lascivious stepfather

31.9K 2.7K 188
                                    

Berulangkali aku menyentuh permukaan bibirku yang kini terasa lembab. Sebab, baru saja dijamah oleh permukaan dengan material yang sama. Terasa asing dan mendebarkan. Pun kepalaku kembali memutar kejadian barusan yang baru saja terlewati selang beberapa menit.

Sial! Aku tidak bisa tidur.

Lekas aku terduduk di atas kasur. Mengabaikan surai ku yang berantakan dan beranjak menuju cermin. Memerhatikan refleksi ku disana dalam diam ditengah kesunyian malam.

Aku mengulum bibir—lagi. Rasa itu jelas masih membekas. Tentu saja. Dia—Jeon Jungkook, baru saja mendapatkan first kiss ku yang berniat ku persembahkan untuk sang tambatan hati. Namun, kini sirna sudah. Aish! Apa yang kuperbuat?! Kenapa aku diam saja saat ia dengan lancangnya menyatukan bibir kami?! Kenapa aku tidak memukulnya?!

Ah, aku benar-benar ingin memutar waktu.

Aku tahu ini terdengar berlebihan, sebab yang ia lakukan hanya menempelkan bibirnya dengan bibirku. Tidak lebih.

Ah, apa yang kuharapkan.

"Dia mencoba mempermainkan ku, huh?" Aku bermonolog dengan bayanganku sendiri. Aku tahu ini tidak baik. Sebab, Jieun sering bilang untuk jangan pernah berbicara di depan cermin apalagi jika itu terjadi pada malam hari. Tapi aku mencoba apatis, aku yakin Jieun hanya membual.

Tungkai ku kembali berbalik melangkah ke ranjang. Menghempaskan tubuhku ke atasnya. Sepertinya aku tidak bisa tidur hanya untuk malam ini.

Kurasa.

Dan ... penyebabnya tentu saja karena ciuman gila itu.

Ciuman gila ayah baruku.

...

"Kantung matamu terlihat membesar, dan ... menghitam."

"Huh?" Aku menatap Jieun, lekas mengambil ponsel dan memerhatikan bentuk mataku di sana.

Ah, sial.

Tentu saja ini akibatnya jika aku hanya bisa tertidur tepat pada pukul lima subuh. Fajar menyingsing, aku memejamkan mata lelah sebab dilanda kantuk. Waktu terasa berjalan begitu cepat, hingga aku harus terbangun lagi dan berangkat ke sekolah. Tidurku memang tidak cukup.

"Ini buruk," gumamku pelan seraya menekan-nekan kantung mataku. Ringisanku menguar saat menyadari betapa buruknya diriku untuk hari ini.

"Kau harus menutupinya dengan sesuatu."

"Sesuatu?" Aku mengangkat sebelah alisku. Memusatkan atensi kepada Jieun yang saat ini tengah menyeruput soda miliknya. "Seperti apa?"

Mengangkat bahu sekilas, Jieun buka suara, "Seperti memoleskan bedak lebih tebal lagi pada bagian itu untuk menyamarkannya," sarannya.

"Ide yang bagus tapi tidak, terima kasih," aku mengibaskan tangan sembari menggelengkan kepala. "Aku tidak ingin seperti Hani yang memiliki perbedaan warna kulit antara wajah dan tangannya." Kami tertawa bersama saat aku baru saja melontarkan guyonan ku.

"Jieun-a?" panggilku.

"Apa?"

Aku meneguk ludah sejemang. Merasa ragu untuk menceritakan kejadian semalam kepada Jieun. Sebab, itu terdengar memalukan. Serius. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana respons Jieun nantinya yang kemungkinan besar akan membuatku kesulitan tidur lagi hanya karena masalah sepele. Aku memang tipe yang sensitif terhadap sesuatu hal kecil atau apapun itu.

Young Daddy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang