf sebelumnya, apa pantas saya menanggung amanah itu. Sedang pengetahuan saya masih jauh dari cukup),"

Selain merasa belum pantas mengemban amanah itu. Di sisi lain Fahmi masih senang dengan titelnya sebagai santri sekaligus abdi ndalem.

"Insya Allah sampean mampu, Kang."

"Nggeh mpun, Bah. Insya Allah dalem siap (Ya sudah, Bah. Insya Allah saya siap),"

"Terimakasih, Kang. Berangkatnya minggu depan, dan di jemput langsung oleh Ustadz Husain."

MAHLIGAI CINTA SANTRI NDALEM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang